Membincang Sanad Dzikir Thariqah

 Membincang Sanad Dzikir Thariqah

Membincang Sanad Dzikir Thariqah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Di Pontianak, khususnya di kawasan Peniram, ada seorang ulama murid Syaikhona Kholil dan menjadi Mursyid Thariqah Naqsyabandiyah di masa 1950an.

Beliau adalah KH Fathul Bari bin KH Ismail, dari Ombul Sampang Madura (gambar tengah).

Kabarnya, Kiai Fathul Baru berdakwah di Kalimantan Barat ini meneruskan KH Sirajuddin, Sampang (gambar atas).

Para pengamal thariqah sering digugat keabsahan sanadnya. Berikut saya kutipkan sanad Thariqah dari Kitab Syekh Mahfudz At-Tarmasi yang telah ditashih oleh Syekh Yasin Al-Fadani yang diberi gelar Musnid ‘Ashr (pemilik sanad masa sekarang).

Yang menjelaskan sanad tersebut lengkap sampai pada Imamus Shufiyah, Abul Qasim al-Junaid al-Baghdadi (wf. 297 H) dari gurunya Sirri al-Saqathi (wf. 253 H), dari gurunya Abu Mahfudz Ma’ruf al-Karakhi (wf. 200 H), dari gurunya Dawud al-Thai (wf. 165 H), dari gurunya Habib al-Ajami, dari gurunya Hasan al-Bashri (wf. 110 H).

Beliau dari sahabat Ali:

عَنْ اَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلِيِّ بْنِ اَبِي طَالِبٍ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ اَنَّهُ سَأَلَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى اَقْرَبِ الطَّرِيْقِ اِلَى اللهِ وَاَسْهَلِهَا وَاَفْضَلِهَا عِنْدَ اللهِ فَقَالَ يَا عَلِيُّ عَلَيْكَ بِمُدَوَامَةِ ذِكْرِ اللهِ فِي الْخَلْوَاتِ فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ هَكَذَا فَضِيْلَةُ الذِّكْرِ وَكُلُّ النَّاسِ ذَاكِرُوْنَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَهْ يَا عَلِيُّ لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ وَعَلَى وَجْهِ الْاَرْضِ مَنْ يَقُوْلُ اللهُ اللهُ فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَيْفَ اَذْكُرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ فَقَالَ غَمِّضْ عَيْنَيْكَ وَاسْمَعْ مِنِّي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قُلْ اَنْتَ وَاَنَا اَسْمَعُ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لاَ اِلَهَ اِلَّا اللهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مُغَمِّضًا عَيْنَيْهِ رَافِعًا صَوْتَهُ وَعَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَسْمَعُ ثُمَّ قَالَ عَلِيٌّ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مُغَمِّضًا عَيْنَيْهِ رَافِعًا صَوْتَهُ . (كذا اورد هذا الحديث العلامة الشنواني في ثبته الدرر السنية نقلا عن ريحان القلوب في التوصل الى المحبوب للشيخ جمال الدين ابي المحاسن يوسف بن عبد الله بن عمر العجمي الكوراني)

Artinya:

“Diriwayatkan dari Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib, bahwa beliau bertanya kepada Nabi Saw:

“Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku jalan yang paling dekat kepada Allah, yang paling mudah dan paling utama disisi Allah.”

Nabi bersabda: “Teruslah kamu berdzikir kepada Allah saat menyendiri.”

Ali berkata: “Yang seperti ini adalah keutamaan dzikir, semua manusia juga berdzikir.”

Nabi bersabda: “Bukan begitu, wahai Ali. Kiamat tidak akan terjadi selama diatas bumi ada yang mengucapkan Allah, Allah.”

li berkata: “Bagaimana cara saya berdzikir wahai Rasulullah?”

Nabi bersabda: “Pejamkan kedua matamu dan dengarlah ucapanku tiga kali. Kemudian kamu ucapkan dan aku mendengarkan.”

Lalu Nabi mengucapkan La ilaha illa Allah tiga kali, memejamkan kedua matanya dan mengeraskan suaranya.

Ali mendengarkannya. Kemudian Ali mengucapkan La ilaha illa Allah tiga kali, memejamkan kedua matanya dengan suara keras.”

(Hadis ini disampaikan oleh al-Syinwani dalam kitabnya al-Durar al-Saniyah, mengutip dari Raihan al-Qulub fi al-Tawashul ila al-Mahbub, karya Syaikh Jamaluddin Abi al-Mahasin Yusuf bin Abdillah bin Amr al-Ajami al-Kaurani)

Silsilah ini dipertegas lagi oleh ulama Hanafiyah dalam penyebaran kepada para murid-muridnya dan keabdahan sanadnya oleh al-Hafidz al-Suyuthi:

ثُمَّ لَقَّنَ عَلِيٌّ الْحَسَنَ الْبَصْرِيَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَلَى الصَّحِيْحِ عِنْدَ أَهْلِ السِّلْسِلَةِ الْأَخْيَارِ مِنَ الْمُحَدِّثِيْنَ. قَالَ الْحَافِظُ السُّيُوْطِي: الرَّاجِحُ أَنَّ الْبَصْرِيَّ أَخَذَ عَنْ عَلِيٍّ وَمِثْلَهُ عَنِ الضِّيَاءِ الْمَقْدِسِي، وَمِنَ الْمُقَرَّرِ فِي الْأُصُوْلِ أَنَّ الْمُثْبِتَ مُقَدَّمٌ عَلَى النَّافِي ثُمَّ لَقَّنَ الْحَسَنُ الْبَصْرِي حَبِيْباً الْعَجَمِي وَهُوَ لَقَّنَ دَاوُدَ الطَّائِيَ وَهُوَ لَقَّنَ مَعْرُوْفًا الْكَرْخِيَّ وَهُوَ لَقَّنَ سَرِيًّا السَّقَطِيَّ وَهُوَ لَقَّنَ أبَا الْقَاسِمِ سَيِّدَ الطَّائِفَتَيْنِ الْجُنَيْدَ الْبَغْدَادِيَّ (عجائب الآثار لعبد الرحمن بن الحسن الجبرتي الحنفي – ج 1 / ص 174)

Artinya:

“Kemudian Ali menuntun dzikir tersebut kepada Hasan al-Bashri, berdasarkan pendapat yang sahih menurut ulama ahli silsilah pilihan dari kalangan ahli hadis.

Al-Hafidz al-Suyuthi mengatakan: “Pendapat yang kuat bahwa Hasan al-Bashri mengambil dari Ali, begitu pula dari Dhiyauddin al-Maqdisi. Dan sebagaimana telah menjadi ketetapan dalam ilmu Ushul:

“Sesuatu yang menetapkan didahulukan atas sesuatu yang meniadakan.”

Kemudian Hasan al-Bashri menuntun dzikir kepada Habib al-Ajami, ia menuntun dzikir kepada Dawud al-Tha’i, ia menuntun dzikir kepada Ma’ruf al-Karakhi,

Ia menuntun al-Sari al-Saqathi, ia menuntun dzikir kepada Abu al-Qasim al-Junaid al-Baghdadi.” (Syaikh Abdurrahman bin Hasan al-Jabrati al-Hanafi, Ajaib al-Atsar, 1/174)

Sanad berikutnya adalah dalam masalah Baiat, Syaikh Mahfudz al-Tarmasy berkata:

وَاَمَّا تَلْقِيْنُ الذِّكْرِ عِنْدَ الْمُبَايَعَةِ فَهُوَ كَمَا قَالَ الشَّيْخُ الشَّنْوَانِي مَا رَوَاهُ الْحَافِظُ اَبُوْ بَكْرٍ اَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَبْدِ الْخَالِقِ الْبَزَّارُ (المتوفى سنة 292) فِي مُسْنَدِهِ ثَنَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابُ السِّجِسْتَانِي ثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِي السُّكُوْتِي ثَنَا اِسْمَاعِيْلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ رَاشِدِ بْنِ دَاوُدَ عَنْ يَعْلَى بْنِ شَدَّادِ بْنِ اَوْسٍ حَدَّثَنَا اَبِي شَدَّادُ بْنُ اَوْسٍ وَعُبَادَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ حَاضِرٌ فَصَدَّقَهُ وَقَالَ قَالَ : بَايَعْنَا رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَقَالَ : فِيكُمْ غَرِيبٌ يَعْنِي أَهْلَ الْكِتَابِ ، فَقُلْنَا : لاَ يَا رَسُولَ اللهِ ، فَأَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ ، وَقَالَ : ارْفَعُوا أَيْدِيكُمْ فَقُولُوا : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، فَرَفَعْنَا أَيْدِيَنَا سَاعَةً ، ثُمَّ قَالَ : اللَّهُمَّ إِنَّكَ بَعَثْتَنِي بِهَذَا الْكَلِمَةِ ، وَأَمَرَتْنِي بِهَا ، وَوَعَدْتَنِي عَلَيْهَا الْجَنَّةَ ، وَإِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيعَادَ ، ثُمَّ قَالَ : أَبْشِرُوا ، فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ غَفَرَ لَكُمْ

Artinya:

“Sedangkan Talqin dzikir saat Baiat, sebagaimana disampaikan oleh al-Hafidz Abu Bakar bin Amr bin Abdul Khaliq al-Bazzar (w. 292 H) dalam Musnadnya,

Umar bin Khattab al-Sijistani telah bercerita kepada kami, Hasan bin Ali al-Sakuti telah bercerita kepada kami, Ismail bin Iyasy telah bercerita kepada kami,

Dari Rasyid bin Dawud, dari Ya’la bin Syaddad bin Aus. Abi Syaddad bin Aus telah bercerita kepada kami, dihadiri oleh Ubadah dan ia membenarkannya.

Ia berkata: “Kaimi berbaiat kepada Nabi, beliau bertanya: “Apakah diantara kalian ada orang asing (ahli kitab)?”

Kami menjawab: “Tidak ada, wahai Rasulullah.” Kemudian Nabi menyuruh menutup pintu.

Nabi bersabda: “Angkat tangan kalian, ucapkanlah La ilaha illa Allah.”

Lalu Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau mengutusku dengan kalimat ini. Engkau memerintahkan aku dengan kalimat ini, Engkau menjanjikan surga bagiku dengannya, dan Engkau tidak akan mengingkari janji.”

Nabi bersabda: “Berbahagialah, Allah telah mengampuni kalian.” (HR. Al-Bazzar). []

Ma'ruf Khozin

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *