Mengenal Nabi Muhammad Lebih Dekat di Bulan Maulid
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Rabiul Awal adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad. Momen di Bulan Maulid atau bulan Rabiul Awal ini sering kali dirayakan oleh umat muslim dengan penuh suka cita.
Note: Tulisan ini adalah ulasan atau resensi singkat tentang buku berjudul Liannaka Muhammad karya Syadi Wahid Quthnah. Adapun data lengkap mengenai buku tersebut tercantum di bagian akhir tulisan.
Seluruh umat di belahan dunia memaksimalkan bulan Maulid ini untuk megingat, mengenang dan meneladani nilai-nilai agung dalam diri Nabi.
Meski di beberapa tempat tidak memperbolehkan adanya perayaan Maulid Nabi ini serta dinilai sebagai bidah oleh kelompok Wahabi.
Melalui pujian, kita akan mengenal kemuliaan. Dengan kemuliaan, kita akan belajar meneladani dan mengamalkan dalam hidup.
Menariknya, yang memuji bukan dari kalangan makhluk saja, akan tetapi juga Allah sendiri dalam Al-Qur’an.
Misal, dalam Q.S. al-Najm ayat 1-4, Allah memuji akal dan lisan Nabi. Dalam ayat lain, Q.S. Al-Insyirah ayat 1-4 yang memuji dada Nabi dengan melapangkan dan menjunjung tinggi sebutannya.
Dalam ayat yang lain juga disebutkan bagaimana Allah memuji kelembutan akhlak Nabi.
وإنك لعلى خلق عظيم
Artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menyebutkan bahwa hanya dari adanya penekanan innaka, akan tetapi lam huruf taukid serta penyifatan lafaz khuluq dengan sifat ‘adzim.
Menyifati hal yang kecil dengan yang agung tentu tidaklah elok. Akan tetapi, yang memberi label tersebut yang Maha Agung, tentu kita tidak bisa lagi membayangkan bagaimana keagungan akhlak Nabi Muhammad.
Membicarakan akhlak Nabi ibarat seseorang menyeberang lautan tak bertepi, begitu luasnya.
Hal ini melambangkan betapa agung keindahan akhlak dan keagungan budi pekertinya.
Benar nyatanya memang bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak beliau melebihi dari batas minimum, tak terbatas.
Oleh sebab itu, hadirnya buku ini ingin mengajak kembali para pembaca untuk lebih dekat lagi dengan kepribadian Nabi.
Hal-hal yang Nabi sukai dan tidak disukai. Buku ini adalah kumpulan hadis Nabi yang semuanya berbicara perihal kepribadian Nabi.
Di satu sisi, kita dianjurkan mengikuti pola hidup yang Nabi contohkan. Namun, di sisi lain kita juga memiliki keterbatasan untuk bisa mengikuti beliau sepenuhnya.
Dalam arti lain, bahwa hal itu memang tertuju dan dimiliki oleh Nabi. Misal, menerima wahyu yang bersifat metafisik, atau stempel kenabian yang bersifat fisik.
Syadi dalam buku ini mengumpulkan bukti bukti hadis Nabi yang menceritakan kepribadiannya.
Ini tidak lantas menjadikan Nabi sosok yang jumawa, akan tetapi hal ini dikarenakan memang dalam rangka untuk mengajarkan kepada umatnya bahwa segala gerak langkah yang pernah dilakukan oleh Nabi adalah sebagai contoh.
Nabi pernah ditanya oleh salah satu sahabat yang meyakini bahwa Nabi sudah menjadi penduduk surga.
Akan tetapi Nabi tetap beribadah sebaik dan semaksimal mungkin. Jawaban Nabi,
”Salahkah jika aku menjadi hamba yang beryukur?”
Artinya, meski Nabi sudah terjamin masuk surga, dia tetap beribaha agar tetap mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Betapa agung dan mulianya sifat Nabi.
Pun demikian, dalam hadis disebutkan bahwa,
“Aku diutus hanya semata-mata untuk menyempurnakan akhlak.”
Itulah mengapa akhlak di atas segala-galanya. Budi pekerti, sopan santun dan bertutur kata yang baik adalah bagian dari meneladani Nabi.
Buku ini adalah kumpulan hadis sahih tentang kepribadian Nabi.
Buku yang memuat banyak hal yang menjelaskan kepribadian Rasulullah. Mulai dari akhlak, aktivitas sehari-hari, bersosial dengan para sahabat.
Di bulan Maulid ini, harus bisa menambah cinta kita kepada Baginda Rasul serta menambah ketakwaan, keimanan kepada Allah Swt.
Sehingga kita mendapat syafaat baik di dunia lebih-lebih di akhirat.
Dalam buku ini, Syadi mengambil dan mengumpulkan hadis-hadis yang beliau dapati di Kutub Sittah. Dari sahih Bukhari hingga Ibn Majah.
Kita tidak perlu khawatir tentang kualitas dari dalam kitab tersebut, misal karena hadis tersebut dianggap dhaif.
Yang perlu kita garis bahwahi bahwa asumsi kita mengenai hadis dhaif karena berpotensi bukan dari Nabi.
Namun yang menjadi kelemahan dari hadis tersebut bukan disebakan oleh redaksinya, akan tetapi dari perawi hadis tersebut sehingga menjadi dhaif.
Di bagian akhir, Syadi melengkapi dengan mutiara hadis, memberikan hikmah-hikmah yang kita bisa pelajari dari hadis tersebut.
Semoga di bulan kelahiran beliau, buku ini bisa semakin membuat kita lebih mengenal pribadi Nabi. Selamat membaca. []