Merawat Wajah Islam yang Ramah dari Diri Sendiri
HIDAYATUNA.COM – Jika ada sebagian orang yang berpandangan buruk atau bahkan muak terhadap Islam, melihat Islam sebagai agama yang berwajah garang, menakutkan. Memandang Islam sebagai biang kekacauan, kebencian, percekcokan, permusuhan, konflik, atau bahkan peperangan.
Dari sana-lah pula lahir teror yang menjatuhkan banyak korban sebagaimana terjadi di beberapa tempat belakangan ini. Namun tak semestinya kita seenaknya menyalahkan sepenuhnya atas pandangan mereka itu.
Pandangan buruk atau rasa muak mereka buah dari orang-orang yang mengaku beragama yang katanya beriman. Tetapi perilakunya sama sekali tidak mencerminkan seorang yang beragama atau seorang yang beriman.
Ditambah lagi, dari melihat pada mereka yang kerap merasa paling benar. Lalu dengan mudahnya menyalahkan orang lain yang berbeda dengannya dengan melakukan intimidasi, kekerasan, bahkan sampai melakukan pembunuhan.
Inilah yang kini menjadi persoalan serius. Wajah islam yang ramah dan santun berubah menjadi buruk.
Agama Menjunjung Tinggi Kemanusiaan
Apakah mereka tidak paham soal bagaimana beragama dengan baik dan benar dan bagaimana harus menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas beragama?
Berbicara soal agama, secara ideal dan normatif menurut Ahmad Nurcholish (Merajut Damai dalam Kebinekaan, 2017), semua agama bertujuan untuk kemanusiaan. Arti hematnya adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Melihat semua agama, bahwa sebenarnya telah memproklamasikan dirinya sebagai pembela nilai-nilai kemanusiaan. Di antaranya seperti kebajikan, kedamaian, cinta, kasih sayang, kedermawanan, persaudaraan, solidaritas, persamaan, dan keadilan. Sikap-sikap itu semua yang seharusnya menjadi sebuah watak moralitas dalam beragama terutama dalam agama Islam.
Apakah benar, jika ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. mengajarkan untuk saling bertentangan, mendustakan, memusuhi, menilai sesat apalagi sampai mengajarkan untuk membunuh sesama manusia? Tentu tidak. Banyak manusia binasa karena perseteruan yang tidak ada ujungnya, peperangan atas nama agama, dan kini itu marak terjadi.
Perseteruan kini terjadi bukan hanya antar umat beragama saja, melainkan antar penganut di dalam satu agama tertentu, khususnya Islam sendiri. Maka tidak heran, jika kini beberapa orang menilai buruk tentang agama. Lantaran sejarah agama Islam kini diwarnai dengan semangat kebencian dan pertikaian serta dilumuri darah bececeran pada setiap keributan ataupun peperangan. Tak sedikit melibatkan nyawa melayang dengan mudah, ratusan atau bahkan ribuan.
Islam Datang Untuk Mendamaikan
Agama Islam (agama cinta) hadir membawa kedamaian. Hal itu seharusnya membuat kita saling mencintai sebagai sesama manusia, bukan saling membenci.
Agama Islam juga tidak mendorong para penganutnya untuk saling menganiaya satu sama lain. Tidak pula mengagungkan perasaannya sendiri tanpa memikirkan orang lain. Islam tidak mendorong agar mengklaim dengan buta bahwa dirinya sendiri sebagai pemilik kebenaran.
Akhirnya, bagaimana pun pandangan buruk terhadap agama Islam. Sebagai penganutnya yang mengaku taat, kita wajib menunjukkan sikap yang bijaksana, introspeksi diri dan tetap konsisten melakukan ajaran-ajaran agama Islam.
Ahmad Nurcholish mengatakan bahwa Azhari Noer dan sejumlah tokoh lintas agama lainnya, selalu mengajak kita untuk menanggapi kritik itu dengan bijaksana. Setelah menelaah kesalahan-kesalahan kita sehingga wajah agama Islam tampak menakutkan bagi sebagian orang. Wajib bagi kita untuk berusaha membersihkan dan merawatnya agar wajah agama Islam tetap ramah dan damai.
Misalnya dengan cara, diawali dengan merubah sikap kita, sikap yang eksklusif diubah menjadi sikap yang toleran terhadap perbedaan. Tidak merasa atau mengaku paling benar dan tidak memaksakan keinginan kepada yang lain. Menghilangkan sikap Eksklusifisme yang amat kaku, sempit, agar kebencian, peperangan, tidak tercipta lagi.
Dengan demikian, Wajah agama Islam yang ramah, damai dan humanis akan tetap tercipta dan terjaga. Sekaligus pandangan-pandangan buruk tentang agama Islam akan hilang kemudian.
Mari kita awali merawat wajah Islam mulai dari diri sendiri. Beragama yang penuh dengan semangat kasih sayang, saling mengenal, menebar toleransi, demi kedamaian umat manusia. Khususnya di Indonesia tercinta yang begitu beragam, dari suku, etnis, maupun agama.
Sumber : Disarikan dari Buku Merajut Damai dalam Kebinekaan, 2017, karya Ahmad Nurcholish.