Mengenal Pelopor Pertama Perayaan Maulid di Kalangan Sunni
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad saw atau yang disebut Maulid, pertama kali dirayakan oleh kelompok Sunni sekitar tahun 549-630 H.
Peringatan Maulid Nabi dipelopori langsung oleh Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri (al-Mudzhaffar Abu Sa`id), yakni gubernur Irbil di Baghdad, Irak.
Di mana saat itu, perayaan Maulid dilakukan bersama masyarakat.
Hal ini sebagaimana dilansir dari akun Instagram @ala_nu, Rabu (26/10). Peringatan maulid dihadiri umat muslim dari berbagai kalangan, termasuk kalangan Sunni.
Mereka berkumpul di suatu tempat dengan membacakan biografi singkat Nabi Muhammad. Mulai dari lahir hingga perjuangan Rasulullah.
Selain itu mereka juga secara bersama-sama membaca ayat-ayat Al-Qur’an, melantunkan shalawat dan syair-syair kepada Rasulullah.
Hal ini sebagaimana diungkapkan al-Bakri bin Muhammad Syatho dalam kitab I`anah at-Thalibin Juz II, hal 364.
Sementara itu, menurut ulama muda pakar turats klasik, KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjelaskan peringatan Maulid Nabi pertama kali muncul bersamaan ketika Yerussalem dikuasi pasukan Romawi tahun 1099 M atau sekitar bulan Ramadan 492 Hijriah.
“Dulu itu tentara Romawi menguasai Palestina. Ini saya kasih tau sejarahnya Maulid. Saat orang Romawi menguasai Palestina, orang Islam itu melempem (tidak berkutik),” kata Gus Baha dalam pengajiannya dikutip dari unggahan akun Youtube, Ijeh Santri.
Melihat kondisi tersebut, Shalahuddin Al-Ayyubi yang merupakan pemimpin kekuatan Islam merasa kegilasah. Ia pun kemudian mencari cara untuk membangkitkan semangat umat Islam.
Setelah berbagai cara dilakukan dan mentok, Shalahuddin Al-Ayyubi pun menginisiasi agar dilakukan pembacaan biografi Nabi Muhammad saw.
“Saat itu Sholahuddin Al-Ayyubi tidak punya cara lain untuk membangkitkan semangat umat Islam kecuali dengan cara membacakan biografinya Kanjeng Nabi di hadapan orang-orang muslim kala itu,” kata Gus Baha.
“Sejak saat itu terjadilah peristiwa orang-orang Islam dibacakan Maulid. Akhirnya umat Islam kembali bersemangat mengenang Kanjeng Nabi. Akhirnya ada ihtifalul maulidin nabi. Betapa Rasulullah itu sosok figur yang luar biasa,” jelasnya. []