Menghadapi Pemilu 2024 dengan Santai
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Kontestasi perpolitikan Indonesia menuju pemilu 2024 memasuki babak baru. Banyak manuver-manuver tak terduga yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.
Dimulai dari disepakatinya Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) Anies Baswedan, Mahfud MD disepakati menjadi bacawapres Ganjar Pranowo, hingga Gibran Rakabuming Raka menjadi bacawapresnya Prabowo Subianto.
Tidak hanya itu, beberapa kejadian tak terduga seperti keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) hingga presiden Jokowi mengajak seluruh calon presiden (capres) makan siang bersama turut menghiasi dinamika kontestasi perpolitikan Indonesia menuju pemilu 2024.
Lantas, bagaimana kita menanggapi kontestasi ini agar bisa tetap santai?
Lihat Sisi Positifnya
Berbeda dengan dua edisi pemilu sebelumnya, pemilu tahun ini lebih bervariatif dan tidak terkonstruk dengan fenomena polarisasi.
Pemilu tahun ini hampir dipastikan dapat menimbulkan dinamika baru.
Masing-masing dari pasangan capres-cawapres memiliki brandingnya sendiri-sendiri.
Memiliki daya jual positif serta gagasan-gagasan yang pastinya lebih kaya dari sebelumnya.
Sebagaimana layaknya setiap negara menghadapi proses transisi kepemimpinan, pertarungan gagasan dengan latar belakang yang bervariasi merupakan hal yang lumrah dan sehat untuk kemajuan demokrasi di Indonesia.
Apalagi saat ini positioning Indonesia di kancah perpolitikan dunia cukup krusial dan dipandang.
Otomatis, kontestasi pemilu 2024 ini akan menjadi examination apakah Indonesia layak menjadi salah satu role model dalam penerapan demokrasi atau tidak.
Glorifikasi pemilu mendatang juga dipastikan akan dihiasi oleh generasi muda.
Selain faktor media sosial, mayoritas pemilih pada pemilu 2024 ini adalah dari kalangan milenial dan gen-z.
Aspek tersebut sudah dipastikan akan mempengaruhi pola kampanye yang digunakan oleh masing-masing kontestan.
Partai-partai politik harus membenahi pola komunikasi, strategi serta taktik kampanyenya agar lebih beradaptasi dengan zaman sekarang.
Dan letak kekuatan terbesar adalah pada media sosial,
Situasi global pasca krisis pandemi covid-19 menghasilkan penggunaan dunia maya secara masif.
Ketergantungan terhadap media mainstream seperti televisi mulai berkurang.
Masyarakat lebih mudah mengakses media sosial karena fleksibilitas yang ditawarkan.
Walaupun hal ini sudah ada sejak 2019, tapi akan berbeda dengan 2024 mendatang.
Masyarakat hari ini bisa dikatakan lebih cerdas dalam memilah serta memilih informasi yang ingin mereka nikmati.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu algoritma media sosial serta kesadaran literasi digital yang meningkat.
Walaupun masih ada yang belum baik, kita semua harus meyakini kualitas literasi digital masyarakat Indonesia semakin berkembang.
Mari Kita Hadapi 2024 dengan Santun, Damai dan Tetap Santai
Beberapa pakar politik hari ini berasumsi bahwa kecenderungan paradigma yang digunakan dalam kontestasi pemilu 2024 dipengaruhi oleh faktor pemerintahan yang berjalan sekarang.
Mereka menyatakan ada beberapa pihak yang puas dan beberapa pihak lain menyatakan kontra.
Tentu saja itu sangat betul, tapi yang lebih penting adalah bagaimana hikmah yang dapat kita petik dari pemilu 2019 sebelumnya.
Pada saat itu, masyarakat terpolarisasi menjadi dua kelompok. Bisa kita sebut dengan cebong dan kampret.
Tapi yang terjadi sekarang, dua kelompok tersebut sudah melebur di masing-masing di antara tiga capres-cawapres.
Hari ini lebih sulit untuk mengidentifikasi kecendurungan politik sekalipun dalam suatu kelompok.
Apakah ini negatif? Tentu saja tidak.
Justru hal ini sangat positif agar kita semua dapat belajar untuk tidak mudah menghakimi seseorang hanya berdasarkan perspektif saja.
Tidak menimbulkan fenomena subversi di tengah masyarakat serta dapat menjaga kerukunan antar setiap individu tau kelompok.
Yang pasti, kita semua pasti berharap agar di masa depan Indonesia memiliki sosok pemimpin yang mampu mengayomi serta mengaplikasikan gagasannya secara koheren dan komprehensif.
Dan kita semua pasti berharap agar positive vibes disebarkan secara masif agar positive value dari pemilu 2024 dapat dirasakan oleh semua komponen rakyat Indonesia. []