Mengapa Masyarakat Kudus Berkurban Kerbau, Bukan Sapi?
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Masyarakat Kudus memiliki tradisi unik yakni berkurban memakai kerbau saat hari raya Idul Adha. Padahal lazimnya masyarakat Indonesia, mereka menggunakan sapi.
Jika menilik sejarah, masyarakat Kudus memang jarang menyembelih sapi karena dianggap sebagai penghormatan terhadap agama Hindu. Sapi merupakan hewan yang disucikan dalam ajaran Hindu.
Dikutip dari Majalah Tebuireng edisi ke 80, dijelaskan bahwa masyarakat Kudus masih mempertahankan tradisi lokal. Suatu kearifan atau kebijaksanaan lokal yang dapat digambarkan untuk menunjukkan adanya sikap tenggang rasa atau teposeliro.
“Menyembelih sapi hampir tidak ditemukan di Kudus, meski saat ini ada beberapa. Dulu malah tidak ditemukan sama sekali,” tulis laporan Majalah Tebuireng dikutip Senin (15/18/2022).
Tradisi ini bukan terjadi tanpa sebab. Di beberapa daerah sekitarnya; Pati, Rembang, Jepara, Demak, Semarang, sapi sudah biasa menjadi hewan kurban. Tapi di Kudus tidak demikian.
“Tradisi ini memiliki latar belakang dari kehidupan para pendahulu, khususnya Sunan Kudus,” sambungnya.
Kudus sebelum menjadi kota santri, masyarakatnya banyak yang menganut agama Hindu-Buddha. Masyarakat yang beragama Hindu mengaggap sapi adalah hewan yang disucikan dan disakralkan. Sapi bagi penganut Hindu harus dihormati dan dilindungi sebagai simbol kehidupan yang bersih dan suci.
Di situlah peran Sunan Kudus atas terciptanya tradisi ini yaitu mengganti sapi dengan hewan kerbau saat Idul Adha, dengan alasan menghormati masyarakat yang beragama Hindu.
“Sunan Kudus sebagai tokoh Islam waktu itu menyarankan warganya untuk tidak menyembelih sapi ketika hari kurban,” tulis laporan tersebut.
Sunan Kudus memperlihatkan citra Islam sebagai agama yang tenggang rasa, damai dan memiliki toleransi yang tinggi. Sunan Kudus melarang atau menganjurkan kepada orang muslim untuk tidak menyembelih sapi bukan karena ada larangan ajaran Islam, namun dimaksudkan agar tidak menyakiti hati tetangga yang beragama Hindu.