Membela Allah

 Membela Allah

Sifat Pengampun Allah Termasuk Sifat Wajib atau Sifat Jaiz?

HIDAYATUNA.COM – Membela Allah. Bagi orang Islam, lafadz jalalah itu lebih dihormati dari pada selainnya. Dan, itu wajar-wajar saja. Lalu ketika lafadz jalalah itu sengaja diinjak-injak, wajar pula orang Islam tidak terima perlakuan itu.

Sama tidak terimanya orang Indonesia jika lambang negara burung garuda diinjak-injak secara sengaja oleh orang asing. Sebab tindakan itu dianggap sebagai pelecahan dan penghinaan terhadap nasionalisme orang Indonesia.

Jika orang bisa tersinggung jika simbol negaranya diletakkan tidak pada tempatnya, orang Islam pun tidak bisa menerima jika lafadz jalalah yang merupakan simbol kesucian agamanya diperlakukan tidak pada tempatnya. Maka, banyak orang Islam bereaksi karena kasus lafadz jalalah yang diinjak-injak itu. Sebagian bahkan marah sebagai bentuk pembelaan kepada kesuciaan lafadz Allah.

“Itu kerjaan orang-orang fundamentalis. Enggak logis. Allah, kok, dibela,” kata si Wad, pahlawan bertopeng kelompok Zionis.

“Loh, membela Allah itu kewajiban. Jika ente menolong Allah, Dia akan menolong ente, “jawab Kyai Adung.

“Allah itu mahakuasa, Kyai. Dia tidak perlu di bela. Masa Cuma lafadz Allah diinjak-injak saja marah. Allah itu tidak akan turun derajat kebesaran-Nya hanya karena Namanya diinjak-injak.”

“Ya, wajar dong mereka marah. Yang penting marahnya dalam kerangka amar ma’ruf nahi munkar.

Itu pilihan mereka. Sama seperti pilihan ente yang memilih tidak marah macam setan gagu.”

“Inilah cara berfikir orang yang sok menjadi penjaga kesucian Tuhan. Sedikit-sedikit marah. Hanya karena nama Allah diinjak sepatu, marah juga. Enggak asyik banget gitu, “kata si Wade lebih garang.

“Emang, Allah tidak turun derajat kebesaran-Nya karena Namanya diinjak-injak. Tetapi kenapa juga ente malah marah-marah melihat orang marah-marah melihat nama Tuhanya diinjak-injak ? ‘Kan, sama-sama marah.”

“Saya marah karena melihat tingkah bodoh orang-orang itu.”

“Lha, orang yang ente sebut fundamentalis itu marah karena melihat tindakan semena-mena dan bodoh juga.”

“Kyai, apa orang-orang fundamentalis itu tidak mengerti bahwa Allah itu Mahabesar ?”

“Oh, ngerti sekali.”

“Jadi untuk apalagi kebesaraan Allah dipersoalkan ?

Allah sudah besar dengan sendirinya. Tidak perlu menjaga kebesaran-Nya macam penjilat memuji-muji raja. Bahkan tanpa dibesar-besarkan pun, Allah sudah Mahabesar.”

“Lha, terus, ente Shalat tidak ?”

“Biar kata slenge’an, saya juga shalat.”

“Lha terus, saat takbiratul ihram, Lafadz apa yang ente sebut ?”

“Ya, Allahu Akbar.”

Artinya Allah Mahabesar, ‘kan ? tanya Kyai Adung.

“Tidak perlu dikasih tahu. Saya juga ngerti Allahu Akbar itu Allah Maha besar, “jawab si Wade sengit.

“Lha terus, kenapa ente sebut-sebut ? Tanpa ente sebut Maha besar juga Allah sudah Maha besar. Ente kagak shalat juga, Allah sudah besar, kok.”

Twew !

Hihihih… belibet, dah. Logika lawan logika.

By : Rehat Bersama Kiai Kocak

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *