Mengenal Khair Al-Nassaj: Sufi Mantan Budak Sang Ahli Ibadah
HIDAYATUNA.COM – Khair Al-Nassaj adalah salah seorang ketua di antara tokoh-tokoh sufi yang semasa dengan dia. Sebagai seorang murid Sari Al-Saqathi, ia bisa mempengaruhi Syibli maupun Ibrahim Al-Khauwas. Nama asli beliau adalah Abul Hasan Muhammad bin Ismail (Khair bin Abdullah) Al-Nassaj dari Samara, seorang murid Sari Al-Saqathi dan pengikut Junaid.
Di kota Bashrah ia diambil orang jadi budak, tetapi kemudian beliau bisa melanjutkan perjalanannya ke Mekkah. Beliau sangat dikagumi oleh Junaid. Kisah berikut ini menerangkan mengapa ia dijuluki Khair Al- Nassaj.
Beliau meninggalkan kota kelahirannya Samara untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Di dalam perjalanan itu, ketika ia sampai di gerbang kota Kufah dengan jubah tambal sulam dan wajah yang hitam, semua orang yang melihatnya akan berkata: “Lelaki itu tampaknya adalah orang dungu!”
Di kota itu ada seseorang yang memperhatikannya. “Akan kusuruh dia bekerja selama beberapa hari,” orang itu berkata kepada dirinya sendiri, Setelah itu ia pun menghampiri. “Apakah engkau seorang budak?” Tanyanya.
“Ya!” jawab Khair Al-Nassaj. “Apakah kamu melarikan diri dari majikanmu?” “Ya,” jawab Khair al-Nassaj kembali. “Akan kupelihara engkau sampai engkau bisa kukembalikan kepada majikanmu,” orang itu berkata kepadanya.
Itulah yang kuinginkan selama ini,” sahut Khair. “Selama hidupku aku ingin bertemu dengan seseorang yang bisa mengembalikan aku kepada majikanku.” Orang itu lalu membawanya pulang. “Sejak saat ini namamu Khair,” katanya.
Khair Al-Nassaj tidak membantah, la benar-benar meyakini ucapan bahwa “Seorang yang beriman tidak boleh berbohong.” Khair al-Nassaj mengikuti orang itu dan bekerja padanya. Dia mengajari Khair Al-Nassaj menenun kain. Bertahun-tahun lamanya Khair Al-Nassaj bekerja.
Setiap kali orang itu memanggil namanya, dalam sesaat Khair Al-Nassaj telah datang menghadap. Akhirnya setelah menyaksikan betapa Khair Al-Nassaj memiliki ketulusan hati, tingkah laku yang sempurna, ketajaman instuisi, dan kebaktian yang teguh, orang itu pun bertobat.
“Aku telah melakukan kesalahan,” ia berkata kepada Khair Al-Nassaj, “Engkau bukan budakku. Pergilah kemana engkau suka.”
Maka berangkatlah Khair Al-Nassaj ke kota Mekkah. Di kota ini ia mencapai derajat kesalehan yang sedemikian tingginya sehingga Juanid sendiri menyatakan: “Khair Al- Nassaj adalah yang terbaik di antara kita.”
Beliau lebih suka jika orang-orang tetap memanggilnya Khair dengan dalih: “Tidak baik apabila aku mengubah nama yang telah diberikan oleh seorang muslim kepadaku.” Sekali-kali Khair Al-Nassaj mempraktekkan keahliannya bertenun. Kadang-kadang ia pergi ke sungai Tigris di mana ikan-ikan menghampiri membawa berbagai macam benda untuknya.
Pada suatu hari ketika sedang menenun kain untuk seorang wanita tua, si wanita bertanya kepadanya: “Bila aku datang membawakan uang satu dirham tetapi engkau tidak ada di tempat ini, kepada siapakah kutitipkan uang itu?” Lemparkanlah ke dalam sungai Tigris,” jawab Khair al- Nassaj.
Ketika wanita tua itu mengantarkan uang satu dirham itu, Khair Al-Nassaj sedang tak ada di tempat. Maka dilemparkannya uang itu ke sungai Tigris. Ketika Khair Al- Nassaj pergi ke tepi sungai, ikan-ikan memberikan uang satu dirham itu kepadanya.
Orang-orang mengatakan bawa Khair Al-Nassaj hidup sampai usia seratus dua puluh tahun. Ajalnya hampir tiba ketika masuk waktu shalat isya’. Malaikat Izrail sedang membungkuk di atas tubuhnya ketika Khair Al-Nassaj mengangkat kepalanya. “Semoga Allah melindungimu!” Khair Al-Nassaj berseru.
“Tunggulah sebentar. Engkau adalah seorang hamba yang menjalankan perintah, aku pun seorang hamba yang menjalankan perintah. Kepadamu diperintahkan untuk mengambil nyawaku, dan kepadaku pun di perintahkan: ‘Apabila telah tiba waktu untuk shalat, maka shalatlah engkau!
Waktu Shalat telah tiba. Engkau mempunyai kesempatan luas untuk melaksanakan perintah. Tetapi kesempatanku hanyalah di saat ini. Bersabarlah sehingga aku selesai shalat isya’.” Kemudian Khair Al-Nassaj bersuci dan shalat. Begitu selesai, ia pun meninggal dunia.
Beberapa Riwayat mengatakan bahwa Khair Al-Nassaj mencapai usia seratus dua puluh tahun ketika beliau meninggal dunia pada tahun 322 H/924 M.