Mendidik Anak, Prestasi Dulu atau Akhlak Dulu?

 Mendidik Anak, Prestasi Dulu atau Akhlak Dulu?

Kisah Hikmah Dahsyatnya Bersedekah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDATUNA.COM – Memiliki anak yang mempunyai segudang prestasi memanglah salah satu kebanggan tersendiri bagi orangtua karena seolah menunjukkan kualitas orangtua dalam mendidik. Anggapan tentang keberhasilan orangtua dalam mendidik anak dengan baik tak jarang terlontar dalam masyarakat.

Meski sejatinya hal itu tak lepas dari kemauan sang anak dalam belajar dan memahami apa yang disampaikan orangtua. Disamping itu, keberhasilan mendidik anak ini bisa menjujung tinggi nama orangtua melalui keberhasilan yang dicapai oleh anak.

Tidak dapat diragukan lagi, di era yang serba canggih ini, para orangtua lebih dominan menekankan anak-anaknya supaya bisa unggul dalam bersaing di lingkungan sekolah. Bahkan tidak jarang dari pihak orangtua memberikan pelajaran tambahan kepada anaknya berupa membayar guru privat. Hal ini sebagai upaya bisa menaikkan nilai di berbagai mata pelajaran di sekolahnya.

Bicara soal pendidikan anak, barangkali bisa kita rasakan di zaman sekarang ini, orangtua akan lebih bangga apabila anaknya mendapat berbagai macam penghargaan. Ketimbang mempunyai adab dan sopan santun kepada yang lebih tua.

Apalagi kehidupan di sebuah pedasaan, akan dikatakan ia berhasil mendidik anak apabila anak tersebut bisa menjadi dokter, Pegawai Negeri dan lain sebagainya. Walaupun tidak semua orang mempunyai cara pandang yang sama, akan tetapi rata-rata mereka berpikiran bahwa tolok ukur kesuksesan adalah seberapa besar rumahnya, berapa banyak mobilnya, dan lain sebagainya.

Dahulukan Akhlak daripada Nilai Akademik

Rasulullah sendiri telah bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Akhlak memanglah sangat penting bagi anak karena, apabila kita hanya mendidik anak supaya sukses dalam bidang akademik saja akan sangat fatal akibatnya. Sebagai contoh, banyak di kehidupan sekarang ini anak yang sukses dan menetap di kota dan lupa dari mana dia berasal. Lalu mengabaikan orangtuanya di pedesaan dan tidak memberinya nafkah atau hadiah, dan sebagainya.

Bahkan yang lebih miris lagi, ada anak yang sampai hati mengirim orangtuanya ke panti jompo. Hal itu dilakukan dengan alasan takut tidak ada yang mengurus kalau di rumah, dan lain sebagainya.

Peran guru memang sangatlah besar dalam mendidikan anak dalam hal akademik. Akan tetapi peran orangtua lebih penting dalam mengupayakan akhlak yang baik, terutama dalam pembelajaran dalam bidang sosial.

Orangtua-lah yang akan membentuk anaknya akan seperti apa nantinya sehingga, jika sudah dibiasakan melakukan hal-hal baik, maka ketika dewasa ia akan lebih menghormati orangtua. Hal itu bisa dilakukan dengan cara sepele, misalnya mencium tangan orangtua, menghormati yang lebih tua. Kemudian mengucapkan salam setiap masuk rumah, ataupun selalu minta izin sebelum pergi dan sebagainya.

Akhlak Dibentuk Sejak Kanak-kanak

Di masa pandemi seperti sekarang ini, semua aktivitas yang asalnya dilakukan di luar rumah, menjadi semua dilakukan di dalam rumah. Seperti halnya bersekolah dari yang asalnya tatap muka menjadi daring sehingga, jika tidak waspada, kemudahan akses pembelajaran jarak jauh tersebut akan disalahgunakan anak. Orangtua harus pandai dalam mendidik anak khususnya di masa sekarang ini, dan meminimalkan kemungkinan anak akan lebih banyak bermain game.

Benar kata seorang penyair ternama, Hafiz Ibrahim, “Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Jika seorang ibu itu memilik karakter yang baik, maka baik pula karakter anaknya. Pastinya ayahnya pun harus menjadi pendidik dan mencontohkan yang baik pula bagi anaknya.”

Dengan adanya penilaian bahwa netizen Indonesia peringkat terbawah se-Asia dalam hal kesopanan, bisa menjadi tolok ukur seberapa parahnya akhlak masyarakat Indonesia saat ini. Hal itu tidak luput dari didikan orangtua, sebab akhlak dan sopan santun tidak hanya diwujudkan dalam bersosialisasi di kehidupan nyata. Namun juga dalam dunia maya seperti era digital saat ini.

Pembentukan karakter anak ini dimulai sejak ia kecil sehingga dengan semakin majunya zaman, anak tidak semena-mena dan muncullah fenomena kagetan. Alhasil, diharapkan tidak seperti saat ini, bisa mencaci maki setiap orang yang ada di seluruh dunia dalam jaringan (daring).

Anak merupakan cerminan bagi orangtua sehingga apabila orangtua berlaku baik, maka anak akan mencontoh perilaku kita begitu juga sebaliknya. Sebagai orangtua, kita hendaknya selalu mendidik anak lebih baik terutama akhlak yang baik ketimbang berprestasi namun tidak berakhlak.

Kholil Chusyairi

https://hidayatuna.com

Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta dan Reporter di Intis Pers

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *