Meneladani Perjuangan Para Nabi

 Meneladani Perjuangan Para Nabi

Khutbah Jumat


إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُ, الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَبَارِكْ عَلى نَبِيِّنَا مُحمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانِ إِلى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَا بَعْدُ: فَياَ عِبَادَ اللهِ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَقُوْنَ. إِتَقُوا اللهِ حَقَ تُقَاتِهِ وَلاَتَموْتُنَ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ, أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ, يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا, يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ, يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

 Ma’asyirol muslimin, rohimakumulluh

Setiap dari kita tentu ingin seperti para nabi. Mereka adalah orang- orang baik yang dipastikan akan memasuki surga yang abadi. Mereka juga adalah orang-orang baik, yang terus dikenang sepanjang sejarah.

Memang seperti itulah seharusnya kita sebagai Muslim. Kita diwajibkan untuk menjadikan para nabi sebagai teladan hidup kita. Khususnya Nabi Besar Muhammad saw.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sungguh pada diri Rasulullah itu ada teladan yang baik buat kalian, bagi siapa saja yang menghendaki Allah dan hari akhir; dan yang banyak mengingat Allah” (QS Al-Ahzab: 21)

Rasulullah saw. adalah teladan tertinggi. Akan tetapi, hal lain yang harus kita ingat adalah bahwa para nabi lain pun bisa kita jadikan sebagai teladan. Menurut Al-Quran, Allah tidak membeda-bedakan para nabi, satu dengan lainnya. Semua nabi diutus oleh Allah dengan mengemban misi yang sama, yaitu menebarkan rahmat bagi ummat manusia. Mereka Semua menjalankan dengan taat apa pun yang diperintahkan Oleh Allah SWT:

Allah berfirman:

لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا

“Tiadalah Kami membeda-bedakan Para rasul-Nya satu dengan yang lain. Mereka semuanya berkata, ‘Kami mendengar, dan kami taat”

Salah seorang nabi yang harus menjadi panutan kita adalah Nabi Yusuf a.s. Kisahnya di dalam Al-Quran disebut kisah terbaik (ahsnul-qashash).

Kalau para orang-tua ditanya tentang sosok idaman anak laki-lakinya. banyak di antara kita yang menjawab, ia ingin anaknya seperti Yusuf a. s. Yusuf adalah sosok idaman. Betapa tidak! Dia adalah seorang yang diceritakan sebagai pria yang sangat tampan, berbudi pekerti luhur, berilmu tinggi, kaya raya, punya jabatan tinggi, dan beristri cantik. Dan tentu saja, sebagai nabi, ia pasti masuk surga. Karena itu, sekali lagi, tidaklah mengherankan jika banyak sekali orang-tua yang sangat mengidam-idamkan punya anak lelaki seperti Nabi Yusuf.

Sebagian masyarakat Muslim Indonesia secara tradisional terbiasa untuk membacakan dua surat Al-Quran bagi perempuan yang sedang hamil: Surat Maryam dan Surat Yusuf. Harapannya, jika anak tersebut perempuan, dia akan secantik dan sesuci Maryam, ibunda Isa Al-Masih. Sedangkan jika anak yang lahir laki-laki, ia akan setampan dan semulia Yusuf a.s.

Terkadang timbul dalam benak kita perasaan “iri” kepada Nabi Yusuf, seraya mempertanyakan kehendak Allah: kenapa kita yang laki-laki tidak diciptakan seperti Yusuf; atau kenapa bagi kaum perempuan, kenapa dia tidak tercipta seperti Maryam?

Keinginan untuk menjadi seperti Yusuf a.s. tentu saja bukan keinginan yang buruk. Bahkan itu adalah sesuatu yang sangat dianjurkan. Hanya saja. kita perlu merenung bahwa untuk menjadi seorang nabi seperti Yusuf, ternvata membutuhkan perjuangan yang sangat berat. Menjadi nabi itu memiliki konsekuensi dan tanggung jawab yang berat. Itulah konsekuensi dari anugerah yang (diberikan Allah kepada manusia.

Yusuf yang terlahir dengan fisik sangat tampan dan tumbuh dalam keluarga kenabian, ternyata harus menialani hidup dengan sangat berat. Ketampanan dan hikmah yang menyatu dalam diri Yusuf, justru malah membangkitkan kedengkian dan kebencian pada saudara-saudaranya.

اِذْ قَالُوْا لَيُوْسُفُ وَاَخُوْهُ اَحَبُّ اِلٰٓى اَبِيْنَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ ۗاِنَّ اَبَانَا لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ, اقْتُلُوْا يُوْسُفَ اَوِ اطْرَحُوْهُ اَرْضًا يَّخْلُ لَكُمْ وَجْهُ اَبِيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا مِنْۢ بَعْدِهٖ قَوْمًا صٰلِحِيْنَ

“Ketika mereka berkata: ‘Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita, dariPada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya, ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal), supaya Perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” (QS Yusuf: 8-9)

Dalam usia yang sangat muda , yaitu 9 tahun, Yusuf harus menjalani siksaan sampai babak belur sebelum dilempar ke sumur yang gelap. Dalam kondisi muka yang lebam, ia dibiarkan berada di dasar sumur yang sangat gelap selama beberapa hari. Yusuf yang masih kanak-kanak, harus menjalani kehidupan yang sangat berat bahkan sejak usia sekitar 9 atau 10 tahun. Ketika dia akhirnya bisa selamat terangkat dari dasar sumur, Yusuf harus menjalani kehidupan dengan status sebagai seorang budak-belian. Kemudian, dimulailah masa-masa perpisahan sangat panjang (sekitar 36 tahun) dengan ayahandanya, Ya’qub a.s. Selama masa-masa panjang penantian itu, Yusuf harus menjalani kehidupan selama 11 tahun di penjara Mesir. Di penjara itu, ia disuruh kerja paksa dan sempat mengalami siksaan cambukan dari petugas penjara.

Dengan merenungi perjalanan kisah nyata Nabi Yusuf a.s keinginan kita untuk meneladani Nabi Yusuf itu semestinya disertai dengan perenungan tertentu. Bagaimanapun juga, kita pasti akan berpikir berkali-kali iika yang dimaksud dengan “meneladani Yusuf” adalah “meneladani kehidupan dan periuangan berat Nabi Yusuf” yang disiksa, dibuang ke sumur, diperbudak, dipenjara, dan disuruh kerja paksa.

pada dasarnya, hidup adalah perjuangan. Keberhasilan yang akan kita capai sangat bergantung kepada usaha yang kita lakukan. Semakin keras perjuangan kita, akan semakin tinggi pencapaian yang akan kita raih.

Allah SWT juga berkali-kali menegaskan di dalam Al-Quran tentang keharusan kita untuk berjuang sekeras mungkin, untuk meraih kehidupan yang baik, dunia dan akhirat. Sejarah heroik pahlawan Indonesia menggambarkan perjuangan sejati mereka, dengan senjata sederhana berupa bambu runcing mereka mampu mengusir penjajah. Tentu semuanya butuh pengorbanan, perjuangan kita di negeri ini tidak berakhir dengan perginya penjajah. Justru perjuangan hari ini lebih berat, yaitu berjuang mengisi kemerdekaan, berjuang menjaga NKRI dari ancaman luar, berjuang untuk menjaga pemuda dan pemudinya dari kerusakan moral, berjuang untuk meningkatkan pendidikan, sosial, ekonomi dan lain-lain.

Bercermin dari perjuangan Nabi muhammad saw, dimana beliau saat di Makkah berjuang melepaskan bentuk perbudakan, sementara di Madinah beliau mengisi dengan berbagai kegiatan positif, seperti mengentaskan kemiskinan dan kebodohan, menggalakkan pendidikan, mengajari cara hidup yang terpuji, mengajak pada penghambaan pada Allah semata, dan lain sebagainya. Sejarah mencatat perjuangan beliau di Madinah sarat dengan ribuan tantangan dan cobaan, itu semua beliau lakukan

demi mencari ridha Allah dan berharap surga-Nya. Bahkan, Allah mengingatkan kita semua agar tidak menggampangkan masuk surga. Allah berfirman:

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

“kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Memka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertolongan Allah, Ingatlah, sesungguhnya Penolongan Allah itu amat dekat” (QS Al-Baqarah: 214)

Ringkasnya,jika kita ingin meneladani para nabi, teladani pula perjuangan mereka. Jangan sampai kita hanya punya cita-cita yang berfokus kepada hasilnya, tanpa melihat proses yang mereka lalui.


بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

*Buku. 57 Khutbah Jumat, Runut logika Agama yang terpadu dengan kebangsaan dan sentuhan doa.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *