Menziarahi Kejayaan Islam di Kordoba
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Salah satu puncak peradaban Islam dapat kita jumpai di Kordoba, Andalusia, Spanyol Selatan. Dimana pada masa ini Islam benar-benar dalam masa kegemilangan.
Berbagai kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan bidang sains berkembang pesat. Dari warisan peradaban inilah cikal bakal perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Barat di mulai.
Warisan pengetahuan yang digali oleh peradaan Islam di Kordoba ini kemudian menginspirasi para ilmuan Barat dalam perjalanannya dilakukan pengembangan.
Menurut filsuf Prancis modern, Roger Garaudy, dilansir dari Republika, bisa dikatakan kegemilangan peradaban Islam di Andalusia ini sesungguhnya jauh melampaui apa yang dicapai masa Renaissance Eropa.
“Kebesaran peradaban Islam sejak permulaan sampai puncak kejayaannya terjadi lantaran dapat memadukan kebudayaan-kebudayaan pra-Islam atau non-Islam dengan prinsip-prinsip tauhid,” ungkap Roger Garaudy dikutip Kamis (22/10/2020).
Lebih lanjut kata dia, peradaban Eropa modern berutang banyak bukan pada Roma, melainkan Andalusia dan Islam pada umumnya.
Cikal bakal kejayaan peradaban Islam sudah dimulai sejak masa Khalifah Khalifah Harun al-Rasyid yang berpusat di Baghdad. Dimana pada masa itu geliat ilmu pengetahuan benar benar terasa.
Kesadaran literasi dan minat baca masyarakat muslim sangat tinggi. Ini dibuktikan didirikannya pusat penerjemahan karya-karya klasik warisan Yunani Kuno dan peradaban-peradaban Timur, seperti India pada masa Khalifah al-Makmun.
Demam ilmu pengetahuan ini terus berlanjut pada masa peradaban Islam di Andalusia. Saat inilah Islam benar-benar mencapai puncak kejayaannya. Ilmu pengetahuan yang dieksplorasi umat Islam kala itu bertumbuh pesat.
Ini terlihat dengan tumbuh suburnya perpustakaan di Kordoba pada masa itu. Pada abad ke-10, Khalifah al-Hakim dari Kordoba mempunyai perpustakaan dengan koleksi 400 ribu buku.
Ini merupakan tanda bahwa kekuasaan politik berdampingan dengan kebijaksanaan ilmu. Jika dibandingakan dengan raja Prancis Charles yang bijaksana, ia hanya punya koleksi 900 buku.
Sementara Universitas Paris pada abad ke-14 masih memiliki 2.000 buku. Tentu saja ini kalah jauh dibandingan dengan di Kordoba yang jumlahnya mencapai 400 ribu buku.