Mengharukan, Kisah Imam Masjid Besar di Mesir Jadi Penjual Es Keliling
HIDAYATUNA.COM – Kisah dari sosok Syaikh Mahmud Atif, yakni seorang Imam Masjid Besar di Mesir menjadi penjual es keliling bisa menjadi teladan bagi umat muslim. Bukan karena profesinya sebagai seorang penjual es keliling melainkan prinsip hidup yang ia pegang sebagai seorang mukmin.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama Mizan, Haidar Bagir dalam unggahan videonya baru-baru ini di akun Twitter pribadinya @Haidar_Bagir.
“Imam Masjid Besar di Mesir adalah seorang penjual es keliling. Dengarkan prinsip hidupnya…,” tulis Haidar Bagir dikutip Hidayatuna.com, Rabu (6/5/2020).
Dalam unggahan video itu melaporkan tentang kisah inspiratif sosok Syaikh Mahmud Atif, yakni seorang Imam Masjid resmi di bawah naungan Kementerian Perwakafan Mesir dari hasil reportase salah satu televisi di negara Piramid tersebut.
Pada sesi wawancaranya, Syaikh Mahmud Atif mengatakan semula banyak yang meragukan profesinya sebagai seorang Imam Masjid Besar, lantaran ia bekerja sebagai seorang penjual es keliling.
“Pandangan sebagian yakni orang pada umumnya mereka mempertanyakan, masak sih penjual es keliling ini adalah seorang imam masjid?” kata Syaikh Mahmud.
Syaikh Mahmud membeberkan ihwal honornya sekali khutbah Jum’at hanya 40 Pon Mesir (2.2 $). Dan setiap akhir bulan ia mengambil honor tersebut sebesar 140 Pon Mesir (8 $).
“Honor segitu tidak cukup untuk kebutuhan rumah tangga dalam satu pekan. Saya bayar uang kontrakan, air dan listrik saja menghabiskan dana 800 Pon (44.5 $),” jelasnya.
Syaikh Mahmud menceritakan perihal pekerjaannya sebagai penjual es keliling. “Saya memulai usaha jual es keliling sejak usia 12 tahun. Awalnya saya jualan punya orang, kamudian baru saya belajar dan berdagang mandiri,” ungkapnya.
Profesi jualan es keliling ini ia lakukan bahkan sampai ia masuk kuliah. “Saya kemudian menikah setelah mengambil program sarjana strata satu (LC) dan saya masih jualan es keliling,” sambungnya.
Dan begitulah seterusnya, Syaikh Mahmud tetap berjualan es keliling, karena ini satu satunya pekerjaan yang ia tekuni sejak ia masih berstatus pelajar.
“Saya belum pernah belajar pekerjaan selain jualan es keliling ini. Dengan keterampilan yang satu ini, saya pun bisa fokus belajar,” bebernya.
Syaikh Mahmud mengaku mulai pekerjaan dari pagi jam 9 atau jam 10 sampai waktu Magrib tiba.
“Setelah magrib saya isi aktivitas dengan menghafal al-Qur’an atau muraja’ah hafalan 1-2 jam-an. Mengulang kembali pelajaran dalam kitab yang ada di rumah agar ilmu pengetahuan yang pernah saya pelajari benar benar bisa melekat (tidak hilang atau lupa),” jelasnya.
Jualan es keliling ini, lanjut dia, hanya dilakimukan saat musim panas saja, sementara saat musim dingin datang ia megaku tidak bisa jualan.
“Kebutuhan dimasa mendatang, tentunya membuat saya bekerja lebih ekstra untuk memenuhi keperluan disaat musim dingin (yang saya lalui tanpa pekerjaan),” kata Syaikh Mahmud.
Ia mengaku menekuni profesi ini, karena memang ia tidak bisa bekerja pekerjaan yang lain. Dan akibat jualan es keliling ini membuat fisiknya semakin payah karena sering mengangkat beban berat.
“Saya menjadi cepat (lebih tua). Pekerjaan ini membuat saya sering memikul beban berat, menjadikan pinggang saya sering sakit. Tapi mau gimana lagi, ini pekerjaan saya satu satunya. Kalau saya pengangguran (bagaimana saya bisa menafkahi keluarga?) Ahlu ad-ddin (orang yang berpegang teguh pada agama) tidak akan pernah meminta minta ke orang,” tandasnya.