Menjadi Makmum di Pertengahan Salat, Sahkah?
HIDAYATUNA.COM – Salat berjemaah memiliki ganjaran yang lebih dibandingkan sendirian, namun apakah sama halnya ketika menjadi makmum di pertengahan salat? Seperti makmum masbuq, menyusul jemaah yang sedang berimam.
Dijelaskan dalam hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Salat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dibandingkan salat sendirian” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Zainuddin Al-Malibari menerangkan dalam kitab Fathul Mu’in,
و يجوز لمنفرد ان ينوي الاقتداء بابمام اثناء صلاته و ان اختلفت ركعتهما لكن يكره ذلك له دون مأموم خرج من الجماعة لنحو حدث امامه فلا يكره له الدخول في جماعة اخر فاذا اقتدى في الاثناء لزمه موافقة الامام ثم ان فرغ اولا اتمّ كمسبوق و الا فنتظاره افضل
Diperbolehkan bagi seseorang yang salat sendirian untuk berniat menjadi makmum pada pertengahan salatnya bahkan jika rakaatnya berbeda dengan imamnya. Namun hal demikian hukumnya makruh. (Dalam Hasyiah I’anatutholibin karya Imam Utsman bin Syatho Al-Bakri menerangkan ia tidak akan mendapatkan keutamaan jamaah).
Berbeda bagi seorang makmum yang berniat memisahkan diri dari jemaahnya disebabkan Imamnya jelas-jelas berhadas. Maka tidak makruh baginya untuk bergabung pada salat jemaah lainnya di pertengahan salat.
Hal ini diiringi dengan catatan menyesuaikan rakaatnya dengan imam dan melengkapi salatnya jika Imam telah selesai terlebih dahulu selaiknya makmum masbuq. Jika ternyata rakaatnya tidak sesuai, misal makmum yang memisahkan diri tersebut berada di rakaat ketiga, dan imam jamaah barunya berada pada rakaat kedua). Maka menunggu lebih utama agar rakaatnya sesuai dengan imam.