Menjelang Pilpres AS 2020, Akankah Bebas dari Islamophobia?
Pilpres AS 2020
HIDAYATUNA.COM – Ajang pilpres Amerika Serikat (AS) 2020 tinggal beberapa waktu. Menarik bila kita kaitkan dengan fenomena islamophobia.
Islamophobia atau ketakutan terhadap Islam oleh sebagian besar peradaban barat melahirkan berbagai bentuk.
Beberapa kejadian seperti kekerasan fisik, makian hingga penghinaan simbol Islam pernah menghiasi dunia Barat.
AS menjadi salah satu negara yang sangat berpengaruh dalam fenomena ini.
Ada dua kubu yang bersaing dalam pilpres AS, yaitu Partai Republik dan Demokrat.
Di antara kedua kubu tersebut, yang menjadi pertanyaan kubu manakah yang tidak mengidap islamophobia?
Dilansir dari Republika.co.id, Kamis (17/09/2020), artikel yang ditulis Nadia Kazi menjadi jawabannya.
Nadia Kazi adalah Associate Professor Antropologi dan penulis buku: Islamophobia, Race, and Global Politics.
Di laman Aljazeera.com, artikel bertajuk Islamophobia in the US Presidential Election ini membahas kemenangan Barack Obama pada pilpres 2008 lalu.
Kemenangan Obama itu seolah memberi angin segar bagi sebagian besar warga AS, yang mengharapkan kemunduran kebijakan pemerintahan Bush.
Diketahui, selama menerapkan kebijakan, pemerintahan Bush banyak mengkriminalisasikan kehidupan umat Islam.
Namun sebaliknya, kebijakan Obama justru mendukung islamophobia berkembang pesat.
Obama memperbarui dan memperluas Undang-Undang Patriot AS.
Ia mengklasifikasikan warga sipil Muslim yang tewas dalam serangan AS sebagai “pejuang musuh”.
Inisiatif Melawan Ekstremisme Kekerasan berfungsi dianggap sebagai bentuk kebijakan lembut dalam kehidupan Muslim biasa.
Dua belas tahun kemudian, para pemilih di Amerika sekali lagi diminta untuk menghadapi pemerintahan Republik Islamofobia yang terang-terangan.
Namun perlu dipertanyakan: apa arti kemenangan bagi kandidat Demokrat Joe Biden dan Kamala Harris bagi Islamofobia Amerika?
