Mendapat Penolakan Keluarga, Theresa Bagikan Tips Mualaf Agar Diterima
HIDAYATUNA.COM – Memberitahu keislamannya kepada keluarga menjadi hal terberat bagi sebagian besar mualaf karena takut mendapat penolakan. Barangkali pengalaman ini dirasakan hampir semua mualaf, namun jika ada keluarga yang berbeda keyakinan mau menerima anak atau saudara dan agama barunya, maka Anda wajib bersyukur.
Tidak banyak mualaf yang merasakan kenikmatan tersebut. Bahkan Nabi Ibrahim pun ditolak oleh kaumnya bahkan dilempar ke dalam api.
Nabi Isa juga dijatuhi hukuman mati oleh kaumnya sendiri, dan Nabi Muhammad yang dihina dan diancam oleh sukunya. Penolakan orang yang dicintai adalah pengalaman yang sangat menyakitkan.
Para Nabi, para sahabat Nabi, dan banyak orang salih telah mengalami hal serupa dengan banyak mualaf baru jaman ini. Mereka tak gentar memegang erat iman di dada mesti mendapat tekanan yang berat.
Mualaf Theresa: Penolakan Ayahnya Terhadap Islam
Hal tersebut juga dialami oleh Theresa Corbin, seorang mualaf keturunan Prancis-Amerika yang memeluk Islam pada 2001. Theresa berprofesi sebagai seorang penulis yang fokus pada isu keislaman.
Selepas memutuskan untuk menjemput cahaya Islam dengan menjadi mualaf, ia sempat takut kalau keluarganya tidak menerima agama barunya.
Ia pernah mengajukan pertanyaan kepada ayahnya mengenai Islam dengan sudut pandang akademis saat makan malam bersama. Ayahnya berpandangan keras terhadap Islam.
“Terlepas dari perasaan saya, saya memiliki cukup kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa mendekati topik seperti itu perlu dilakukan dengan hati-hati,” kata Theresa, dilansir dari Republika.
Mendengar jawaban sang ayah, Theresa pun akhirnya mengurungkan diri untuk memberitahu keluarganya bahwa ia telah menjadi mualaf. Ia berusaha mencari waktu yang pas untuk melunakkan hati sang ayah, namun kesempatan itu tidak pernah datang sama sekali hingga ayahnya meninggal dunia.
Cara Memberitahu Keislaman Seorang Mualaf
Salah satu sahabat Nabi yang kaya raya, selalu berpakaian bagus, dan dicintai yakni Mus’ab ibn Umair akhirnya memeluk Islam. Ketika keluarganya mengetahui dia adalah seorang Muslim, ibunya mengikatnya dan menyiksanya.
Ketika Mus’ab tidak mau melepaskan imannya, ibunya mengambil pakaian dan kekayaannya dan mengusirnya. Mus’ab kemudian menjadi duta besar Islam pertama di Madinah.
Kemungkinan besar tidak ada di antara kita yang akan menderita siksaan yang dialami oleh Mus’ab dan banyak sahabat Nabi Muhammad. Tetapi beberapa akan menghadapi penolakan yang sama.
Mengingat hal itu, Theresa pun menyarankan untuk mendekati keluarga dengan pengertian dan kesabaran. Tetapi pada saat yang sama, seorang mualaf yang ingin memberitahu keluarganya harus menegaskan bahwa tidak tertarik untuk kembali menjadi non-Muslim.
Theresa juga meminta agar seorang mualaf tersebut membantu keluarga untuk melihat bahwa Anda memiliki keyakinan dan tradisi baru. Hal itu jelas berbeda dengan praktik dan tradisi sebelumnya yang dijalankan keluarga Anda.
“Berbelas kasihlah kepada mereka saat keluarga Anda menyesuaikan diri. Tapi tegas dan jelas bahwa Anda adalah seorang Muslim dan itu tidak akan berubah,” ujarnya.
Dengan kelemahlembutan dan belas kasihan itu, bisa jadi seseorang tergoda imannya sehingga berbalik sebelum menolak. Begitulah Islam mengajarkan kelemahlembutan kepada saudara beda iman, namun tetap tegas mempertahankan keimanan. Wallahu’alam.