Mencapai Derajat Insan Kamil Menurut Ibnu Arabi
HIDAYATUNA.COM – Insan kamil berarti manusia yang telah mencapai kesempurnaan, kesempurnaan berarti dia paham tentang tugasnya di dunia, mengenal Tuhan sehingga selalu takut pada Tuhannya. Derajat ini sering dibahas oleh beberapa tokoh Sufi.
Salah satu tokoh yang membahas cara mendapatkan derajat insan kamil adalah Ibnu arabi. Pendapat Ibnu Arabi tentang derajat tersebut menarik karena memiliki perbedaan daripada beberapa tokoh sufi yang membahasnya.
Ibnu Arabi mengatakan untuk mencapai derajat insan kamil, maka semua atribut yang melekat dalam diri manusia harus dibuang. Manusia harus fokus pada Tuhan, semua tindakan yang dilakukan harus berdasarkan untuk mencari ridho dari Tuhan, bukan mencari pahala, ganjaran dan lainnya. Semuanya harus didasarkan agar mendapatkan ridho dari Tuhan.
Pandangan menjadi insan kamil tidaklah sederhana dengan memahami dan meneladani sikap dari Nabi Muhammad. Ibnu Arabi mengatakan bahwa menjadi seseorang dengan derajat tersebut tidak akan bisa dilakukan ketika manusia hanya ingin mengikuti Nabi Muhammad.
Manusia yang mencapai derajat tersebut adalah manusia yang memahami dirinya sendiri. Mereka paham tentang tugas-tugasnya di dunia ini. Begitupun dengan Nabi Muhammad, beliau adalah manusia sempurna yang tertinggi. Manusia yang mengenal dirinya, paling mengenal Tuhan daripada ciptaanNya yang lain.
Nabi Muhammad menjadi manusia dengan derajat insan kamil paling tinggi dan paling dicintai oleh Tuhan. Oleh karena itulah, Nabi Muhammad menjadi figure utama sebagai contoh manusia paling sempurna. Mencapai derajat insan kamil tidak hanya sekedar mengikuti semua perilaku dari Nabi Muhammad.
Semisal ketika Nabi bersedekah pada orang miskin, maka sebagai manusia yang ingin mencapai derajat insan kamil harus memahami hakikat dari sedekah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Nabi berpuasa, maka harus dipahami dahulu Nabi berpuasa untuk apa baru kita mengikutinya.
Tingkatan Manusia Menurut Ibnu Arabi
Pertama-tama Ibnu Arabi membedakan tingkatan manusia yang terdiri dari beberapa tingkatan. Ibnu Arabi berpesan pada semua manusia untuk mencari jati diri manusia, sehingga sampai pada derajat insan kamil agar bisa menjadi manusia sempurna.
Ibnu Arabi mengatakan bahwa semua ciptaan Tuhan memiliki karakter ketuhanan, karena Tuhan menciptakan segala sesuatu itu dari bagian Tuhan itu sendiri. Ciptaan Pertama adalah Nur Muhammad, lewat Nur Muhammad kemudian diciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, termasuk Manusia.
Dari semua ciptaan Tuhan hanya manusialah yang memahami tentang dirinya adalah bagian dari Tuhan itu. Karenanya ada pepatah bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan paling sempurna, karena mampu memahami hakikat dirinya yang berasal (bagian) dari Tuhan.
Menurut Ibnu Arabi hanya manusia yang bisa memahami dan mempraktekkan sifat ketuhanan. Orang yang memahami sifat ketuhanan maka disebut sebagai insan kamil. Sedangkan manusia yang tidak memahami sifat ketuhanan ini adalah al-Insan al-Hayawan.
al-Insan al-Hayawan menurut Ibnu Arabi adalah mereka yang hanya menuruti untuk menaklukkan apa-apa yang berhubungan dengan dunia. Misal mereka mengejar harta benda, kekuasaan, dan segala yang berhubungan dengan keduniawian.
Lebih lanjut menurut Ibnu Arabi, al-Insan al-Hayawan ini tidak hanya pada level di atas, manusia yang cenderung memaksakan kebenaran versinya adalah masuk pada bagian ini. Ada juga manusia hanya mengejar pahala, balasan dari Tuhan ketika melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan.
Manusia yang hanya mengejar pahala dan balasan baik dari Tuhan masih berada di bawah level manusia insan kamil. Mungkin mereka akan mendapatkan pahala dan balasan baik dari Tuhan, tetapi mereka tidak akan mengenal hakikat dari Tuhan.
Maka Ibnu Arabi mengatakan bahwa semua hal yang dilakukan itu harus ditujukan pada Tuhan, harus dilakukan karena mencari ridho Tuhan. Di samping itu manusia harus terbuka, tidak mengedepankan kebenaran versinya. Dengan begitulah manusia bisa mencapai derajat insan kamil.
Cara Mendapatkan Insan Kamil
Insan kamil bisa dicapai oleh manusia ketika mereka sudah paham tentang dirinya sendiri, yakni bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan paling sempurna. Semua yang ada di alam semesta ada didalam diri manusia. Memahami dirinya (manusia) itu sama dengan kita belajar memahami Tuhan.
Kenapa bisa demikian, manusia adalah ciptaan Tuhan paling sempurna seperti yang diabadikan dalam al-Qur’an surat at-tin ayat 4. Manusia juga merupakan ciptaan Tuhan yang diciptakan langsung oleh Tuhan lewat kedua tangannya, ini didasarkan pada al-Qur’an surat Shad ayat 75.
Banyak hadis-hadis tasawuf yang mengatakan jika Allah menciptakan Allah berdasarkan bentukNya. Karena itulah manusia tidak hanya ciptaan Allah paling sempurna, tetapi juga tajalli (penjelmaan) dari Allah. Manusia yang paham hakikat dirinya adalah insan kamil.
Maka untuk menjadi insan kamil caranya adalah memahami hakikat dari kemanusiaannya. Ibnu Arabi mengatakan manusia harus mengenali dirinya sendiri, barulah mereka kemudian bisa mencapai derajat Iinsan kamil. Untuk itulah segala hal yang berhubungan dengan al-Insan al-Hayawan harus dibuang.
Ciri-ciri Menjadi Insan Kamil
Titik fokus manusia adalah Allah, jadi segala tindakannya harus didasarkan pada Allah. Seperti Nabi Muhammad, beliau melakukan sedekah bukan karena mengharapkan pahala dari Tuhan, tetapi ingin mencapai ridho dari Tuhan.
Nabi memberi makanan pada pengemis yang buta di pasar Madinah yang beragama Yahudi, bukan untuk mencari pahala dari Tuhan. Tetapi Nabi mengharapkan ridho dari Tuhan, dan juga melaksanakan sifat Tuhan yang maha Penyayang dan Pengasih kepada semua ciptaannya.
Beberapa ulama sufi menyatakan ada beberapa ciri ketika manusia sudah mencapai derajat insan kamil. Pertama, Menggunakan akal secara optimal, ini berbentuk manusia bisa membedakan yang baik dan buruk, yang adil dan tidak adil, memiliki akhlak sesuai dengan sifat ketuhanan.
Kedua, adalah berfungsinya intuisi dalam diri manusia. Ini bisa dilihat ketika manusia akan merasa sedih ketika ada manusia yang lain yang dilakukan semena-mena. Seperti melihat manusia yang kelaparan, dan lainnya.
Ketiga, manusia insan kamil adalah manusia yang selalu menerapkan sifat-sifat ketuhanan dalam dirinya. Oleh karena menerapkan sifat-sifat ketuhanan, maka manusia yang sudah mencapai derajat insan kamil tidak akan pernah menyakiti sesamanya.