Membangun Istana Langit

 Membangun Istana Langit

Baginda Harun ar- Rasyid sedang gelisah luar biasa. Raja-raja negeri tetangga telah membangun bangunan megah. Baginda tak ingin kalah.

Entah dari mana asalnya, ia pun punya ide. Baginda ingin membangun sebuah istana di awing-awang , ia yakin, tak aka nada yang dapat menandingi istananya kelak. Sayangnya , Baginda sendiri belum tau bagaimana cara mewujudkan idenya itu.

Baginda langsung teringat pada orang kepercayaanya , Abu Nawas. Abu Nawas yang cerdik selalu bisa memecahkan semua persoalan. Ketika Abu Nawas datang menghadap, Baginda senang luar biasa. Disapanya Abu Nawas dengan senda gurau. Setelah itu, barulah Baginda mengungkapkan keinginanya.

“ Aku sangat ingin membangun istana di awing-awang. Apakah menurutmu itu mungkin, Abu Nawas ? “

“ Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Baginda.”

Abu Nawas berusaha memahami keinginan Baginda.

‘’Baiklah, kalau menurutmu begitu, kuserahkan dirinya akan termakan ucapanya sendiri. Sekarang, Abu Nawas bingung bagaimana cara memenuhi perintah Baginda.

Sejak kembali dari istana, taka da yang dilakukan Abu Nawas, kecuali memikirkan jalan keluar masalahnya. Terkadang, Abu Nawas duduk sambil melamun. Terkadang, ia berbaring, tapi tak dapat tidur. Berjalan mondar-mandir pun tak membuahkan hasil. Hanya ada satu hal yang berputar-putar di kepala Abu Nawas : bagaimana cara membuat istana yang melayang ?

Abu Nawas melihat sekeliling. Ia mencari benda yang dapat melayang .

Namun, taka da satu pun benda seperti itu di rumahnnya.

Abu Nawas keluar rumah. Ia memandang langit beberapa saat Dilihatnya sebuah daun melayang tertiup angina. Hanya beberapa saat .

Dilihatnya sebuah daun melayang tertiup angin. Hanya beberapa saat sebelum daun itu jatuh menyentuh tanah, Abu Nawas menyadari bahwa semua benda yang melayang pasti akan segera ke tanah.

Sekelompok burung terbang di atas Abu Nawas. Akan tetapi, mereka tak pernah menetap di langit. Burung-burung itu bisa bergerak di awing-awang saat mengepakkan sayapnya. Setelah itu, mereka akan kembali ke sarang.

Sekelompok anak ramai bermain laying-layang. Abu Nawas memperhatikan mereka. Layang-layang itu bisa mengudara karena tertiup angin. Saat angina bertiup kencang, laying-layang itu akan terbang mengikutinya. Akan tetapi, saat angina berhenti, laying- laying akan jatuh.

Abu Nawas bersiap kembali ke rumah dengan putus asa. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia berbalik arah. Abu Nawas bergegas pergi menemui teman-temannya. Ia meminta bantuan untuk membuat layang-layang itu. Setelah jadi, teman-teman Abu Nawas menerbangkanya dari suatu tempat.

Seluruh rakyat pun heboh melihat istana yang melayang di langit. Baginda Harun ar-Rasyid sangat senang. Ia mengira istananya telah jadi.

Baginda segera menemui Abu Nawas, diiringi para pengawal.

‘’Hebat sekali, Abu Nawas. Kau berhasil menyelesaikan tugas berat ini. ‘’ Baginda berkata dengan bangga.

‘’Terimakasih, Baginda, ‘’ jawab Abu Nawas.

‘’Sekarang, aku ingin memasuki istana itu. Tunjukkan padaku caranya! Perintah Baginda.

‘’Dengan mengunakan tambang, Baginda yang Mulia.’’

‘’ Di mana tambang itu ?’’

‘’Sebenarnya, hamba lupa memasangnya. Bahkan, seorang teman hamba pun tak dapat turun dan terjebak di atas sana,’’

Baginda tak percaya pada perkataan Abu Nawas. ‘’Lalu bagaimana caramu turun?’’ tanya beliau.

‘’Mengunakan sayap.’’

‘’Kalau begitu, segera buatkan aku sayap agar aku bisa terbang ke sana.’’

 ‘’Sayap itu hanya bisa di buat di dalam mimpi, Baginda.’’

Baginda mulai murka. ‘’Apa maksudmu ? Apa kau sudah gila ? Kau pili raku gila sepertimu ?’’

‘’Tampaknya demikian. Baginda bahkan sebenarnya sudah tahu bahwa membangun istana di awing-awang itu mustahil, tapi Baginda tetap memerintahkanya, ‘’ Jelas Abu Nawas.

Baginda tak dapat berkata-kata lagi. Beliau segera kembali ke istana tanpa menoleh sedikit pun pada Abu Nawas.

Sumber : ABU NAWAS KUMPULAN DONGENG CERDIK DAN JENAKA

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *