Memandang hujan

 Memandang hujan

Amalan Saat Hujan

Dari balik kelambu setengah terbuka,

Aku memandang matamu yang

Bercorak kelabu, serupa hujan

Sebentar dan gelisah. Apa yang

Tengah kau cemaskan kini,

Barangkali hanya soal pertemuan

Yang berlalu tanpa kata-kata

Antara kita, aku membisikkan

Kata rindu lewat senyap kau

Menerjemahkannya ke dalam aroma

Tanah basah di pelataran desember

Tanah basah itu mencintai daun waru

Yang gugur-juga basah-bersama

Angin barat, menandai datangnya

Bulan-bulan hujan. Pada suatu sore,

Kita pernah mencuri dengar

Pembicaraan mereka tentang tiga

Hal: sepatu anyir milik seorang lelaki

Angkuh, kecipak kaki anak-anak

Kecil bermain di genangan, dan

Sesuatu yang kita takt ahu itu apa.

Jarak yang membentang antara kita

Lahir dari ciuman-ciuman Panjang

Yang aku sematkan pada bibirmu

Waktu itu, saat langit lenyap
ditelan hujan.

Dan kau masih saja membeku dalam

Dekapan diam, rapat terkunci.

Senyuman adalah sesuatu yang

Hilang dari wajahmu dan kau

Tentu enggan mencarinya.

Dari balik kelambu setengah terbuka,

Aku melempar tanya pada kulit

Dinding yang mengelupas, pada

Karat besi jendela yang ringkih:

Mengapa senyap hilang batas

Mengapa rumpang melekat jarak ?

Oiz
Desember 2019

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *