Membalas Hinaan Orang Dengan Cara Nabi
HIDAYATUNA.COM – Saat hinaan diberikan kepada kita, sudah barang tentu sakit hati dan sedih yang dirasakan. Tidak jarang, dari hinaan bisa menimbulkan konflik jika orang yang mendapat hinaan tidak terima.
Hal ini bisa karena dirinya tidak merasa sesuai dengan hinaan yang dilontarkan. Atau bisa juga karena dirinya tidak terima sudah dianggap rendah sehingga rasa dendamlah yang muncul.
Ingatkan Anda dengan kisah Nabi Muhammad Saw yang ketika berdakwah sering kali dihina orang?
Hinaan yang diberikan kepada Nabi saw pastinya lebih menyedihkan. Bahkan tidak hanya sekedar hinaan, tetapi Nabi saw juga menerima perlakuan yang buruk serta ancaman yang membahayakan hidupnya.
Namun, apa yang dilakukan Nabi? Apakah beliau membalasnya atau menyimpan dendam yang besar?
Tidak. Nabi saw tidak pernah membalas perlakuan buruk mereka dan juga tidak menaruh dendam sama sekali. Dengan sikap Nabi saw inilah yang kemudian Allah SWT memberikan pujian kepada beliau dan tercantum di dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4:
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti luhur.”
Ini telah membuktikan kepada kita semua bahwa Nabi saw tidak akan pernah melakukan sikap yang buruk seperti apa yang sudah dilakukan oleh musuh-musuh terhadap dirinya. Karena Nabi saw adalah orang mulia yang selalu menebarkan ajaran kebaikan kepada setiap umat beliau.
Kenapa Orang Bisa Menghina?
Orang yang menghina kita tentu saja adalah orang yang tidak suka dengan kita. Salah satu hal yang kerap terjadi adalah karena rasa iri yang membuatnya bersikap buruk.
Fenomena seperti ini masih banyak terjadi hingga sekarang. Baik di lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan, lingkungan pekerjaan, bahkan yang paling sering adalah di lingkungan media sosial. Dengan adanya hinaan inilah yang kemudian menimbulkan rasa tidak nyaman.
Orang dengan mudahnya mengucapkan kata-kata yang merendahkan, tanpa tahu apa yang sedang kita hadapi. Lebih parahnya lagi, orang yang menghina merasa dirinya paling benar dan tidak merasa bersalah dengan sikapnya tersebut.
Selain rasa iri, hinaan yang terlontar juga bisa terjadi karena bentuk melampiaskan. Ada orang yang merasa kecewa dengan kondisi hidupnya saat ini. Rasa emosi ini pun harus mereka lampiaskan untuk melegakan. Namun salahnya pelampiasan tersebut bertujuan pada yang tidak baik.
Media sosial-lah yang saat ini sering menjadi target tempat untuk melampiaskan. Karena inilah cara yang tergolong mudah untuk dilakukan.
Cara Nabi Menanggapi Hinaan
Dikisahkan ada serombongan orang Yahudi yang datang kepada Nabi saw lalu mengucapkan, “Kecelakaan bagimu (Muhammad).”
Mendengar ucapan buruk tersebut, Aisyah istri Nabi pun bertindak dan membalasnya dengan ucapan, “Kecelakaan dan laknat Allah bagi kalian”.
Ketika Nabi Muhammad saw mendengar istrinya mengucapkan hal tersebut, beliau pun langsung menenangkan istriya dengan mengucapkan, “Tenang saja wahai Aisyah. Sesungguhnya Allah menyukai kasih sayang dalam setiap hal”.
Kebaikan hati Nabi saw ditunjukkan melalui sabda beliau:
“Ampunilah kaumku Ya Allah. Sesungguhnya mereka (menghina atau meyakitiku) karena tidak tahu.”
Inilah sikap terpuji yang dicontohkan Nabi saw ketika menghadapi hinaan. Beliau berpandangan bahwa orang tersebut dalam kondisi yang tidak tahu. Bahkan Nabi saw juga memintakan ampun kepada Allah SWT atas kekhilafan mereka.
Dalam hal ini, sikap baik yang juga ditunjukkan Nabi saw adalah, beliau juga melarang orang terdekatnya yakni istrinya untuk tidak memberikan balasan atas sikap buruk tersebut.
Sikap inilah yang seharusnya bisa kita contoh hingga sekarang. Dengan mencontoh Nabi saw, sudah pasti kita akan terhindar dari konflik maupun aksi balas-balasan yang tidak berkesudahan.
Membentengi Diri dengan Ibadah
Kunci utama ketika kita menghadapi hinaan adalah dengan bersabar dan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT. Sebagaimana yang diterangkan dalam Al Quran surat Thaha ayat 130:
“Maka sabarlah kamu atas apa yang merekaa katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Rabbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.”
Serahkanlah segalanya kepada Allah SWT yang mengetahui mana yang benar dan mana yang salah karena Allah adalah hakim yang paling adil.
Dengan menyerahkan kepada Allah SWT, hati kita pun bisa lebih tenang dan tidak merasa dendam. Karena kita percaya bahwa Allah SWT yang akan mengurusnya untuk kita.