Menolak di Tes, Muslim Melbourne Terpojok Karena Lonjakan Covid-19
HIDAYATUNA.COM – Umat Muslim Melbourne merasa di kambing hitamkan atas terjadinya peningkatan penularan Covid-19 di Australia. Sebelumnya telah memperingatkan adanya pengkambing hitaman tersebut.
Wakil ketua Islamic Council of Victoria (ICV) Adel Salman menyebutkan adanya laporan sejumlah media yang menggiring opini seakan-akan komunitas Muslim tidak bertanggung jawab dan menjadi penyebab naiknya angka penularan corona di Melbourne, meski artikel tersebut tidak secara eksplisit menyebut Muslim.
“Ada semacam nada dan sindiran dalam beberapa laporan yang akan membuat pembaca atau konsumen media berpikir, ‘Orang-orang Muslim tidak bertanggung jawab dan orang-orang Muslim membuat kita berada dalam bahaya,'” ujar Adel dalam wawancaranya bersama ABC Indonesia, dikutip hidayatuna.com, Rabu (15/7/20).
Meskipun kasus corona berdampak langsung terhadap komunitas Muslim di Melbourne saat ini, Adel mengatakan tidak berarti angka tersebut dapat dibandingkan komunitas lainnya.
Sebelumnya dilaporkan sekolah ‘Al Taqwa College’ menjadi klaster terbesar di negara bagian Victoria dengan 144 kasus corona saat ini dan sebelumnya ada laporan yang mengaitkan klaster lainnya dengan perayaan Idul Fitri akhir Mei lalu.
Muslim disana Menolak di Tes Covid
Bekim Hasani, kepala urusan syariah dari Islamic Co-ordinating Council of Victoria (ICCV) mengatakan ia dan imam lainnya sudah pernah menyampaikan pesan yang sama sejak awal pandemi.
Bulan lalu, Bekim terlibat dalam membantu komunitas Muslim yang tinggal di sebelah utara kota Melbourne untuk melakukan tes.
Bekim Hasani pernah ikut membantu komunitas Muslim di kawasan Broadmeadows untuk mau di tes.
Bekim mengaku memang ada sejumlah warga, termasuk Muslim, yang menolak untuk dites dan merasa jika virus corona adalah ancaman yang serius.
“Ada sejumlah warga Muslim di luar sana yang menganggap pandemi ini tidaklah benar,” kata Bekim yang juga imam untuk komunitas Albania di Melbourne.
Menurutnya ada sejumlah alasan mengapa mereka tidak mau dites, termasuk terpengaruh oleh informasi yang salah dan teori konspirasi yang banyak beredar di jejaring sosial.