Memahami Asbabun Nuzul dan Dampaknya

 Memahami Asbabun Nuzul dan Dampaknya

Benarkah Kitab Ihya’ Mengandung 265 Hadis Maudhu’ atau Palsu?

Latar belakang turun ayat atau Asbabun Nuzul adalah “Peristiwa yang melatarbelakangi pada saat turunnya Al-Qur’an”. Pengertian ini dapat dipahami bahwa ketika muncul peristiwa atau ketika adanya pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah, lalu turunlah satu atau beberapa ayat dari Al-Qur’an yang didalamnya terdapat jawaban mengenai hal tersebut.

Ada banyak sekali kegunaan dari mengetahui sebab turunnya ayat, di antaranya: Pertama, mengetahui hikmah penetapan hukum. Bahwa pengetahuan tersebut menegakkan kebaikan ummat, menghindarkan bahaya, menggali kebajikan dan rahmat. Seperti peristiwa Khaulah binti Tsa’labah ketika menemui Nabi saw; mengadukan suaminya (‘Aus bin Ashamid). Khaulah berkata:

Ya Rasul, aku telah menyianyiakan masa mudaku; menyebarkan benih perutku hingga umurku tua terputus kemungkinan untuk melahirkan anakku, dia menziharku, ya Allah aku mengadukan hal kepadamu. Lalu turunlah surat al-Mujadalah ayat 1

Lalu Allah mensyari’atkan kaffarat (untuk Zihar) sebagai Rahmat untuk Khaulah dan untuk orang-orang yang senasib dengannya, juga sebagai penjagaan terhadap keluarga dalam masyarakat Islam dari perceraian, serta sebagai benteng (pencegah) perpecahan untuk anak keturunan.

Kedua, pengetahuan terhadap sebab turunnya ayat membantu memahami maksud ayat dan (untuk kemudian) menafsirkan dengan benar, menghindari pemakaian kata dan simbol yang (keluar) dari maknanya. Sebagai contoh, Firman Allah swt:

Dan kepunyaan Allahlah Timur dan Barat, maka kemanapun engkau menghadap, disitulah wajah Allah. Sungguh Allah Maha luas (rahmatnya) lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al-Baqarah: 115).

Menangkap yang nampak dari ayat tersebut, bahwa manusia boleh shalat kearah manapun yang dia kehendaki. Tidak wajib menghadap kiblat. Juga tidak tergantung dalam perjalanan, atau pun berada di rumah. Juga tidak memandang apakah shalat fardhu, ataupun shalat sunnah (nafilah).

Hal ini bertentangan dengan dalil-dalil lain yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah tentang wajibnya menghadap MasjidilHaram. Persoalan rumit semacam ini akan menjadi jelas apabila diketahui sebab-sebab turunnya ayat ini.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdullah ra berkata:

Rasulullah mengutus para sahabatnya. Lalu kami ditimpa kegelapan, yang membuat kami tidak mengetahui kiblat. Sekelompok orang berkata: “Kami telah mengetahui kiblat.

”Sekelompok orang berkata: “Kami telah mengetahuinya, kiblatnya disini, ke arah utara.” Mereka pun shalat dan membuat garis (sebagai tanda). Sebagian yang lain mengatakan: “Kiblat tersebut berada di sini kearah selatan.” Lalu mereka shalat serta membuat garis. Ketika hari sudah terang, matahari sudah terbit, ternyata garis-garis tersebut bukan ke arah kiblat. Ketika kami pulang dari perjalanan, kami bertanya kepada Rasulullah saw tentang hal tersebut. Nabi terdiam, lalu Allah menurunkan surat al-Baqarah ayat 115 (Naisaburi, 1388: 23) (Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi, 187-188).

Dengan demikian kita mengetahui bahwa ayat di atas khusus bagi orang yang shalat dalam keadaan tidak mengetahui kiblat. Ketiga, di antara manfaat mengetahui sebab turunnya ayat adalah kemudahan dalam menghafal, memahami serta memantapkan kepastian wahyu dalam ingatan/pikiran.

Pada hakikatnya, latar belakang turunnya ayat atau asbabun-nuzul memiliki implikasi yang sangat luas dalam berbagai khazanah penafsiran AlQur’an dari era klasik hingga modern. Hal ini dikarenakan asbabun-nuzul berperan penting dalam mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang dimaksud oleh ayat-ayat itu sendiri. Itulah sebabnya banyak orang yang terperosok kedalam kebingungan dan keragu-raguan dikarenakan tidak mengetahui asbabun-nuzul.

Sumber: Jurnal Cahaya Khaeroni, Sejarah Al-Quran.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *