Meski 900.000 Warganya Jadi Pengungsi, Presiden Suriah Janji Lanjutkan Serangan
Meskipun Kini Sebanyak 900.000 Warganya Telah Menjadi Pengungsi, Presiden Suriah Mengaku Berjanjanji Akan Lanjutkan Serangan
HIDAYATUNA.COM – Presiden Suriah Bashar al-Assad telah berjanji untuk melanjutkan serangannya di bagian barat laut negaranya, dimana terdapat markas besar terakhir dari kelompok pemberontak bersenjata di negara yang sedang dilanda perang itu. Dia pun mengatakan bahwa perang memang belum berakhir, tetapi ‘kemenangan penuh’ sudah terlihat di depan mata.
Menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejak awal bulan Desember, serangan sengit dari pemerintah Suriah yang didukung oleh Rusia telah membuat 900.000 orang kehilangan tempat tinggalnya dan terpaksa mengungsi.
Pada hari Senin, PBB juga telah memperingatkan adanya krisis ‘mengerikan’ yang memaksa para pengungsi yang sedang melarikan diri untuk tidur di luar dalam suhu yang sangat dingin, dan mengakibatkan bayi tewas karena kedinginan.
Di saat yang sama, pada hari Senin, dalam sebuah pidato yang jarang dilakukannya di televisi pemerintah, al-Assad memberikan ucapan selamat kepada pasukannya atas kemajuan baru-baru ini yang menyebabkan mereka dapat mengkonsolidasikan kontrol atas provinsi Aleppo. Dia pun berjanji untuk terus maju dengan kampanye militernya di Provinsi Idlib.
“Pembebasan (Aleppo) ini bukan berarti akhir dari perang, bukan berarti akhir dari sebuah skema, bukan akhir dari terorisme (yang ada), bukan penyerahan diri dari musuh, dan juga bukan berarti musuh kita akan menyerah,” katanya.
“Tapi itu berarti bahwa kita telah menyikat hidung mereka di tanah sebagai awal untuk kemenangan penuh dan cepat atau lambat menjelang kekalahan mereka. Kita tidak boleh beristirahat, (kita harus) terus mempersiapkan diri untuk pertempuran yang akan datang, dan oleh karena itu, pertempuran untuk membebaskan Idlib dan desa-desa di sekitar Aleppo akan berlanjut,”tambahnya.
Serangan itu telah mengganggu kerjasama antara Turki dan Rusia, yang masing-masing mendukung pihak-pihak yang sedang berselisih dalam konflik, tetapi telah berkolaborasi untuk menuju apa yang mereka sebut sebagai solusi politik atas peperangan yang telah berlangsung hampir sembilan tahun itu.
Ankara (Ibukota Turki), yang mendukung beberapa kelompok pemberontak Suriah di barat laut negara itu, telah marah sejak serangan dari pemerintah Suriah dalam dua minggu terakhir di Provinsi Idlib telah menewaskan 13 tentaranya. Mereka telah menyerukan kepada Moskow (Ibukota Rusia) untuk menghentikan serangannya, dan memperingatkan akan menggunakan kekuatan militernya untuk memukul mundur pasukan pemerintah Suriah jika mereka tidak segera menarik diri pada akhir bulan ini.
Turki, sejauh ini telah mengirim ribuan tentara dan ratusan konvoi peralatan militer untuk memperkuat pos pengamatannya di Idlib, yang didirikan berdasarkan perjanjian de-eskalasi pada tahun 2018 dengan Rusia.
Dalam pidatonya, al-Assad juga menyinggung atas peringatan dari Ankara, dengan mengatakan bahwa serangan mereka akan terus berlanjut meskipun adanya ‘omong kosong yang datang dari utara’.
Hashem Ahelbarra dari Al Jazeera, melaporkan dari perbatasan Turki-Suriah, mengatakan bahwa al-Assad tampaknya ingin ‘memberi tahu rakyatnya sendiri bahwa status peperangan ini adalah sesuatu yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama lagi dari yang diperkirakan’.
“Terutama jika Turki melanjutkan keterlibatannya, dan tidak adanya kesepakatan antara Turki dan Rusia tentang penerapan gencatan senjata,” tambah Ahelbarra. (Aljazeera.com)