Mengenal Sejarah Penanggalan Jawa
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Peneliti Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (FIB UI), Dr. Sunu Wasono mengatakan, penanggalan Jawa muncul pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Kerajaan Mataram.
Penanggalan Jawa menggabungkan konsep penanggalan Hijriah dan Saka. Ia menjelaskan kalender Saka merupakan penanggalan yang digunakan umat Hindu di India sejak 78 Masehi, termasuk penganut Hindu di Indonesia.
“(Kalender Jawa) Gabungan dari tahun Saka dan Islam, kalau dirunut bermula dari Sultan Agung (Sultan Agung Hanyokrokusumo), dan itu dianggap sebagai sebuah keberhasilan karena memadukan dua tradisi besar, yaitu Islam dan Saka menjadi tahun Jawa,” ungkap Sunu Wasono dilansir dari Kompas.com, Selasa (2/8/2022).
Tujuan Sultan Agung menggabungkan dua penanggalan tersebut adalah untuk merangkul golongan masyarakat Jawa dan santri. Sebab, saat itu masyarakat Jawa masih menganut kalender Saka, sementara pada santri berpatokan pada kalender Hijriah.
“Dengan penyatuan tersebut, Sultan Agung ingin agar posisi Kerajaan Mataram semakin kuat di hadapan Belanda,” ucapnya.
Untuk merangkum semua kepentingan masyarakat, maka sistem penanggalan baru dibuat dengan menggabungkannya dengan kalender Hijriah dan kalender Saka, menjadi kalender Jawa.
Menurut Wasono asal usul kalender Jawa tersebut, maka dapat dipastikan bahwa kalender Hijriah dan Jawa adalah dua hal yang berbeda.
“Meskipun, keduanya memiliki awal tahun yang sama,” tandasnya.