Mengenal Syekh Ad-Diba’i
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Setiap malam Jum’at, umat Islam di Nusantara biasanya melakukan berbagai aktivitas keagamaan dengan bermaksud mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Ada yang membaca Al-Qur’an, salat hajat, dan mujahadah.
Di samping itu, tidak sedikit yang diisi dengan pembacaan shalawat Nabi.
Salah satu bentuk shalawat yang dibaca adalah shalawat diba’.
Shalawat ini terdiri dari teks prosa dan bait-bait. Keduanya mengisahkan tentang kisah kelahiran dan keutamaan sosok Nabi Muhammad saw.
Pengarang ad Diba’ adalah Syekh Ad-Diba’i. Nama lengkapnya Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar Ad-Diba’i As-Syaibani.
Nama Diba’, berasal dari gelar atau laqob yang dilekatkan pada kakeknya Ali bin Yusuf Diba’.
Syeikh Ad-Diba’i lahir di kota Zabid, Yaman pada 4 Muharram 866 H atau 8 Oktober 1461 M. Dalam perhitungan lain 17 Oktober.
Sejak kecil beliau diasuh oleh kakeknya dari jalur ibu, Syekh Syarafuddin bin Muhammad Mubariz.
Hal itu disebabkan karena ayahnya sedang bepergian dan kemudian meninggal di daratan India.
Di antara ilmu yang dipelajarinya adalah nadzam syatibiyah, gramatika Arab, matematika, dan ilmu fikih.
Di usianya yang belum genap 20 tahun, setelah pulang dari ibadah hajinya yang kedua, Syekh Ad-Diba’i kembali menuntut ilmu untuk belajar ilmu hadits di bawah bimbingan Syaikh Zainuddin Ahmad bin Ahmad as-Syarjiy.
Beliau merupakan guru terpenting kedua setelah kakeknya, Syaikh Syarafuddin.
Selain kedua guru tersebut, beliau juga belajar kepada guru yang lain.
Di antaranya al-Imam al-Hafiz as-Sakhawi, al-Imam Ibnu Ziyad, al-Imam Jamaluddin Muhammad bin Ismail, mufti Zabid, dan al-Imam al-Hafiz Tahir bin Husain al-Ahdal.
Beliau merupakan penganut sunni atau ahlus sunnah wal jama’ah syafi’iyyah.
Di antara karyanya berupa Qurrotul `Uyun yang membahas seputar Yaman, Kitab Mi`roj, Taisiirul Usul, Bughyatul Mustafid, dan beberapa bait syair lainnya.
Beliau wafat pada hari Jum’at, 12 Rajab 944 H (15 Desember 1537 M). []