Mengenal Habib Utsman bin Yahya al-Alawi, Mufti Betawi Era Kolonial
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Habib Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya al-Alawi atau akrab disapa dengan panggilan Habib Utsman Betawi merupakan ulama yang lahir di tanah Betawi.
Ia merupakan ulama besar yang menjadi guru-guru bagi penghulu-penghulu Agama di tanah Betawi. Ia merupakan Mufti besar abad ke-19 di era kolonial Belanda.
Ainun Lathifah dalam bukunya “Warisan Ulama Nusantara” menyebutkan, sosok Habib Utsman lahir di Kampung Arab Pekojan, Batavia (Jakarta), tahun 1822.
Sang ayah bernama Habib Abdullah bin Aqil. Sementara ibunya adalah Aminah, yang putri ulama Mesir bernama Syekh Abdurrahman al-Mishri yang tinggal di Batavia.
Habib Utsman wafat di Jakarta tahun 1913. Makamnya terletak di Kelurahan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Semasa kecilnya, Habib Utsman bin Yahya belajar ilmu agama kepada sang kakek, Habib Aqil.
Ia tidak belajar kepada sang ayah karena sang ayah bermukim di Makkah saat usianya baru tiga tahun.
Habib Utsman juga belajar kepada kakeknya dari pihak ibu, Syekh Abdurrahman al-Mishri.
Saat berusia 18 tahun, sang kakek wafat. Habib Utsman bin Yahya lalu memutuskan menyusul sang ayah ke Makkah untuk mendalami ilmu agama.
Di dalam buku Snouck Hurgronje berjudul “Islam di Hindia Belanda” disebutkan bahwa guru pertama Habib Utsman bin Yahya selama di Makkah ialah ayahnya sendiri.
Kemudian, ia berguru juga kepada Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan, Syekh Ahmad Dimyathi, dan Syekh Muhammad bin Husein al-Habsyi.
Tak hanya belajar di Makkah, Habib Utsman lalu memutuskan pergi ke Hadramaut, Tarim, yang merupakan tanah leluhurnya.
Ia belajar ilmu agama kepada Sayyid Abdullah bin Umar bin Yahya, Sayyid Hasan bin Shalih al-Bahr, Sayyid Abdullah bin Husein bin Thahir, Sayyid Ahmad Junaid, Sayyid Muhsin bin Alwi al-Saqaf, dan Sayyid Alwi bin Saqqaf al-Jufri.
Delapan tahun lamanya Habib Utsman bin Yahya ber-mukim di Hadramaut.
Ia kemudian memutuskan menuju tanah leluhurnya dari pihak ibu, yaitu Mesir.
Tak sampai setahun, ia kembali meneruskan perjalanan ke Tunisia.
Ia berguru kepada Syekh Muhammad bin Manshur dan Syekh Muhammad Abdul Jawad. Berbagai kota dan negara ia jelajahi kemudian, antara lain Aljazair, Maroko, Syiria, Turki, dan Palestina. Terhitung 22 tahun lamanya ia belajar agama di beberapa negara. Saat usianya mencapai 40 tahun, ia memutuskan kembali ke tanah air.
Habib Utsman bin Yahya mengajar di Masjid Pekojan, menggantikan Syekh Abdul Ghani Bima yang sudah tua.
Di sinilah, kiprah Habib Utsman di Jakarta dimulai. Pemerintah Hindia Belanda mengangkatnya sebagai mufti agung, yang bertugas mengatur kehidupan beragama di Jakarta.
Posisi ini awalnya ditolak Habib Utsman. Namun, setelah berpikir tujuannya baik untuk umat Islam, ia menerimanya.
Saat menjadi mufti agung, Habib Utsman melakukan berbagai kebijakan, antara lain pembinaan para hakim agama. []