Menjelang Tahun Baru, Pasukan Pemberontak Libya Lepaskan Kapal Sitaan Berisi Warga Turki
Pasukan militer pemberontak Libya yang dikomandani oleh Khalifa Haftar telah melepaskan sebuah kapal berisi warga Turki yang mereka tangkap pada akhir pekan lalu di Laut Mediterania.
Pada hari Senin, Ahmad al-Masmari, seorang juru bicara dari kelompok pemberontak Haftar yang menamakan dirinya sebagai Libyan National Army (Tentara Nasional Libya), mengatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya senjata di kapal berbendera negara Grenada yang sedang melakukan pengiriman tepung dari Malta ke pesisir pantai Mesir, kota Alexandria itu.
Menurut Ahmad, kapal itu ditangkap oleh LNA pada hari Sabtu lalu ‘karena dianggap memasuki perairan wilayah Libya tanpa ada izin sebelumnya’. Setelah menangkap kapal tersebut, LNA membawanya ke pelabuhan Libya untuk dilakukan pemeriksaan di bawah kendalinya.
Kejadian penangkapan kapal itu terjadi di tengah-tengah adanya ketegangan antara LNA dan Turki, yang mendukung Government of National Accord (GNA), pemerintahan Libya yang didukung oleh PBB dan berbasis di ibukota Tripoli.
Sejak bulan April, pasukan pemberontak Haftar telah memimpin serangan-serangan melawan GNA, mencoba untuk menangkap Tripoli dari tangan para milisi yang sedang berjaga dan mempertahankannya.
Pada bulan lalu, Turki dan GNA sendiri telah menandatangani kesepakatan maritim dan keamanan, yang telah menarik kemarahan internasional dan keprihatianan dari beberapa negara Mediterania.
Kesepakatan yang telah disetujui oleh parlemen Turki pada hari Sabtu itu memungkinkan Ankara untuk memberikan bantuan peralatan dan pelatihan militer atas permintaan Tripoli.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mengatakan bahwa Turki dapat mengirim pasukannya ke Libya jika pemerintah Tripoli secara resmi meminta mereka untuk mengerahkannya.
Secara terpisah, pada hari Senin, juru bicara dari Uni Eropa, Peter Stano, memperingatkan bahwa ‘tidak ada solusi militer untuk konflik di Libya’, dan lanjut meminta agar semua pihak yang terlibat untuk menghentikan seluruh tindakan militer mereka.
Sementara itu, pada hari Minggu, pasukan Haftar memperpanjang batas waktu tiga hari yang sebelumnya telah mereka berikan kepada milisi yang sedang berjuang untuk mempertahankan Tripoli melawan serangan-serangan dari LNA.
LNA memberikan batas waktu terbaru yang berakhir pada hari Rabu, dan menuntut agar para milisi segera menarik diri dari Tripoli dan juga kota pesisir pantai, Sirte.
Dalam beberapa pekan terakhir, pertempuran di sekitar Tripoli telah meningkat setelah Haftar mendeklarasikan ‘pertempuran final dan menentukan’ untuk memperebutkan ibukota Tripoli.
Perlu diketahui, pasukan pemberontak Haftar atau Libyan National Army sendiri telah mendapat dukungan dari Uni Emirat Arab (UEA) dan Mesir.
Serangan yang dideklarasikan oleh Haftar itu akan mengancam Libya untuk terjerumus ke dalam gelombang kekerasan lainnya seperti dahulu ketika konflik pada tahun 2011 yang telah menggulingkan dan membunuh penguasa lama Muammar Gaddafi.
Sumber : Aljazeera.com