Mengakhirkan Sahur dan Dalil-Dalil Kesunahan Puasa Ramadan Lainnya
HIDAYATUNA.COM – Mengakhirkan sahur memiliki beberapa keutamaan di antaranya tidak cepat merasa lapar dan bersiap menjalankan salat subuh di awal waktu. Rasulullah Saw sangat menganjurkan untuk mengakhirkan makan sahur, sebagaimana hadis berikut ini:
عَنْ أَبِي حَازِمٍ أَنَّهُ سَمِعَ سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ، يَقُولُ: كُنْتُ أَتَسَحَّرُ فِي أَهْلِي، ثُمَّ يَكُونُ سُرْعَةٌ بِيْ أَنْ أُدْرِكَ صَلاَةَ الفَجْرِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه البخاري رقم 577)
Dari Abu Hazim, ia mendengar Sahal bin Sa’ad berkata: “Aku sahur bersama keluargaku, kemudian aku buru-buru menyelesaikannya untuk bisa dapat salat Fajar (Subuh) berjemaah bersama Rasulullah Saw.”
Makan sahur menjadi sunah dalam menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan, meski hanya sedikit, makan sahur sangat dianjurkan.
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةً (رواه البخاري رقم 1923)
“Sahurlah, karena dalam sahur itu ada keberkahan.”
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ (رواه مسلم رقم 1096)
Dari Amru bin al-‘Ash, Rasulullah Saw bersabda: “Beda antara puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.”
Mengajak Teman Makan Sahur dan Sahur dengan Kurma
Kesunahan lainnya dari puasa Ramadan ialah mengajak teman untuk makan sahur bersama, dan sahur dengan kurma. Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Saw semasa hidupnya, beliau mengajak ‘Irbadh bin Sariyah untuk makan sahur bersama.
قَالَ عِرْبَاض بْنُ سَارِيَة : دَعَانِي رَسُوْلُ اللهِ إِلَى السَّحُوْرِ فِى رَمَضَانَ فَقَالَ : هَلُمَّ إِلىَ هَذَا الْغَذَاءِ الْمُبَارَكِ (رواه أحمد)
‘Irbadh bin Sariyah berkata: “Aku diajak oleh Rasulullah Saw untuk sahur di bulan Ramadhan. Beliau bersabda: “Mari nikmati makanan penuh berkah ini.”
Lalu ada apa dengan kurma? Bukankah yang sering kita dengar adalah anjuran untuk berbuka puasa dengan kurma?
Kurma memiliki banyak manfaat, bahkan Rasulullah Saw pun kerap makan sahur dan buka puasa dengan kurma.
نِعْمَ سُحُوْرِ الْمُؤْمِنِ التَّمَرُ (رواه أبو داود)
“Sebaik-baik sahur adalah kurma.”
Jarak Antara Sahur dengan Azan
Jadwal imsak menjadi salah satu ukuran untuk berhati-hati dalam sahur agar tidak terlewat. Apalagi Rasulullah Saw menganjurkan untuk mengakhirkan sahur sehingga harus lebih cermat dalam melihat waktu karena jarak antara sahur dengan azan tidak lama.
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ، قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَ الأَذَانِ وَالسَّحُورِ؟ قَالَ: قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً (رواه البخاري رقم 1921)
Dari Zaid bin Tsabit ra, ia berkata: “Kami sahur bersama Nabi Saw. Setelah itu beliau bangkit untuk salat.” Aku bertanya: “Berapa jarak antara azan dengan sahur?” Ia berkata: “Kadar (bacaan) lima puluh ayat.”
Mengurangi Tidur dan Banyak Istighfar
Selain itu, selama puasa, umat Muslim juga dianjurkan untuk mengurangi tidur dan banyak beristighfar.
كَانُوْا قَلِيْلاً مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ (الذاريات :17)
“Mereka sedikit tidur di malam hari.”
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ (الذاريات :18)
“Di waktu sahur mereka beristighfar.”
Sunah Fajar dan Sunah Syuruq
كان الرسول صلى سنة الصبح ركعتين خفيفتين في بيته ثم يصلي الصبح جماعة ، ثم يجلس في المسجد يذكر الله تعالى حتى تطلع الشمس، فينتظر قرابة الثلث ساعة أو يزيد ثم يصلي ركعتين
Nabi Saw biasanya salat sunah subuh dua rakaat yang ringan (singkat) di rumahnya. Kemudian beliau salat subuh berjemaah di masjid. Setelah itu duduk berzikir sampai terbit matahari. Setelah menunggu sekitar sepertiga jam atau lebih sedikit beliau salat dua rakaat (salat sunah syuruq atau dhuha).
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ (رواه الترمذي)
Dari Anas ra, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang salat subuh berjamaah, kemudian ia duduk berzikir sampai terbit matahari, lalu ia salat dua rakaat, maka pahalanya sama seperti pahala haji dan umrah ; sempurna, sempurna, sempurna.”
Menjaga Lidah Selama Puasa
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ اللَّهُ سبحانه وتعالى : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ (رواه البخاري رقم 1904)
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt berfirman (hadits qudsi) : “Setiap amal anak cucu Adam adalah untuknya, kecuali puasa, itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya. Puasa itu perisai (benteng). Apabila kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor dan bersuara keras (berteriak-teriak). Kalau ada yang mengajak bertengkar atau berdebat maka katakanlah: “Aku sedang puasa.”
Lebih Berfokus Mengkaji Alquran
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ (رواه البخاري رقم 6)
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Rasulullah Saw adalah orang yang paling pemurah, dan beliau lebih pemurah lagi ketika bertemu Jibril. Jibril bertemu dengan Nabi setiap malam Ramadhan untuk mengkaji/mengulang (mudarasah) al-Quran. Sungguh Rasulullah Saw lebih pemurah daripada angin yang bertiup.”
Memperbanyak Sedekah
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : كُلٌّ امْرِئٍ فىِ ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ ، قَالَ يَزِيْد : وَكَانَ أَبُو الْخَيْرِ لاَ يُخْطِئُهُ يَوْمٌ إِلاَّ تَصَدَّقَ فِيْهِ بِشَيْءٍ وَلَوْ كَعْكَةً أَوْ بَصَلَةً أَوْ كَذَا (رواه أحمد)
Dari Uqbah bin Amir, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Setiap orang berada di bawah naungan sedekahnya sampai diputuskan perkara manusia.” Yazid berkata: “Abu al-Khair, tak pernah satu hari pun berlalu melainkan ia pasti bersedekah, walaupun hanya sepotong kue atau sebutir bawang dan semisalnya.”
Memperbanyak Berdoa
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ (رواه البيهقي)
“Tiga doa yang tidak akan ditolak : Doa orang tua, doa orang berpuasa dan doa musafir.”
Konsisten dalam Amal
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَمِلَ عَمَلًا أَثْبَتَهُ، وَكَانَ إِذَا نَامَ مِنَ اللَّيْلِ أَوْ مَرِضَ صَلَّى مِنَ النَّهَارِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً (رواه مسلم رقم 746)
Dari Aisyah ra, ia berkata: “Rasulullah Saw apabila mengerjakan sesuatu beliau konsisten (menetapinya). Apabila beliau tertidur di malam hari atau sakit beliau (menggantinya dengan) mengerjakan salat sunah dua belas rakaat di siang hari.”
Puasa dalam Perjalanan
Islam membolehkan beberapa orang tidak berpuasa, misalnya ibu hamil dan menyusui, orang sakit, dan musafir. Jika ibu hamil dan menyusui serta orang sakit diperbolehkan tidak berpuasa, adalah hal yang lumrah karena alasan kesehatan.
Lalu bagaimana dengan musafir atau orang yang sedang dalam perjalanan, mengapa ia diperbolehkan tidak berpuasa? Bagaimana pula jika ia tetap memilih melanjutkan puasa?
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ حَمْزَةَ بْنَ عَمْرٍو الأَسْلَمِيَّ قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَأَصُومُ فِي السَّفَرِ؟ وَكَانَ كَثِيرَ الصِّيَامِ، فَقَالَ: إِنْ شِئْتَ فَصُمْ وَإِنْ شِئْتَ فَأَفْطِرْ (رواه البخاري رقم 1943)
Dari Aisyah ra, Hamzah bin Amru al-Aslami bertanya pada Nabi Saw: “Apakah sebaiknya aku berpuasa dalam safar?” Hamzah adalah seorang yang hobi berpuasa. Nabi Saw menjawab: “Kalau mau silakan berpuasa, kalau mau silakan tidak berpuasa.”
Menyegerakan Berbuka dan Doanya
عَنْ أَبِي عَطِيَّةَ قَالَ: دَخَلْتُ أَنَا وَمَسْرُوقٌ عَلَى عَائِشَةَ فَقُلْنَا : يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ، رَجُلَانِ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَحَدُهُمَا يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ وَالْآخَرُ يُؤَخِّرُ الْإِفْطَارَ وَيُؤَخِّرُ الصَّلَاةَ، قَالَتْ: أَيُّهُمَا الَّذِي يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ؟ قَالَ : قُلْنَا عَبْدُ اللهِ يَعْنِي ابْنَ مَسْعُودٍ قَالَتْ: كَذَلِكَ كَانَ يَصْنَعُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه مسلم)
Dari Abu ‘Athiyyah, ia berkata: “Saya bersama Masruq datang menemui Sayyidah Aisyah. Kami berkata, “Wahai Ummul Mukminin, ada dua orang sahabat Nabi Saw ; yang pertama menyegerakan berbuka dan menyegerakan mengerjakan salat. Yang kedua menunda buka dan menunda salat.” Aisyah ra bertanya: “Siapa yang menyegerakan berbuka dan menyegerakan salat?” Kami menjawab: “Abdullah bin Mas’ud.” Ia berkata: “Demikian juga yang dilakukan Rasulullah Saw.”
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ عَجِّلُوا الْفِطْرَ فَإِنَّ الْيَهُوْدَ يُؤَخِّرُوْنَ (رواه ابن ماجه رقم 1698)
Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. Segerakanlah berbuka, karena orang-orang Yahudi sengaja melambatkannya.”
Doa yang dibaca ketika berbuka
ذَهَبَ الظّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ
“Telah hilang dahaga, telah basah kerongkongan dan telah tetap pahala, insya Allah.”
اللهم لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ
“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan pada-Mu aku beriman.”
Doa ini bisa dibaca berurutan sewaktu akan berbuka. Tapi sebagian ulama menyarankan, doa pertama dibaca setelah melepaskan puasa dengan seteguk air atau sebutir kurma. Sementara doa kedua dibaca ketika azan Maghrib berkumandang dan puasa belum dibatalkan.
Doa berbuka puasa kedua dengan tambahan sebagai berikut:
وَعَلىَ رِزْقِكَ أَفْطَرْتَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Berbuka dengan Kurma
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلىَ تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَّمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Dari Anas bin Malik ra, ia berkata: “Rasulullah Saw biasa berbuka dengan rutab (kurma muda/basah) sebelum salat Maghrib. Kalau tidak ada rutab maka beliau berbuka dengan tamar (kurma kering). Kalau tidak ada maka beliau berbuka dengan minum beberapa teguk air.”
Membukakan Orang yang Puasa
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الجُهَنِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا (رواه الترمذي رقم 807)
Dari Zaid bin Khalid al-Juhani, ia berkata: “Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang membukakan (memberikan perbukaan) orang yang berpuasa maka ia akan mendapatkan pahala puasanya tanpa mengurangi pahala orang itu sedikitpun.”
Qiyam Ramadhan
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ (رواه الترمذي)
“Sesungguhnya orang yang qiyam bersama imam sampai imam pulang maka itu ditulis seolah-olah qiyam semalam penuh.”
Ini yang disabdakan Nabi Saw untuk umatnya. Adapun untuk beliau sendiri sebagai berikut:
كان إذا انتهى من الصلاة نام قبل أن يصلي الوتر، فتسأله عائشة رضي الله عنها : يا رسول الله أتنام قبل أن توتر؟ قال: يا عائشة إن عيني تنامان ولا ينام قلبي
Nabi Saw kalau selesai salat tarawih beliau tidur sebelum salat witir. Aisyah bertanya: “Ya Rasulullah, engkau tidur sebelum mengerjakan witir?” Beliau menjawab: “Wahai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, tapi hatiku tak pernah tidur.”
Memperbanyak Ibadah di Sepuluh Terakhir
قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ (رواه مسلم)
Aisyah ra berkata: “Rasulullah Saw bersungguh-sungguh melakukan ibadah di sepuluh terakhir melebihi malam-malam lainnya.”
وقَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ (رواه البخاري رقم 2024)
Aisyah juga berkata: “Ketika masuk sepuluh terakir, Nabi Saw mengencangkan sarungnya, menghidupkan seluruh malamnya dan membangunkan keluarganya.”
Membangunkan Keluarga Untuk Qiyam
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ (رواه أبو داود رقم 1308)
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt menyayangi seorang suami yang bangun untuk qiyam lalu ia bangunkan isterinya. Kalau isterinya enggan ia percikkan air di muka isterinya. Allah Swt juga menyayangi isteri yang bagun untuk qiyam dan ia bangunkan suaminya. Jika suaminya enggan ia percikkan air di mukanya.”
I’tikaf di Sepuluh Hari Terakhir
إِنِّي اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الْأَوَّلَ، أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ، ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ، ثُمَّ أُتِيتُ، فَقِيلَ لِي: إِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ، فَاعْتَكَفَ النَّاسُ مَعَه (رواه مسلم رقم 1167)
“Sesungguhnya aku i’tikaf di sepuluh pertama Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar. Setelah itu aku juga i’tikaf di sepuluh kedua (pertengahan). Kemudian aku diberi tahu bahwa Lailatul Qadar itu di sepuluh terakhir. Maka siapa yang ingin i’tikaf maka lakukanlah.” Akhirnya banyak orang yang i’tikaf bersama Nabi Saw.”
Doa yang Dibaca di Malam Lailatul Qadar
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي (رواه الترمذي رقم 3513)
Dari Aisyah ra, ia berkata: Aku bertanya pada Rasulullah Saw: “Ya Rasulullah, kalau aku merasa berada di malam lailatul qadar apa yang sebaiknya saya baca?” Rasulullah Saw menjawab: “Bacalah: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemaafan, maka maafkanlah aku.”
Makan Sebelum Berangkat Untuk Salat Ied
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَغْدُو يَوْمَ الفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا (رواه البخاري رقم 953)
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Saw tidak keluar rumah di hari ‘ied sebelum makan beberapa butir kurma, danbeliau makan dalam jumlah ganji.”
Melewati Jalan yang Berbeda
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ (رواه البخاري رقم 986)
Dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata: “Di hari ‘Ied Nabi Saw membedakan jalan (antara jalan pergi dan jalan pulang).”
Salawat Nabi yang Diajarkan Imam Syafi’i
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُوْنَ
“Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebanyak dzikir orang-orang yang berdzikir dan kelalaian orang-orang yang lalai.”
تقبل الله منا ومنكم صالح الأعمال
Dihimpun oleh: Yendri Junaidi, Lc., MA (Dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang dan Ketua Bidang Fatwa dan Hukum MUI Tanah Datar)