Memandang Semesta Hingga Tak Satu Waktu pun Melupakan Allah

 Memandang Semesta Hingga Tak Satu Waktu pun Melupakan Allah

Memandang semesta hingga tak satu waktu pun melupakan Allah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Untuk membuka cakrawala berpikir, kali ini saya akan mengajak Anda untuk membayangkan seolah Anda punya kemampuan untuk membuat semesta. Kata semesta ini tak perlu Anda bayangkan sebagai seluruh realitas yang ada. Cukup semesta yang kecil bagi Anda tapi teramat besar bagi penghuninya.

Dalam film Man In Black (1997), terdapat alien yang berwujud seekor kucing yang bernama Orion. Di leher kucing Orion ini terdapat sebuah kalung yang indah yang belakangan diketahui bahwa ternyata kalung ini bukan sekadar kalung biasa tapi sebuah galaksi.

Dalam kalung itu ada sebuah galaksi yang lengkap dengan milyaran bintang dan planet. Bagi kita, galaksi tersebut adalah benda kecil seukuran liontin kalung. Akan tetapi bagi makhluk di dalamnya tentu saja itu adalah struktur berukuran mega besar seperti halnya kita memandang galaksi atau semesta kita ini.

Semesta kecil semacam kalung Orion itulah yang saya maksud dalam tulisan ini. Anggap saja Anda adalah “Tuhan” bagi semesta kecil itu yang menciptakannya dari nol.

Tentu saja tugas Anda bukan hanya menciptakan material bintang, planet dan segala macam isi semesta itu. Akan tetapi juga menciptakan sistem yang berlaku terus menerus di sana.

Sebagai desainernya, Anda-lah yang berhak memutuskan bagaimana semesta buatan Anda itu akan berjalan. Dengan hukum fisika buatan Anda sendiri yang sama sekali tidak terikat dengan hukum fisika yang ada di dunia kita ini.

***

Di semesta kecil itu, Anda harus memutuskan apakah ada sistem gravitasi di sana. Di mana benda-benda akan mempunyai daya tarik sesuai dengan besar massanya atau tidak. Anda juga harus memutuskan peran masing-masing benda mulai dari yang sangat besar seperti pusat galaksi hingga bagian atom yang paling kecil.

Untuk urusan membuat panas misalnya, Anda bebas membuat keputusan apakah panas akan dikeluarkan oleh api atau malah oleh es. Terserah Anda selaku designer semesta Anda sendiri apakah makhluk yang ada di sana akan memasak makanan dengan butiran salju, sebongkah batu atau api yang menyala.

Tentu saja terserah Anda juga apakah makhluk yang di sana harus makan atau tidak, hidup dalam jangka waktu tertentu atau malah hidup selamanya. Semua terserah Anda dan tak ada yang bisa mengatur Anda.

Bila Anda dapat membayangkan hal tersebut, maka ketahuilah bahwa alam semesta yang kita ketahui itu juga berjalan dengan cara yang sama. Hanya saja bukan Anda, bukan saya, dan bukan makhluk mana pun yang menjadi desainernya tetapi Allah.

Semua hukum alam yang kita kenal di dunia ini tak lebih dari sekadar aturan yang diberlakukan oleh Allah pada kita. Ketika setiap hari kita melihat api mampu membakar dan memanaskan, jangan dikira bahwa api itu sendiri yang menentukan peran dan fungsi tersebut tetapi itu karena Allah yang berkehendak demikian.

Ketika Anda melihat gravitasi bumi yang menarik semuanya agar menempel di atasnya. jangan kira massa bumi yang memilih peran dan fungsi itu untuk dirinya sendiri tetapi karena Allah menghendaki di berperan demikian.

***

Demikianlah alam semesta berjalan dan kini Anda bisa melihat semua kejadian dari sudut pandang yang berbeda. Lihatlah setiap gerak dan setiap efek dari setiap wujud yang ada dalam semesta ini maka Anda akan melihat peran Allah di sana yang mendesainnya seperti itu.

Lihatlah diri Anda sendiri, kenapa jari Anda ada lima dan kenapa ukurannya berbeda-beda. Namun masing-masing punya perannya yang unik dan berguna. Terserah Allah mau membuat hukum fisika (hukum alam) seperti apa untuk semesta kita sebab Dia adalah desainernya. Bisa saja Allah membuat hukum alam yang berbeda untuk alam yang berbeda.

Oleh karena itu tidak perlu heran bila Anda mendengar bahwa hukum alam yang berlaku di akhirat nanti sama sekali berbeda dengan hukum alam yang diberlakukan di sini. Di sana manusia diciptakan kekal tak bisa mati.

Badan manusia yang disiksa di neraka diciptakan dengan aturan untuk selalu kembali utuh sehingga dapat merasakan siksaan berikutnya. Badan manusia penghuni surga diciptakan murni untuk merasakan nikmat sehingga dapat memakan makanan apa pun tanpa mengalami sakit perut atau buang air. Semua terserah Allah mau mendesain aturan alam akan berjalan bagaimana.

Bila Anda dapat melihat semesta dari sudut pandang ini, maka Anda akan mendapatkan pencerahan seolah Anda terlahir kembali. Barulah sadar betul bahwa setiap milimeter dari semesta ini adalah ayat yang menunjukkan kekuasaan dan keagungan Allah. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah berikut:

إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلۡفُلۡكِ ٱلَّتِي تَجۡرِي فِي ٱلۡبَحۡرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٖ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٖ وَتَصۡرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلۡمُسَخَّرِ بَيۡنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ ‌لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَعۡقِلُونَ

Artinya :

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia. Apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air. Lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang. Dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tAnda-tAnda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.” (al-Baqarah: 164)

Dengan pandangan inilah para Nabi dan para Waliyullah memandang semesta hingga tak ada satu pun waktu di mana mereka dapat melupakan Allah. Semua hal serba menunjukkan pada Allah dan kembali pada Allah.

Beberapa waliyullah yang kurang tinggi levelnya bahkan mengalami “hilang akal”. Sebab terlalu larut dalam perspektif serba Allah ini hingga dia tidak sadar bahwa dirinya sendiri ada; yang dia sadari hanya Allah saja yang ada.

Berbeda dari itu, sebagian orang betul-betul tidak mampu menyadari hal ini. Cakrawala berpikirnya terlalu sempit hingga dia merasa hukum alam ini ada begitu saja dan berlaku begitu saja dengan aturan itu. Tanpa menyadari bahwa itu semua hanyalah desain yang diatur oleh  Sang Desainer Semesta.

Inilah rahasia di balik realita. Inilah hakikat di balik apa yang terlihat. Semoga bermanfaat.

 

Abdul Wahab Ahmad

Ketua Prodi Hukum Pidana Islam UIN KHAS Penulis Buku dan Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *