Mengenang Syeikh Ayatullah Mohsin Ali Najafi, Ulama Pakistan yang Penuh Dedikasi

 Mengenang Syeikh Ayatullah Mohsin Ali Najafi, Ulama Pakistan yang Penuh Dedikasi

Mengenang Syeikh Ayatullah Mohsin Ali Najafi, Ulama Pakistan yang Penuh Dedikasi (Foto/IQNA)

HIDAYATUNA.COM, Pakistan – Putra Syekh Ayatullah Mohsin Ali Najafi mengenang komitmen seumur hidup ayahnya terhadap persatuan dan pengetahuan umat Islam, dan bagaimana ia menginspirasi orang-orang dengan kebijaksanaan dan kasih sayang yang dimilikinya.

Cendekiawan terkemuka Pakistan Ayatullah Mohsin Ali Najafi meninggal dunia pada 9 Januari 2024 di Islamabad.

Putranya, Hojat-ol-Islam Anwar Ali Najafi, mengenang warisan ayahnya dalam sebuah wawancara yang dikutip dari IQNA.

Menurut putranya, Ayatollah Mohsin Ali Najafi lahir pada tahun 1943 di sebuah desa di Gilgit-Baltistan Pakistan.

Ia menerima pendidikan awalnya di sekolah ayahnya, dimana ayahnya, Hossein Jan, terkenal sebagai salah satu ulama pada masanya.

Pada usia 14 tahun, dia secara tragis kehilangan ayahnya. Melanjutkan studinya, ia pindah ke desa tetangga, di mana ia belajar di bawah bimbingan seorang ulama bernama Seyd Ahmad Mousavi, yang berasal dari Najaf.

Pada tahun 1963, ia mendaftar di sebuah sekolah di Sindh, juga menguasai bahasa Urdu dalam waktu satu tahun.

Dia kemudian pergi ke Punjab untuk melanjutkan studi lebih lanjut di Darul Uloom Jafariya Khoshab sebelum bergabung dengan Jamiat Al-Muntazar di Lahore.

Untuk mencari pendidikan lanjutan, ia berkelana ke seminari Najaf pada tahun 1966, di mana ia mempelajari ilmu-ilmu agama di bawah bimbingan Ayatollah Khoei, Shahid Baqer al-Sadr, dan ulama terkemuka lainnya.

Menyusul bangkitnya pemerintahan Baath di Irak dan tekanan terhadap lembaga-lembaga keagamaan, ia pindah ke Pakistan dan menetap di Islamabad.

Di sana, ia mendirikan Jamiah Ahl al-Bayt. Sejak itu, beliau aktif terlibat dalam pengajaran Fiqh, Usul, tafsir Al-Quran, filsafat, teologi, dan etika.

Ayatullah Najafi juga menjabat sebagai wakil Ayatollah Sistani di Pakistan dan menjabat sebagai ketua Dewan Tertinggi Majelis Ahl al-Bayt Pakistan.

Pada usia 25 tahun, Ayatullah Najafi menulis buku Al-Nahj al-Sawī fī Maʿnā al-Mawlā wa-al-Walī dalam bahasa Arab.

Ayatullah Agung Sheikh Mohammed Mohsen Razi, yang dikenal sebagai Agha Bozorg Tehrani, mengulas buku ini, menyatakan bahwa meskipun usianya sudah tua dan ketidaknyamanan fisik, membaca buku tersebut “meringankan rasa sakitnya,” menurut putranya.

Melanjutkan wacana ilmiahnya, Ayatullah Najafi membimbing ribuan siswa, katanya, sambil menambahkan, “Banyak tokoh agama dan budaya terkemuka di Pakistan saat ini belajar langsung di bawah bimbingannya atau dipengaruhi oleh ajarannya.”

“Meskipun sumber dayanya terbatas, dia sering bepergian ke Pakistan, menyebarkan pengetahuan dan keterampilan sambil berpartisipasi aktif dalam pembangunan sekolah, masjid, dan lembaga amal,” imbuhnya.

Ayatullah Najafi memainkan peran penting dalam upaya bantuan bencana, mengawasi pembangunan lebih dari 20.000 rumah bagi mereka yang terkena dampak banjir dan gempa bumi, terlepas dari afiliasi sektariannya.

Putranya juga menambahkan bahwa yayasannya, Yayasan Hosseini, yang didirikan di bawah bimbingannya, mengoordinasikan berbagai upaya bantuan bencana, kegiatan amal, termasuk dukungan untuk rumah sakit dan korban terorisme.

Ayatollah Najafi memprakarsai rencana visioner untuk memberdayakan keluarga miskin dengan memberi mereka perumahan, makanan, dan pelatihan kejuruan, yang bertujuan untuk mencapai swasembada dalam satu dekade, kata putra tersebut, sambil mencatat bahwa inisiatif yang berkelanjutan ini merupakan bukti pendekatannya yang berpikiran maju.

Singkatnya, Ayatollah Najafi berperan sebagai tokoh pemersatu dalam komunitas Syiah Pakistan, yang mewujudkan kebaikan dan inklusivitas, tambah Anwar Ali Najafi.

Kontribusi Ayatollah Najafi terhadap literatur keagamaan mencakup lebih dari tiga puluh buku ilmiah, menurut putranya, yang menambahkan bahwa di antara karyanya yang terkenal adalah Balagh Al-Quran , sebuah tafsir Al-Quran yang diringkas menjadi satu volume dengan penjelasan singkat.

Selain itu, Tafsir sepuluh jilidnya yang berjudul Al Kauthar fi Tafsir Al Quran menjadi terkenal di kalangan Syiah dan Sunni karena penafsirannya telah mendapat pengakuan di komunitas akademis Pakistan, dengan banyak tesis doktoral yang didedikasikan untuk studinya.

“Untuk mendorong persatuan antara komunitas Syiah dan Sunni, setiap tahun beliau menyelenggarakan konferensi dan memprioritaskan dialog dengan ulama Sunni,” kata Anwar Ali Najafi.

Dia mencatat bahwa penafsiran Al-Quran ayahnya dibuat dengan cara yang dapat diakses oleh semua pembaca, melampaui perpecahan sektarian karena karya tersebut tidak hanya mempromosikan persatuan tetapi juga merayakan keutamaan Ahl al-Bayt.

Selain itu, Syaikh Najafi mendirikan Hadi TV, sebuah jaringan yang didedikasikan untuk menyebarkan ajaran Ahl al-Bayt sambil menganjurkan persatuan, kenang putranya.

Putranya ingat bahwa pemakaman ayahnya tidak hanya dihadiri oleh ulama Syiah tetapi juga ulama Sunni, serta sejumlah tokoh politik, hal ini menunjukkan daya tarik dan pengaruh ayahnya yang luas. []

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *