Mencari Jejak Makam Kakek
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Kiai Yahya Syabrowi (Pendiri PP Raudhatul Ulum, Ganjaran Gondanglegi Malang), bersama para paman dan sepupunya kehilangan kabar kakeknya, Kiai Syamsuddin.
Karena ingin menikahkan salah satu putranya, Kiai Syamsuddin hendak mengundang beberapa kerabatnya di kawasan timur Jawa, Jember.
Beliau berangkat sendirian ditemani kuda sebagai tunggangan. Setelah itu sudah tidak terdengar kabar beliau dan tidak kembali ke Madura.
Keturunan Kiai Syamsuddin mulai menapaki arah perjalanan yang kira-kira dilewati kakeknya.
Setelah dilakukan penelusuran terkait seorang yang naik kuda dari Madura, terhentilah di sebuah desa di kawasan pebukitan di Pasuruan, tepatnya desa Benerwojo Kejayan, Pasuruan.
Kabarnya, di desa tersebut beliau sakit dan wafat. Setelah warga ditanya apakah kuda yang dibawa masih ada?
Kata warga kudanya juga mati setelah beberapa hari pemiliknya wafat. Keluarga kami pun meyakini bahwa kuburan tersebut adalah tempat jasad Kiai Syamsuddin dikebumikan berdasarkan kesaksian para warga.
Karena Kiai Yahya selalu ziarah ke makam kakeknya di Bulan Sya’ban setelah masa libur pesantren, kali ini kami -para keturunannya- pun menziarahi makam Kiai Syamsuddin juga di bulan Sya’ban.
Mengetahui makam kerabat dan menziarahinya adalah kesunahan yang sudah dipraktekkan oleh sahabat walaupun jaraknya jauh, yakni Sayidah Aisyah yang berziarah dari Madinah ke Makkah.
عن عبد الله بن أبي مليكة : أن عائشة أقبلت ذات يوم من المقابر فقلت لها : يا أم المؤمنين من أين أقبلت ؟ قالت : من قبر أخي عبد الرحمن بن أبي بكر فقلت لها : أليس كان رسول الله صلى الله عليه و سلم نهى عن زيارة القبور قالت نعم كان نهى ثم أمر بزيارتها (رواه الحاكم)
Artinya:
“Dari Abdullah bin Abi Mulaikah bahwa Aisyah pulang dari makam, ia ditanya dari mana? Aisyah jawab: “Dari kubur saudaraku, Abdurrahman bin Abu Bakar”
Ditanya: “Bukankah ziarah dilarang?” Ia jawab: “Dulu Nabi melarang, lalu perintahkan ziarah kubur.” (HR. al-Hakim)
Kisah selengkapnya sebagaimana dijelaskan dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Al-Hafidz Ibnu Katsir:
ولما توفي كانت وفاته بمكان يقال له الحبشي – على ستة أميال من مكة، فحمله الرجال على أعناقهم حتى دفن بأعلا مكة
Artinya:
“Abdurrahman bin Abu Bakar wafat di daerah Habsyi yang berjarak 6 mil dari Makkah, lalu digotong di atas pundak orang-orang laki-laki hingga dimakamkan di dataran tinggi Makkah (Ma’la).”
فلما قدمت عائشة مكة زارته وقالت: أما والله لو شهدتك لم أبكِ عليك، ولو كنت عندك لم أنقلك من موضعك الذي مت فيه
Artinya:
“Ketika Aisyah tiba di Makkah untuk menziarahi Abdurrahman, Aisyah berkata: “Demi Allah, andai aku menyaksikanmu aku tak akan menangisimu. Jika aku bersamamu takkan aku pindahkan jenazahmu dari tempat wafatmu.” []