Mengenal Puasa Tarwiyah-‘Arafah dan Sejarahnya

 Mengenal Puasa Tarwiyah-‘Arafah dan Sejarahnya

Contoh Ijtihad Abal-Abal: Boleh Lanjut Makan Sahur Saat Adzan Subuh (Ilustrasi/Hidaytauna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Menjelang puncak ibadah Haji, semua umat muslim di seluruh dunia disunnahkan melaksanakan dua puasa penting, yakni puasa Tarwiyah dan ‘Arafah.

Puasa Tarwiyah merupakan puasa yang dilakukan pada hari kedepalan pada bulan Dzulhijjah. Sedangan puasa ‘Arafah dilakukan pada hari ‘Arafah, yakni di hari kesembilan bulan Dzulhijjah.

Pada momen Ibadah Haji 1444 H tahun, puasa Tarwiyah akan dilakukan pada hari Selasa, 27 Juni 2023. Sedangkan untuk puasa ‘Arafahnya akan dilakukan pada 28 Juni 2023.

Lantas bagaimana awal mula sejarah puasa Tarwiyah dan ‘Arafah ini?

Dilansir dari Buku Pintar Puasa Wajib da Sunnah yang ditulis Nur Solikhin dijelaskan bahwa puasa Tarwiyah dan Arafah merupakan puasa untuk memperingati kisah ketaatan Nabi Ibrahim As.

Diriwayatkan, Nabi Ibrahim adalah sosok yang sangat taat pada Allah SWT.

Pada musim haji, beliau rutin menyembelih 1000 ekor domba, 100 ekor sapi, dan 10 ekor unta.

Banyaknya hewan qurban yang beliau berikan membuat masyarakat kagum. Beliau menganggap bahwa qurban semacam itu adalah hal biasa.

Bahkan pernah suatu ketika, ia mengucapkan apabila Allah SWT memerintahkan dirinya menyembelih putranya, ia bersedia melakukannya.

Ucapan itu disampaikan sebagai bentuk ketaatannya kepada Allah SWT. Di mana ia ikhlas untuk melakukan apapun demi perintah Allah SWT.

Suatu ketika, Nabi Ibrahim bermimpi diperintahkan untuk menyembelih putra kesayangannya dari pernikahannya dengan Siti Hajar yakni Ismail. Di mimpi pertama itu, ia tak menghiraukannya.

Pada malam kedua, ia kembali bermimpi sama. Pasca kejadian itu, ia mulai berpikir keras.

Akhirnya ia mengumpulkan anak dan istrinya berunding soal perintah Allah SWT tersebut.

Peristiwa itu kemudian diperingati dalam puasa Tarwiyah dengan memiliki makan berpikir-pikir.

Setelah berunding, Siti Hajar dan Ismail berkata, “Kalau memang menyembelih Ismail adalah perintah dari Allah, maka harus dilaksanakan tanpa ragu dan takut.”

Esok harinya, Nabi Ibrahim kembali bermimpi serupa tentang perintah menyembelih anaknya.

Mimpi ketiga ini semakin membuat Ibrahim yakin bahwa itu benar-benar perintah dari Allah SWT.

Nah, peristiwa di mimpi ketiga ini kemudian diperingati umat muslim dengan puasa sunnah Arafah yang mempunyai makna mengenal.

Di mana keyakinan itu hadir dari hati yang ikhlas dan suci dari seorang hamba beserta keluarga atas perintah Allah SWT.

Namun saat tiba waktunya, Allah SWT kemudian menggantikan Ismail dengan seekor domba dari surga yang sangat gemuk, sehat, dan cantik.

Peristiwa itu ternyata untuk menguji Nabi Ibrahim, tentang seberapa besar ketaatannya kepada Allah SWT. Dan ia lulus dalam ujian tersebut. []

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *