Mengenal Abdullah Saeed, Mufasir Kontemporer Kaya Ilmu
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Abdullah Saeed merupakah salah satu tokoh pemikir Islam kontemporer yang menciptakan gairah untuk membaca kembali teori-teori penafsiran atomisme seperti tentang penafsiran dalam kajian akademik.
Dia menawarkan suatu bentuk penafsiran yang diklaim sebagai bentuk usaha yang mampu membaca atau menafsirkan teks Al-Qur’an secara kontekstual.
Di dalam bukunya Interpreting the Qur’an:Towards a Contemporary Approach, Saeed mencoba memberikan argumen untuk membebaskan ayat-ayat etika-hukum dari pendekatan legalistik-literalistik yang telah menandai interpretasi ayat-ayat tersebut semenjak periode pasca-formatif hukum Islam hingga periode modern dalam hal penafsiran (tafsir) dan hukum (fiqh).
Pendekatan ini disebut “kontektualis”, pendekatan yang fleksibel untuk menginterpretasikan ayat-ayat etika-hukum dengan memperhatikan konteks sosio-historis dengan melihat pada abad ke 1 H/ 7 M dan memperhatikan kebutuhan umat Islam kontemporer.
Dengan tujuan agar makna Al-Qur’an dapat dihubungkan dengan kehidupan umat Islam Islam dalam arti, teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari di waktu keadaan tempat yang berbeda, khususnya dikaitkan dengan kepentingan dan kebutuhan zaman modern.
Abdullah Saeed merupakan seorang Profesor Studi Arab dan Islam di Universitas Melbourn, Australia.
Saeed juga termasuk salah satu pemikir Islam kontemporer yang memiliki kontribusi besar dalam dunia pendidikan Islam.
Saeed lahir pada tahun 1964 di Maldives, keturunan suku bangsa Arab Oman yang bermukim di pulau Maldives.
Pada tahun 1977, dia hijrah ke Arab Saudi untuk menuntut ilmu.
Di sana ia belajar bahasa Arab serta memasuki beberapa lembaga pendidikan formal di antaranya yakni Institusi Bahasa Arab Dasar (1977-1979), Institusi Bahasa Arab Menengah (1979-1982) dan mendapat gelar akademik BA (Bachelor of Arts) di universitas Islam Saudi Arabia di Madinah (1982-1986).
Kemudian tahun berikutnya ia meninggalkan Arab Saudi untuk melanjutkan pendidikan di Australia.
Di negeri kanguru ini, ia memperoleh beberapa gelar akademik di universitas Melbourne, yaitu tahun 1986-1987 Sarjana Strata Satu (Master of Arts Preliminary) dalam Jurusan studi Timur Tengah, tahun 1992-1994, mendapat gelar MA (Master of Arts) dalam jurusan Linguistik Terapan, tahun 1988-1992, mendapat gelar, PhD. (Doctor of Philosophy) dalam studi Islam dan kemudian mengajar di universitas Melbourne, salah satu universitas yang terkenal dan terkemuka di dunia.
Saeed mengajar Studi Arab dan Islam pada program strata satu dan program pasca sarjana (program S2 dan S3). Dalam pengajarannya ia dikenal sebagai dosen yang ulet.
Di antara mata kuliah yang diajarkan Saeed adalah Ulum Al-Qur’an, Intektualisme Muslim dan Modernisasi, Pemerintah dan Peradaban Islam, Hermeneutika Al-Qur’an, Keuangan dan Perbankan Islam, Usul Fiqh, Metodologi Hadis, Kebebasan Beragama di Asia, Islam dan Hak Asasi Manusia, Islam dan Muslim di Australia. Pada tahun 2003, Abdullah Saeed berhasil meraih gelar profesor dalam bidang Studi Arab dan Islam.
Saeed juga merupakan penulis yang sangat produktif, terlihat dari banyaknya karya-karya ilmiah yang telah dilahirkannya.
Berikut karya-karya Abdullah Saeed yang berupa publikasi dalam bentuk buku: 1) The Qur’an: An Introduction, 2) Islamic Tought: An Introduction, 3) Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach, dan lain sebagainya.
Beranjak dari kegelisahan Abdullah Saeed terhadap maraknya model penafsiran tekstual oleh para tekstualis yang menafsirkan Al-Qur’an secara literal, yang baginya penafsiran tersebut telah mengabaikan konteks baik pewahyuan maupun penafsiran.
Berangkat dari inilah, ia membangun sebuah model penafsiran yang peka konteks, dan ini tampak lebih baik ketika ia membangun landasan teoretis dan memasukkan kepada prinsip-prinsip epistemologisnya.
Saeed menyebut model tafsir yang didukung dan dikembangkannya ialah tafsir kontekstual.
Ia menyebut beberapa contoh tokoh yang dianggap sebagai penganut kategori tafsir kontekstual, seperti Ghulam Ahmad Peryez dengan pendekatan ‘kembali kepada prinsip-prinsip’, Fazlur Rahman dengan pendekatan berbasis spirit Al-Qur’an, Mohammed Arkoun, Farid Esack, dan Khaled Abou el-Fadl.
Para pemikir reformis ini menangkap jarak antara Al-Qur’an dengan realitas yang ada dan menolak pendekatan tradisional dalam penafsiran.
Abdullah Saeed merupakah salah satu tokoh pemikir Islam kontemporer yang menciptakan gairah untuk membaca kembali teori-teori penafsiran atomisme seperti tentang penafsiran dalam kajian akademik.
Dia menawarkan suatu bentuk penafsiran yang diklaim sebagai bentuk usaha yang mampu membaca atau menafsirkan teks Al-Qur’an secara kontekstual.
Upaya yang dilakukan Saeed ini, meskipun tidak secara eksplisit dinyatakannya sebagai pelanjut pemikiran Fazlur Rahman tapi jejak-jejaknya bisa ditemui dengan jelas dalamkarya-karyanya.
Saeed telah menerjemahkan gagasan Rahman dalam kerangka kerja yang lebih rigid.
Kemudian, melalui hirarki nilainya, dengan berangkat dari inspirasi pemikiran klasik dan Rahman, dia telah menyelesaikan persoalan berkaitan dengan penentuan mana makna yang universal dan yang partikular.
Di sinilah sesungguhnya sumbangsih Saeed dalam kancah pemikiran kontemporer. []