Mimpi Sahabat Abdullah bin Zaid dan Asal Mula Azan
HIDAYATUNA.COM – Pada masa awal Islam berkembang, ketika Nabi Muhammad masih berada di Mekkah azan belum ada. Nabi menjalankan Ibadah salat dan diikuti oleh para sahabat, tanpa mengumandangkan azan terlebih dahulu.
Hal ini terjadi karena pada masa perkembangan Islam di Mekkah yang memeluk Islam belumlah terlalu banyak. Begitupun ketika awal-awal hijrah ke Madinah, azan belum ada. Ibadah salat dilakukan tanpa panggilan karena umat Islam belum berkembang, dan umat muslim belum terlalu banyak.
Masalah kemudian muncul ketika umat Islam sudah berkembang banyak sekali dan tersebar di beberapa tempat yang jauh dari tempat Nabi Muhammad tinggal. Oleh karena berjauhan, maka beberapa orang tidak mengetahui kapan waktu salat berjemaah tiba, akibatnya mereka tidak mengikuti salat berjemaah bersama Rasulullah.
Permasalahan ini kemudian dibahas oleh Rasulullah dan beberapa sahabat untuk mencari satu metode. Agar ketika waktu salat tiba, semua umat Islam tahu sehingga bisa salat berjemaah bersama Rasulullah.
Banyak usulan dari para sahabat Nabi, tetapi akhirnya yang disepakati adalah lafaz azan yang kita kenal sampai sekarang ini.
Proses Diskusi Mencari Cara Mengetahui dan Memanggil Umat Untuk Salat
Pada masa-masa awal Islam biasanya ketika satu sahabat ingin berjamaah dengan Rasulullah maka mereka semua menunggu di sekitar masjid Nabawi. Ketika Nabi muncul, maka tahulah mereka jika waktu salat telah tiba, lalu semuanya otomatis masuk ke dalam masjid untuk menunaikan solat berjamaah.
Oleh karena tidak adanya panggilan untuk salat, seperti yang kita semua ketahui sekarang untuk memanggil salat adalah azan. Beberapa sahabat yang rumahnya jauh pun tidak bisa setiap hari ikut salat berjemaah. Permasalahannya adalah mereka belum tahu kapan waktu salat tiba.
Disebabkan karena permasalahan demikian maka nabi memiliki satu cita-cita untuk mencari cara memberitahukan waktu salat. Tetapi setelah beberapa lama Nabi tidak kunjung menemukan cara tersebut.
Ada salah seorang sahabat yang menyarankan menggunakan terompet selayaknya kaum Yahudi ketika mereka akan beribadah. Tetapi usul ini ditolak karena menyerupai kaum Yahudi, nanti dikhawatirkan umat Islam tidak bisa membedakan panggilan untuk umat Islam atau umat Yahudi.
Ada lagi salah seorang sahabat yang mengusulkan untuk menggunakan cara dari kaum Nasrani, yakni dengan lonceng. Tetapi usul ini kemudian juga ditolak dengan alasan yang sama. Sahabat lainnya usul menggunakan api yang dinyalakan di tempat tinggi, hal ini agar umat Islam yang jauh bisa melihat dan mengetahui waktu sholat telah tiba.
Semua usulan tersebut dipertimbangkan, tetapi ada beberapa sisi yang kemudian menjadikan usulan tersebut ditolak. Semua sahabat dan Nabi kebingungan menggunakan cara apa agar umat Islam tahu kapan waktu salat tiba. Walau mereka jauh dari masjid Nabawi.
Di saat seperti ini kemudian muncul sahabat Abdullah bin Zaid. Beliau menyampaikan mimpinya kepada Nabi, lewat mimpi dari sahabat inilah kemudian lafaz azan dikumandangkan oleh Bilal bin Rabah. Azan kemudian menjadi pertanda waktu masuk salat dan cara memanggil umat yang berjauhan dari masjid Nabawi.
Mimpi Abdullah bin Zaid
Abdullah bin Zaid adalah salah satu sahabat Ansor yang melakukan baiat aqabah kepada Rasulullah sehingga beliau adalah sahabat ansor yang paling awal memeluk Islam.
Sebagaimana sahabat lainnya, Abdullah bin Zaid juga merasakan kegelisahan perihal permasalahan dengan cara apa agar dapat memberitahu waktu masuk salat. Begitu pula dengan cara memanggil orang-orang untuk salah (bagi yang rumahnya jauh dari masjid Nabawi).
Kegelisahan berlangsung lama, sejak keinginan Nabi untuk mencari cara paling efektif. Tidak pula sama dengan kaum Yahudi maupun Nasrani untuk mengetahui waktu salat dan memanggil umat Islam untuk salat berjemaah. Hingga kegelisahan Abdullah bin Zaid dibawa dalam mimpinya.
Abdullah bin Zaid bermimpi didatangi oleh sosok lelaki, dalam gambarannya lelaki itu membawa sebuah lonceng. Lelaki tersebut kemudian berkata pada Abdullah bin Zaid.
“Allahu Akbar Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah (2x), Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2x). Hayya ‘alash sholah (2x), Hayya ‘alal falah (2x), Allahu Akbar Allahu Akbar, dan La ilaha illallah.”
Pada keesokan harinya beliau menyampaikan mimpi tersebut pada Nabi Muhammad, kemudian Nabi berkata itu adalah mimpi yang benar. Kemudian Nabi menyuruh Abdullah bin Zaid memberitahukan lafad tersebut pada Bilal bin Rabah.
Sejak itulah lafaz azan berkumandang di masjid Nabawi sehingga umat Islam yang jauh dari masjid Nabawi bisa mengetahui kapan waktu salat. Mereka pun segera pergi ke masjid Nabawi. Lafaz azan tersebut kemudian digunakan hingga sekarang.