Mengenal Tokoh-Tokoh Mufasir Perempuan dalam Pangung Sejarah Islam

 Mengenal Tokoh-Tokoh Mufasir Perempuan dalam Pangung Sejarah Islam

Menelusuri Jejak Panjang Orang-Orang Arab di Indonesia (Bagian 2) (Iustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Alquran diatur banyak kemungkinan penafsiran sehingga tafsir itu, sebenarnya tidak tunggal melainkan jamak. Alquran mendudukkan laki-lak dan perempuan setara di hadapan Allah.

Masa Jahiliyah telah usai, perempuan selalu terbelenggu dalam pusaran budaya patriaki yang mendiskreditkan kaum perempuan.

Dalam sejarah perkembangan tafsir, kaum laki-laki selama ini peran dominan dalam segala bidang keilmuan termasuk dalam bidang penafsiran. Namun seiring dengan berkembanganya zaman, kaum perempuan juga ikut andil dalam intelektual.

Hal tersebut terbukti dengan adanya mufasir perempuan yang muncul beberapa dekade ini sebagai berikut:

1. Sayyidah Aisyah ( Ummul Mu; minini )

Aisyah ra, istri nabi atau yang disebut dengan umul mu’minin adalah tokoh pertama peletak mufasir perempuan yang banyak mengoleksi hadis tentang tafsir Alquran. Ada sekitar 2210 hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah. Tak jarang Aisyah mempunyai anak laki-laki salah satunya adalah Ibnu Abbas.

2. Aisyah Abdul Rahman Bint Syati ‘

Ia mempunyai nama panngilan Bint Syati ‘yang berasa dari Mesir. Masa pendidikannya ia habiskan di Universitas Kairo Mesir dengan fokus kajian Sastra Arab dan kajian tafsir Alquran.

Keluarga Bint Syati ‘awalnya tidak setuju ketika ia akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Salah satu penyebabnya ia adalah perempuan yang notebene tempatnya diranah domestik.

Namun yang terjadi, di antara pertentangan keluarganya, sosok ibunya-lah yang mendukung ia untuk lanjut keperguruan tinggi. Di balik perjuangan tersebut, usaha perjuangannya membuahkan hasil.

Aisyah Bint Syati ‘menjadi sosok wanita yang produktif khususnya dalam bidang tafsir. Salah satunya adalah al-Tafsir al-Bayānīl al-quran al-Karim .

Meskipun kitab tafsir tersebut tidak utuh lengkap 30 juz, namuan hanya terbatas pada juz 29 dan 30. Aisyah binti Syati’memberikan semangat baru bagi kita semua, khususnya kaum perempuan bahwa peran mereka bukan hanya dalam ranah domestik saja. Tetapi mereka juga bisa menunjukkan eksistensi mereka dalam ruang publik khususnya menjadi penulis.

3. Zaynab al-Ghazali

Nama lengkapnya adalah Zaynab Muhammad al-Ghazali, ia berasal dari Buhairah Mesir. Ketika Masih kecil Zaynab selalu diminta oleh waktulah bahwa majlis-majlis ta’lim yang turut dihadiri oleh ulama-ulama al-Azhar.

Zaynab hidup masa pemerintahan Gamal Abdul Naser, yang pada saat itu, organisasi yang bernama Persatuan Wanita Muslimah dibubarkan karena difitnah rezim rezim pada saat itu. Kemdian, oleh rezim ia menawarkan sebuah jabatan, namun ia tidak mau dan memilih untuk berdakwah menegakkan kebenaran.

Di sela-sela ia menjadi seorang aktivis, ia juga sosok perempuan yang produtktif terbuki dari kitab tafsir monomentalnya yakni Nadzarat fi Kitabillah  lengkap 30 juz dengan ciri kitab tafsirnya adalah bantahan hak-hak perempuan dan memperjuangkan kesetaraan gender.

Namun kehidupan Zaynab sangat tragis sekali ia di huku dan di penjara bersama anjing-anjing ganas, namun di balik itu, meskipun ia di penjara bersama hewan buas tak sedikit anjing itu dimasukkan kulitnya, dan inilah salah satu contoh karamah berkat keikhlasanya menegakka kebenaran.

3. Kariman Hamzah

Nama Lengkapnya adalah Fatimah Kariman Abdul Latif Hamzah, ia lahir di Kairo Mesir. Hamzah adalah sosok perempuan yang terbukti publik ia menjadi wartawan.

Hamzah juga merupakan salah satu perempuan produktif terbukti dengan karya monomental dalm bidang tafsir bernama al-Lu’lu ‘wa al-Marjân fî Tafsîr al-qura n .

Kitab tersebut juga lengkap 30 juz, salah satu cirinya adalah memberikan perspektif perempuan ketika berbicara tentang perempuan, disamping itu, tafsir ini singkat dan mudah sehingga tafsir ini di peruntukkam untuk anak-anak dan pemula.

Sosok perempuan mufasir di atas memberikan semangat baru bagi kita semua yang awalnya perempuan ketika zaman jahiliyah di kubur hidup-hidup, diwariskan dengan datangnya Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad akhirnya martabat perempuan di mulyakan oleh Allah melalui Alquran.

Dari tokoh mufasir perempuan di atas, membuktikan bahwa perempuan juga bisa ikut dan dalam ranah penassiran melalui karya-karya yang lembut. Ayat-ayat Khususnya yang perpisahan gender mereka juga memiliki perspektif sendiri dalam menafsirkan ayat Alquran.

Nafilah Sulfa

https://hidayatuna.com/

Penulis adalah santri aktif Pondok Pesantren Ziyadatut Taqwa Pamekasan Madura, dan Mahasiswi Ilmu Alquran dan Tafsir semester akhir di IAIN Madura. Pegiat kajian Feminisme.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *