Membincang Balaghah Al-Qur’an (Bagian 2)

 Membincang Balaghah Al-Qur’an (Bagian 2)

Membincang Perihal Tarek (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Bagian kedua dari pembahasan Membincang Balaghah Al-Qur’an dapat disimak di sini. Ada ayat yang membuat Dr. Fadhil Samurra`iy berpikir selama lebih kurang dua tahun untuk menemukan rahasia di balik tarkib-nya:

لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ
Artinya: “Tidak ada ketakutan terhadap mereka dan mereka tidak merasa sedih.”
Kenapa untuk ‘takut’ digunakan isim sementara untuk ‘sedih’ digunakan fi’il? Kenapa untuk ‘sedih’ diberikan penekanan sebelumnya dengan dhamir هم? Kenapa kata خوف marfu’, bukan manshub dengan la an-nafiyah lil jins?
Setelah berpikir, mentadabburi, mengkaji dan memohon fath (pencerahan) dari Allah Swt, ada beberapa kesimpulan yang beliau dapatkan, di antaranya adalah
Pertama, kalau untuk ‘takut’ digunakan fi’il sehingga menjadi لاَ يَخَافُوْنَ (mereka tidak takut), ini berarti bahwa mereka (orang-orang beriman) tidak akan merasa takut di hari itu (akhirat).
Padahal sesungguhnya mereka memang merasakan takut. Buktinya, Allah Swt berfirman dalam ayat yang lain :
… يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ (النور : 37)
Artinya: “…mereka takut akan hari dimana hati dan pandangan berbolak-balik.”
Juga dalam ayat yang lain berikut ini:
إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا (الإنسان : 10)
Artinya:
“Sesungguhnya kami takut (azab) Tuhan pada hari orang-orang berwajah masam penuh kesulitan.”
Jadi secara realita mereka bisa saja merasa takut di hari itu; hari yang sangat dahsyat dan menentukan. Karena itu tidak digunakan fi’il: يخافون
Ketika yang digunakan adalah bentuk isim ; خوف maka maknanya adalah tidak ada yang perlu dikhawatirkan terhadap mereka.
Mereka boleh jadi merasa takut karena tabiat hari itu memang menakutkan. Akan tetapi Rabbul ‘Izzah akan memberikan rasa aman kepada mereka, dan ini yang paling penting.
Bisa jadi seseorang tidak merasa takut pada sesuatu, padahal sesuatu itu berbahaya bagi dirinya. Sebaliknya, bisa jadi seseorang merasa takut padahal sesuatu itu tidaklah membahayakan.
Jadi yang paling penting bukan takut atau tidak takut, melainkan apakah ia aman atau tidak dan inilah yang terkandung dalam kalimat : لا خوف عليهم
Kedua, digunakan kalimat ولا هم يحزنون (dan mereka tidak merasa sedih), dalam bentuk fi’il, bukan dalam bentuk isim, seperti : ولا حزن عليهم . Karena kalau digunakan dalam bentuk isim, artinya menjadi tidak perlu ada kesedihan terhadap mereka. Dan ini tidak penting.
Ada atau tidak ada orang yang bersedih untuk mereka, tidak akan banyak berpengaruh kalau mereka sendiri tetap bersedih.
Jadi, kebalikan dari rasa takut, untuk rasa sedih ini yang paling penting adalah mereka tidak merasa sedih. Karena itulah digunakan dalam bentuk fi’il, bukan isim.
Disamping itu, kalau yang digunakan adalah kalimat ولا حزن عليهم, bisa jadi ini adalah azab, bukan rahmat.
Penggunaan kalimat ini dalam al-Qur’an adalah untuk sesuatu yang bermakna negatif, seperti firman Allah :
وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُنْ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ (النمل : 70)
Artinya:
“Dan janganlah engkau sedih terhadap mereka (orang-orang kafir) dan jangan pula dadamu merasa sempit terhadap apa yang mereka tipudayakan.”
Ketiga : penekanan pada kalimat ولا هم يحزنون dengan menggunakan dhamir هم sebelum fi’il, mengandung makna yang sangat unik. Penekanan ini berarti bahwa “Bukan mereka (orang-orang beriman) yang bersedih, tapi merekalah (orang-orang kafir) yang akan bersedih…”
Sama halnya ketika seseorang dituduh mencuri sesuatu, lalu ia berkata:
ما أنا سرقته
Artinya: “Bukan aku yang mencurinya…”
Ta’bir seperti ini tidak saja menafikan perbuatan itu dari dirinya tapi juga sekaligus menetapkannya pada orang lain.
Kalau yang digunakan adalah ولا يحزنون (tanpa penegasan). Kalimat ini baru menafikan kesedihan dari orang-orang beriman, tapi tidak menetapkannya untuk orang-orang kafir.
Dengan adanya tambahan هم sebagai penegas sebelum fi’il يحزنون ini, berarti mereka (orang-orang beriman) tidak akan bersedih. Justru merekalah (orang-orang kafir) yang akan bersedih.
Semoga Allah Swt buka hati dan akal kita untuk memahami ayat-ayat-Nya. []
اللهم افتح علينا فتوح العارفين بك
[YJ]

Yendri Junaidi

Pengajar STIT Diniyah Putri Rahmah El Yunusiyah Padang Panjang. Pernah belajar di Al Azhar University, Cairo.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *