Mengenal Bilal bin Abi Rabah r.a

 Mengenal Bilal bin Abi Rabah r.a

Kisah tentang Sahabat Nabi, Zaid bin Muhammad

Siapa dan seperti apa sosok Bilal bin Abi Rabah r.a? Berikutini ulasan untuk mengenal Bilal bin Abi Rabah r.a

وَلَا تَطْرُدِ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ ۗمَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ وَّمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِّنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُوْنَ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ –

Artinya : Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan engkau (berhak) mengusir mereka, sehingga engkau termasuk orang-orang yang zalim.

(al-An’aam :52)

“Sebaik-baik orang adalah Bilal. Dia adalah pemimpin para muadzin dan dia tidak diikuti kecuali oleh muadzin. Pada hari kiamat, para muadzin merupakan manusia yang paling panjang lehernya” (HR Hakim)

Pendapat Ulama tentang turunnya ayat

Sekelompok mufassir berpendapat bahwa surah al-An’am ayat 52 itu diturunkan berkenaan dengan Bilal, muadzin pertama pada zaman Rasulullah. Demikianlah dikemukakan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu Katsir, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, Ibnu Majah, diriwayatkan oleh Ahmad di dalam al-Musnad nomor 3985. Menurut Syekh Ahmad Syakir, tatkala mengomentasi hadist di atas, sanad hadist itu sahih.

Ibnu Hibban dan al-Hakim meriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash yang berkata, “Surah al-An’aam ayat 52 diturunkan berkenaan dengan enam orang :aku, Abdullah bin Mas’ud, dan empat orang lainnya. Para pemuka kaum kafir Quraisy berkata kepada Rasulullah saw, usirlah mereka, karena kami malu menjadi pengikutmu seperti mereka. ‘Timbullah di dalam diri Nabi SAW sesuatu yang dikehendaki Allah, maka Allah menurunkan ayat 52-53 pada surat al-An’aam.

Ahmad, ath-Thabari, dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan bahwa ibnu Mas’ud berkata, “sekelompok pemuka Quraiys lewat di dekat Rasulullah SAW. Yang saat itu didampingi oleh Khatib ibnul-Arts, Suhaib, Bilal dan Ammar. Mereka berkata, ‘Hai Muhammad, apakah kamu suka kepada mereka? Mereka itulah orang-orang yang telah dikarunai oleh Allah di antara kami. Jika kamu mengusir mereka, niscaya kami mengikutimu. Maka kemudian diturunkanlah ayat

‘Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa’atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa.’ (al-An’aam :51)

Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ikrimah berkata, “Para Pemuka Bani Abdu Manaf yang kafir, yaitu Utbah bin rabi’ah, Syaibah bin rabi’ah, Muth’im bin Adi, dan al-Harits bin naufal, pergi menemui Abu Thalib. Mereka berkata, ‘kalaulah keponakanmu itu mengusir budak yang ada di sisinya, tentu dia lebih membanggakan kami, lebih menaatinya, dan lebih memungkinkan kami menjadi pengikutnya.’

Abu Thalib kemudian menyampaikan hal tersbeut kepada Nabi SAW. Umar ibnu Khattab berkata ‘kalaulah engkau mengikuti saran mereka sehingga engkau dapat melihat apa yang mereka inginkan’ maka Allah menurunkan ayat ‘Dan Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan engkau (berhak) mengusir mereka, sehingga engkau termasuk orang-orang yang zalim.’ (al-An’am :52-52)

Bilal bin Abi Rabah r.a

Ayah Bilal adalah seorang tawanan yang berkebangsaan Habasyah. Ibunya bernama Hamamah, seorang tawanan pula. Bilal adalah anak tawanan. Dia suka dipanggil dengan nama Abu Badullah. Ulama lain menyebutkan bahwa nama panggilannya adalah Abu Amr.

Sejarah tidak memperkenalkan sedikitpun tentang ayah dan ibu Bilal, tetapi mencatat sekilas tentang saudaranya yang laki-laki, Khalid bin Rabah, dan saudara perempuannya, Ghafirah.

Para perawi menyifati Bilal sebagai orang yang sangat hitam, kurus, tinggi, tidak bidang, dan suaranya keras. Dia adalah budak sahaya milik Umayyah bin Khalaf, salah seorang pemuka Quraisy pada zaman Jahiliyah dan dedengkot kaum Kafir pada masa permulaan Islam.

Menurut Ibnu Ishaq, Umayyah bin Khalaf adalah salah seorang yang tidur di sekitar ru,ah Rasulullah saat mereka hendak membunuhnya, namun usaha mereka itu sia-sia dan tipu dayanya gagal. Rasulullah SAW dapat melewati mereka, padahal mereka tengah duduk di depan pintu. Beliau mengambil segenggam pasir, lalu menaburkannya ke kepala mereka sambil membaca firman Allah Ta’ala.

يٰسۤ. وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ  . اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ.  عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ. تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ. لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ. وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ. وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Artinya : Yaa siin.demi Al Quran yang penuh hikmah,Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) diatas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti Berlaku Perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, Maka karena itu mereka tertengadah. dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. sama saja bagi mereka Apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. (Yaasin :1-10)

Bilal mendengar seruan Rasulullah. Hati dan akalnya pun menyadari akan firman Allah yang diturunkan Jibril ke dalam qalbu Rasulullah, yaitu firman Allah. Bilal kemudian beriman kepada Zat Yang Esa dan tunggal. Dia meninggalkan penyembahan kepada berhala yang tidak berguna dan tidak mengenyangkan rasa lapar.

Keimanan Bilal itulah yang kemudian membuat Umayyah bin Khalaf kehilangan akal dan sirna rasa kemanusiaannya, lalu berubah menjadi binatang buas yang berbahaya. Dia menangkap Bilal di tengah terik matahari, melemparkannya dan menelantangkannya di gurun pasri Mekkah, kemudian menyuruh orang untuk meletakkan batu besar di atas dadanya. Umayyah kemudian berkata kepada Bilal “Kamu akan terus disiksa seperti ini hingga mati atau kafir kepada Muhammad dan menyembah Laata serta Unza”.

Saat menghadapi ujian yang berat itu, Bilal hanya menjawab “Ahad ‘Ahad ‘Esa ‘Esa”. Waraqah bin naufal pun melihat Bilal yang tengah disiksa. Ia kemudian menemui Umayyah dan orang-orang yang ikut menyiksanya dari kalangan Bani Jamh. Waraqah berkata “Aku bersumpah dengan nama Allah, jika kalian membunuhnya dengan cara seperti ini, niscaya aku akan menjadikannya sebagai kekasih yang diambil berkahnya.”

Abu Bakar ash Shiddiq yang tak sengaja lewat saat penyiksaan itu terjadi kemudian menawarkan kepada Umayyah seorang budak hitam yang lebih gagah dan lebih kuat dalam memeluk agamanya untuk ditukar dengan Bilal. Umayyah pun menyetujui hal tersebut dan Bilal pun diselamatkan dari siksaaan Umayyah. Bilal menjadi merdeka dan dia menggemakan kalimat kebenaran dan manusia pun menuju agama yang hak.

Umar bin Anbasah berkata “Aku menemui Rasulullah SAW di Ukaz. Lali aku bertanya ‘hai Rasulullah, siapakah yang mengikuti agamamu?”. Beliau menjawab ‘Aku diikuti oleh merdeka dan budak sahaya, yaitu Abu Bakar dan Bilal’. Saat itulah aku masuk Islam”.

Abu Dzar berkata, “seperempat Islam telah diperlihatkan kepadaku, namun tiada yang masuk Islam sebelumku kecuali Nabi SAW, Abu Bakar dan Bilal”.

Bilal adalah muadzin Rasulullan dan Abu Bakar ash Shiddiq. Saat rasulullah wafat, Bilal memutuskan untuk berpindah ke Syam. Ia pun kemudian berangkat untuk berjihad dan menjelajahi dunia.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *