Memperbaiki Diri Bukan Untuk Orang Lain

 Memperbaiki Diri Bukan Untuk Orang Lain

Standarnya Akhlak (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Kita pasti pernah mendengar ada orang yang memiliki niat untuk memperbaiki diri karena sebelumnya ia merasa bahwa dirinya sudah berada di jalan yang salah. Namun ia melakukan hal tersebut adalah karena orang lain.

Misalnya saja, “Aku ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik agar pasanganku semakin sayang padaku.” Niat inilah yang sebenarnya kurang tepat. Keinginan untuk memperbaiki diri sudah baik, namun tujuannya yang perlu untuk dibenahi.

Bisa saja saat kita berniat untuk memperbaiki diri karena orang lain, maka jika suatu waktu kita memiliki pandangan yang buruk pada orang tersebut, kita akan menyesal sudah berubah karena dirinya. Dan bukan hal yang mustahil bahwa perubahan yang menjadi baik tersebut hanya bersifat sementara.

Kita menyadari bahwa setiap manusia tidaklah ada yang sempurna. Pasti ada kesalahan maupun sisi gelap yang kita alami. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat An-Najm ayat 32:

Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”

Melalui ayat tersebut menjelaskan kepada kita untuk tidak merasa bahwa diri kita adalah yang paling suci, paling benar, dan terhindar dari dosa. Sikap seperti inilah yang berpotensi untuk memunculkan rasa bangga pada diri sendiri secara berlebihan. Hingga kemudian dirinya lupa bahwa selama hidup ini juga adalah proses untuk berbenah dan memperbaiki diri.

Memperbaiki Diri Karena Allah SWT

Proses untuk melakukan perbaikan diri biasanya didahului dengan kesadaran, yang mana kita termenung dan teringat dengan dosa-dosa yang selama ini sudah diperbuat. Kita merasa telah menjadi manusia yang tidak taat pada ajaran Allah SWT. Hal tersebut pun juga disertai dengan penyesalan.

Barulah kemudian kita tersadar untuk mulai memperbaiki diri dengan berusaha menjalankan apa yang diperintahkan-Nya. Meskipun ada banyak sekali kesalahan yang sudah kita perbuat, namun Allah SWT adalah Al-Afuuw atau Pemberi Maaf. Jika niat kita benar-benar tulus untuk memperbiki diri, maka Allah SWT pun akan membantu jalan kita.

Hal ini sebagaimana hadis riwayat At-Tirmidzi, Rasulullah saw bersabda:

Setiap anak Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang (mau) bertobat.

Memperbaiki Diri Untuk Diri Sendiri, Bukan Untuk Orang Lain

Tujuan kita untuk memperbaiki diri tidak hanya karena Allah SWT saja, tetapi juga untuk kebaikan diri sendiri. Alhasil, saat kita berusaha memperbaiki diri bukanlah ditujukan pada orang lain.

Memperbaiki diri juga adalah bagian dari cintanya kita pada diri sendiri. Kita sadar bahwa dengan memperbiki diri, maka hal tersebut bisa menjadi makanan yang sehat untuk diri kita sekaligus menunjukkan rasa sayang kita pada diri sendiri.

Ketika kita memperbaiki diri, maka manfaatnya hanya bisa kita sajalah yang merasakannya. Di mana hidup menjadi lebih tenang, sehingga kita bisa beraktivitas secara lancar. Hal tersebut sudah cukup membuktikan bahwa memperbaiki diri akan memberikan dampak positif yang besar.

Oleh karena itu, perlu adanya pembenahan kembali pernyataan-pernyataan tentang memperbaiki diri untuk orang lain. Mulai tanamkan dalam diri bahwa niat kita berubah menjadi yang lebih baik adalah untuk diri sendiri dan ingin mencari ridanya Allah SWT.

Jika motivasi kita memperbaiki diri karena orang lain, hal tersebut kemungkinan hanya bersifat sementara saja. Suatu waktu kita bisa saja berubah lagi. Karena niat tersebut bukan benar-benar dari hati, melainkan mengharapkan sesuatu dari orang lain.

Widya Resti Oktaviana

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *