Menerima Alquran Tetapi Menolak Hadis?

 Menerima Alquran Tetapi Menolak Hadis?

Sekolah Al-Qur’an Menjadi Trend di Kalangan Orang Tua di Aljazair (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Alquran biasanya menggunakan redaksi yang global sehingga memungkinkan untuk ditarik ke sana kemari. Alquran menyebut fenomena ini sebagai tindakan orang yang hatinya menyimpang. Untuk mengikuti yang tasyabuh (samar-samar) guna menimbulkan kekacauan penafsiran (fitnah), lihat Ali Imran: 7. 

Namun, penghalang paling besar bagi pikiran yang nyeleneh tersebut adalah hadis. Teks yang global dan masih samar dalam Alquran hampir semuanya dijelaskan dalam hadis.

Hal ini sesuai dengan titah Allah sendiri dalam Alquran yang memberi tugas pada Nabi Muhammad untuk menjelaskannya.

وَمَاۤ أَنزَلۡنَا عَلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ إِلَّا لِتُبَیِّنَ لَهُمُ ٱلَّذِی ٱخۡتَلَفُوا۟ فِیهِ وَهُدࣰى وَرَحۡمَةࣰ لِّقَوۡمࣲ یُؤۡمِنُونَ 

“Dan Kami tidak menurunkan Kitab (Alquran) ini kepadamu (Muhammad), melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu. Serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [Surat An-Nahl 64] 

Sebab itu, nyaris seluruh pemikiran nyeleneh akan menentang otoritas hadis atau menyebarkan keraguan akan validitasnya secara mutlak. Agar pemikiran nyelenehnya didengar orang.

Tentu hanya muslim yang akalnya eror yang lebih memilih keterangan orang lain atau pikirannya sendiri daripada penjelasan Nabi Muhammad yang sampai pada kita dari rantai transmisi terpercaya. Poin yang paling krusial yang dilupakan oleh orang yang menerima Alquran tetapi menolak hadis adalah bahwa seluruh isi Alquran adalah hadis mutawatir.

Ya, firman Allah seluruhnya yang tercatat dalam mushaf adalah juga hadis karena diucapkan oleh Nabi Muhammad. Tetapi lafaz dan maknanya dinisbatkan pada Allah dengan jalur yang mutawatir (disampaikan olah banyak sekali perawi sehingga tidak diragukan validitasnya).

Kriteria super inilah yang membedakan antara Alquran dengan hadis yang lain, namun tak bisa disangkal bahwa seluruh yang diucapkan oleh Nabi adalah hadis juga. Menyebut hadis sebagai tutur tinular, sama juga akhirnya dengan mengkritik Alquran itu sendiri. Mengkritik hadis dan Alquran sekaligus, sama artinya dengan membuat agama sendiri.

Abdul Wahab Ahmad

Ketua Prodi Hukum Pidana Islam UIN KHAS Penulis Buku dan Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *