Mengenal Metode Dakwah Sunan Kalijaga
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Raden Mas Said atau dikenal Sunan Kalijaga merupakan salah satu anggota Wali Songo yang berjasa dalam mengenalkan Islam di pulau Jawa.
Melalui dakwahnya yang santun dan tetap melestarikan budaya membuat Islam diterima di tanah Jawa.
Sebagaimana diketahui, Sunan Kalijaga adalah putra Tumenggung Wilatikta (Adipati Tuban). Ia lahir di Tuban tahun 1450M.
Sunan Kalijaga juga dikenal dengan Santi Kusumo, Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban dan Raden Abdurrahman.
Menurut Conie Wishnu W, dalam bukunya berjudul ‘Kanjeng Sunan Kalijaga, Jejak-Jejak Sang Legenda’ menyebutkan bahwa strategi dakwah sunan Kalijaga cenderung bersifat sufistik berbasis salaf, bukan sufi panteistik (pemuja semata).
Selain itu, lanjut Wishnu, Sunan Kalijaga juga cenderung lebih mengedepankan pendekatan kesenian dan budaya setempat.
“Sunan Kalijaga meyakini bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendirian dan keyakinannya, oleh sebab itu harus dilakukan pendekatan secara bertahap, karena jika sudah memahami maka masyarakat akan dengan senang hati dan penuh kesadaran memeluk agama Islam,” ungkap Wishnu, dikutip Rabu (12/10/2022).
Dalam dakwahnya, Sunan Kalijaga tidak meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang lama. Tidak sedikit yang menilai bahwa Sunan Kalijaga melakukan sinkretisme dalam berdakwah.
Wishnu juga mengatakan dalam bukunya, metode dakwah Sunan Kalijaga sangat efektif, sehingga sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam, di antaranya adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas serta Pajang.
“Dalam berdakwah Sunan Kalijaga mempergunakan sarana seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk,” jelasnya.
Beberapa kaya yang diciptakan antara lain tembang suluk Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul.
Gagasan-gagasan Sunan Kalijaga antara lain Baju Takwa, Perayaan Sekatenan, Grebeg Maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu, serta konsep atau lanskap sebuah pusat kota yang terdiri dari kraton dan alun-alun dengan dua beringin serta masjid. []