Menguburkan Jenazah Covid-19 dalam Satu Liang
HIDAYATUNA.COM – Melonjaknya kasus Covid-19 harian mengakibatkan peningkatan korban meninggal. Oleh karenanya, ada kalanya pemerintah kehabisan cara kemudian menguburkan jenazah covid-19 tersebut dalam satu kuburan.
Bagaimanakah menurut hukum fikih Islam, apakah menguburkan jenazah Covid-19 tersebut boleh digabung dalam satu kuburan? Syek Samsyuddin bin Muhammad bin Muhammad Khotib Asy Syarbini dalam kitab Iqna’ fi Halli Alfadzi Abi Syuja’ bahwa para ulama berbeda pendapat dalam hal ini.
Persoalan menggabungkan jenazah dalam satu kuburan, menurut Imam Syarkhosi haram. Sementara Imam Mawardi bilang hukumnya makruh. Para ulama mengatakan boleh menggabungkan jenazah dalam satu lubang kubur ketika darurat.
Khatib Syarbini berkata;
.ولا يدفن اثنان في قبر واحد إلا لحاجة) أي الضرورة كما في كلام الشيخين كأن كثر الموتى وعسر إفراد كل ميت بقبر فيجمع بين الاثنين والثلاثة والاكثر في قبر بحسب الضرورة
Artinya: Jangan dikuburkan dua mayat dalam satu kuburan, Kecuali ada hajat, artinya ada pengecualian kondisi darurat, seperti yang disampaikan oleh Syeikhoini (baca; merujuk pada Imam Rafi’i dan Imam Nawawi), seperti keadaan manakala terdapat banyak mayat, dan sulit untuk mengubur jenazah satu per satu dalam liang kubur, maka hendaknya dikumpulkan atau digabungkan—dua atau tiga mayat atau lebih—dalam satu liang kuburan, tentu dengan mempertimbangkan ukuran kondisi darurat itu.
Hukum Menurut Kitab Syarah Ushul I’itiqadu Ahli as Sunati lil Alkai
Dalam Kitab Syarah Ushul I’itiqadu Ahli as Sunati lil Alkai, yang ditulis oleh Syekh Hasan Abu Asybal Az Zahiri, ketika ditanya terkait hukum menggabungkan mayat dalam satu kuburan. Beliau menjawab hukumnya boleh. Hal itu pernah diperbuat oleh Nabi Muhammad dalam perang Uhud. Baginda Nabi menguburkan sahabat dalam satu liang kubur. Ia berkata;
هل يجوز دفن أكثر من ميت في قبر واحد؟
نعم .كما هو واقع في قتلى أحد، فالنبي عليه الصلاة والسلام دفن الجماعة في قبر واحد، ومسألة أن كل ميت له قبر مسألة مستقرة، لكن إذا تعذر الأمر وكثر الموتى وقلت القبور جاز للضرورة دفن أكثر من واحد في قبر واحد، ويقدم أكثرهم قرآناً أو علماً بالسنة.والإمام الشافعي عليه رحمة الله قال: وإن ضاقت المسألة ولا بد من دفن الرجل مع المرأة أو المرأة مع الرجل فلا بأس بذلك للضرورة على أن يكون بينهما ساتر، ساتر من رمال أو تراب أو غير ذلك، مع أنه لا يخاف الفتنة والحالة هذه،
Artinya; Apakah boleh menggabungkan banyak mayat dalam satu liang kubur? (Syekh Hasan Asybal Zahiri menjawab), ya boleh. Sebagaimana pernah terjadi dalam peperangan Uhud. Maka Nabi Muhammad menanam para sahabat dalam satu liang kubur, dan masalah bahwa setiap satu jenazah, maka hendaknya baginya satu kuburan merupakan ketetapan hukum.
Ketentuan Menguburkan Jenazah dalam Keadaan Darurat
Akan tetapi persoalannya apabila dalam keadaan uzur (ada kesulitan) dan ada banyak yang meninggal, dan sempit tanah lahan makam. Boleh hukumnya (menggabung mayat dalam satu kuburan), dan dikubur lebih dari satu mayat dalam satu kuburan.
Terlebih dahulu orangyang ditanam yang banyak hafalan Quran dan pengetahuannya terhadap ilmu hadis.
Imam Syafi’i berkata, tidak mengapa memperbuat demikian jika dalam keadaan darurat. Misalkan masalah semakin komplek dan harus dikubur, seorang laki-laki digabung dengan seorang wanita, atau seorang perempuan dengan seorang laki-laki.
Tetapi hendaknya dibuat di antara laki-laki dan perempuan itu satir (pembatas), pembatas itu dari pasir atau tanah atau selain itu. Penggabungan itu hendaknya tidak menimbulkan fitnah.