Mengenal Abu Hurairah, Sahabat Nabi yang Dzobit dan Mencintai Hewan
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Sahabat paling terkenal yang telah mengutip sekitar 5.300 hadis dari Nabi Muhammad adalah Abu Hurairah.
Ia diberi nama Abdul Rehman oleh Nabi Muhammad. Nama lengkapnya adalah Abdul Rehman Bin Sakhar Ad-Doosi.
Ia dikenal sebagai Abu Hurairah karena kecintaannya pada anak kucing dan memiliki seekor kucing peliharaan yang biasa ia beri makan dan bersihkan.
Kucing itu mengikutinya ke mana pun ia pergi seolah-olah itu adalah bayangannya.
Karena itu ia dijuluki “Bapak Anak Kucing”. Ia dikenal memiliki empati yang tinggi kepada hewan-hewan.
Ia menerima Islam di tangan Tufayl bin Amr, kepala suku Daws. Kemudian ia mendapat keistimewaan untuk bertemu dengan Nabi Muhammad di Mekkah.
Pada awal tahun ke-7 Hijrah, ia datang ke Madinah dan berlindung di Masjid An-Nabawi bersama Ahl Assuffah.
Abu Hurairah menghabiskan seluruh waktunya untuk mendampingi Nabi Muhammad. Ia bahkan ikut serta dalam perjalanan dan ekspedisinya.
Meskipun ia hanya mendampingi Nabi Muhammad selama empat tahun terakhir hidupnya, ia mendapat kehormatan untuk melaksanakan tugas terpenting dalam melestarikan agama melalui ingatannya yang kuat dalam bentuk hadis.
Zaid bin Tsabit, Sahabat Nabi Muhammad yang terkemuka, meriwayatkan:
“Ketika Abu Hurairah, aku, dan seorang temanku lainnya berada di Masjid untuk berdoa kepada Allah SWT dan berdzikir kepada-Nya, Rasulullah muncul. Ia mendatangi kami dan duduk di antara kami. Kami terdiam dan beliau berkata: “Lanjutkan apa yang sedang kalian lakukan.” “Maka, aku dan temanku berdoa kepada Allah sebelum Abu Hurairah melakukannya dan Nabi Muhammad pun mulai mengucapkan Amin atas doa kami.
Kemudian Abu Hurairah berdoa dengan berkata:
“Ya Tuhan, aku memohon kepada-Mu apa yang telah diminta oleh kedua sahabatku dan aku memohon kepada-Mu ilmu yang tidak akan pernah terlupakan.”
“Nabi Muhammad bersabda: ‘Amin.’ “Kami pun berkata: ‘Dan kami memohon kepada Allah ilmu yang tidak akan terlupakan, dan Nabi menjawab: ‘Pemuda Dawsi telah meminta ini sebelum kamu.’
Peristiwa lain yang membenarkan daya ingatnya yang luar biasa adalah ketika Marwan bin al Hakim ingin menguji kemampuannya dalam menghafal dan mengundangnya.
Ia meminta Abu Hurairah untuk menyampaikan beberapa riwayat dan diam-diam meminta seorang juru tulis untuk menuliskan apa pun yang dikatakan.
Setahun kemudian Marwan meminta Abu Hurairah untuk mengulang-ulang hadis dan betapa terkejutnya ia, tidak ada satu kata pun yang salah.
Abu Hurairah sangat menekankan pentingnya menaati hak-hak orang tua.
Setelah menjadi seorang Muslim, perhatian utamanya adalah meyakinkan ibunya untuk menjadi seorang Muslim.
Ia terus membujuknya untuk waktu yang lama hingga akhirnya ia meminta Nabi Muhammad untuk mendoakannya.
Setelah itu, ia kembali memeluk Islam. Menurut riwayat lain, Abu Hurairah pernah berkata,
“Demi Allah! Setiap kali seorang Muslim laki-laki atau perempuan mendengar namaku, mereka akan menyukaiku.”
“Bagaimana kau tahu ini?” tanya narator.
Ia kemudian menyebutkan bahwa setelah ibunya memeluk Islam, ia menyampaikan berita itu kepada Nabi Muhammad ketika ia meminta Rasulullah untuk berdoa agar ibunya dan dirinya dicintai oleh setiap Muslim laki-laki atau perempuan.
‘Karena itu, setiap kali seorang Muslim laki-laki atau perempuan mendengar namaku, mereka akan menyukaiku.’
Namun, hidup tidaklah semudah itu bagi Ahl Assuffah. Para sahabat Nabi Muhammad mengalami kelaparan, kedinginan, dan kepanasan yang ekstrem.
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu sering kali diikatkan batu di perutnya untuk mengurangi rasa lapar.
Begitulah karakter dan kesabaran para Sahabat serta pengorbanan yang mereka lakukan untuk mempertahankan agama ini.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu kemudian menjadi gubernur Bahrain pada masa kekhalifahan Umar dan memiliki sumber pendapatan halal yang membuatnya kaya raya, namun ia selalu mengenang masa-masa ketika ia tidak memiliki apa pun.
Ibnu Sirin meriwayatkan bahwa mereka bersama Abu Hurairah yang mengenakan dua helai kain berwarna kemerahan yang dibuat di Kattaan.
Sambil menyeka hidungnya dengan salah satu kain itu, ia berkata,
“Wow! Abu Hurairah sedang menyeka hidungnya dengan kain dari Kattaan, padahal ada suatu waktu ketika aku melihat diriku jatuh pingsan di depan mimbar Nabi Muhammad ﷺ dan kamar Aisyah. Kemudian seseorang datang dan menginjak leherku sambil mengira aku gila, padahal aku sangat lapar.” (HR. Bukhari dan Tirmidzi)
Selain itu, Abu Hurairah adalah seorang yang rajin beribadah; ia biasa salat malam secara bergantian.
Sepertiga malam ia salat, sepertiga malam ia salat oleh istrinya, dan sepertiga malam oleh putrinya.
Oleh karena itu, sepanjang malam rumahnya disibukkan dengan mengingat Allah.
Ia wafat pada usia 78 tahun dan dimakamkan di antara penduduk Al-Baqii.
Setelah menghadiri pemakamannya, banyak muridnya yang terus meriwayatkan banyak sekali hadis Nabi Muhammad ﷺ yang mereka pelajari darinya. []