Membincang Kepemimpinan dan Demokrasi
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Sejak masih di SMP SMA dan kuliah saya beberapa kali diikutkan semacam pelatihan dasar kepemimpinan.
Biasanya kita dipersiapkan untuk bisa nantinya jadi pengurus OSIS, Rohis dan sebagainya.
Tentunya semua yang diajarkan sangat positif, termasuk juga bagaimana trik memenangkan pencalonan jadi pimpinan.
Lumayan juga trik yang saya jalankan untuk bagaimana bisa memenangkan para calon pemimpin yang kami usung.
Kurang lebih mirip-mirip yang dilakukan oleh masing-masing calon pasangan pilpres, tapi dalam bentuk miniatur.
Hanya bedanya, saat itu kita tetaplah anak sekolah atau mahasiswa. Kita punya tanggung jawab ke orang tua dari sisi akademik.
Jangan sampai sukses di karier politik, tapi jeblok dalam bidang akademis. Ujungnya malah bisa drop out.
Namun semakin ke sini saya kok lebih merasakan aroma perebutan kursi kekuasaannya, ketimbang leadership dan kepemimpinannya.
Mungkin rebutan itu yang seru, panas dan mendebarkan. Kayak nonton pertandingan tinju, para petinju sibuk meninju lawan dengan berbagai macam trik dan teknik.
Dan para penonton ramai menyoraki jago masing-masing. Sedangkan leadershipnya nyaris tidak lagi terasa.
Demokrasi yang niat awalnya meruntuhkan hegemoni sang amurka monarki absolut jadi milik rakyat, akhirnya lebih terasa sebagai arena adu jotos antara sesama pendukung.
Semua pihak merasa sudah jadi pahlawan demokrasi. Semua pihak menuding lawannya sebagai musuh rakyat.
Semua adalah bagian dari trik-trik kampanye pemenangan calon.
Ini adalah perkembangan materi kepemimpinan yang ada di simpang jalan. Mau kemana semua ini dibawa? []