Melihat Islam yang Rahmah dalam Visi dan Misi KUPI

 Melihat Islam yang Rahmah dalam Visi dan Misi KUPI

Melihat Islam yang Rahmah dalam Visi dan Misi KUPI (Foto/KUPI)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Narasi keagamaan mainstream yang menormalisasi kekerasan serta ujaran kebencian semakin masif di era disruptif saat ini.

Banyak tokoh agama yang menyebarkan paham intoleran bahkan ekstremis melalui kecanggihan teknologi di akun media sosial, seperti Instagram, Facebook, WhatsApp, Telegram, hingga YouTube.

Terlebih, digitalisasi sangat berdampak pada beredarnya kabar hoax, yang mana berpotensi memecah belah bangsa.

Misalnya, narasi yang mengkampanyekan berdirinya khilafah di Indonesia, atau doktrin agama yang merendahkan perempuan.

Sungguh ironis sekali, karena narasi yang dibangun mengatasnamakan agama, tetapi tidak benar-benar mencerminkan wajah Islam yang dibawa Rasulullah saw, yakni Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Rahmat bagi alam semesta.

Jihad dewasa ini, melawan narasi keagamaan mainstream bukan dengan cara berperang seperti di zaman Rasulullah SAW. Melainkan bisa dengan memberikan sudut pandang yang ramah terhadap perempuan dan inklusif.  Seperti halnya narasi yang digaungkan oleh para ulama KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia).

Diksi ‘perempuan’ dalam istilah ‘ulama perempuan’ merujuk pada pandangan yang dijadikan prinsip, yakni mempertimbangkan pengalaman perempuan serta melibatkan peran perempuan dalam merumuskan sebuah fatwa.

Pandangan yang berpihak pada perempuan ini sangat penting agar narasi keagamaan yang dihasilkan tidak memberatkan pengalaman sosial maupun pengalaman biologis perempuan yang khas.

Adapun 5 pengalaman sosial yang sering dialami perempuan ialah stigmatisasi, subordinasi, marginalisasi, kekerasan, dan beban ganda. Sedangkan 5 pengalaman biologis yang hanya dialami perempuan ialah menstruarsi, hamil, nifas, melahirkan dan menyusui.

KUPI berupaya untuk menciptakan narasi keagamaan yang berkeadilan dimana tidak menambah kesakitan atau memperburuk kondisi perempuan dari pengalaman yang dirasakannya itu.

Sejalan dengan dakwah Rasulullah saw yang memanusiakan perempuan, serta memandangnya sama-sama sebagai hamba Allah Swt.

Selain berkeadilan, KUPI juga berusaha menciptakan narasi keagamaan yang berkebangsaan. Mengingat dewasa ini gerakan ekstremisme masih masif menyebarluaskan narasi egosentris dan konservatif, pandangan KUPI amat penting untuk merawat persatuan serta mewujudkan perdamaian.

Berdasarkan buku Metodologi Fatwa KUPI karya Dr. KH. Faqihuddin Abdul Kadir, visi KUPI ialah mewujudkan ajaran agama Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat Allah Swt untuk alam semesta).

Sedangkan misi KUPI ialah berkomitmen untuk membentuk akhlak mulia (akhlaqul karimah) kepada sesama manusia dan alam semesta.

Cara pandang dengan menggunakan visi dan misi KUPI ini tentunya merujuk pada sumber utama Islam, yakni Al-Qur’an dan hadis, tidak secara atomik atau berdasar pada satu dua ayat, atau satu dua hadis saja.

Melainkan sebagai kesatuan yang integral dan holistik atau tersistem dimana sumber Islam yang mengandung, mencerminkan, dan mendakwahkan wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin serta akhlaq karimah. Tidak juga dipahami hanya secara tekstual, tetapi kontekstual.

Visi dan misi KUPI yang menekankan pada kemaslahatan dan kebaikan ini kemudian menciptakan relasi kesalingan serta kemitraan yang Allah Swt sudah mandatkan dalam firman-Nya (Al-Baqarah:30), bahwa manusia, baik laki-laki maupun perempuan, adalah khalifah di muka bumi.

Selayaknya pemimpin, manusia memiliki tanggung jawab untuk merawat serta memakmurkan penduduk bumi, yang mana lingkungan juga termasuk di dalamnya.

Sehingga, penting untuk membentuk karakter manusia yang memiliki akhlak mulia serta bermanfaat bagi sesamanya, agar keberlangsungan hidup makhluk di Bumi serta harmonisasi dapat tercipta. Lalu, bagaimana caranya?

Karakter yang baik tentunya lahir dari nilai serta ajaran yang luhur. Sebaliknya, jika nilai yang diajarkan yaitu kekerasan atau kebencian, maka karakter yang terbentuk akan menjadi buruk.

Oleh karenanya, visi dan misi KUPI ini penting untuk diterapkan agar kebaikan dan kemaslahatan dapat dirasakan masyarakat luas.

Adapun pandangan serta nilai KUPI ini disebarluaskan melalui berbagai kegiatan, baik yang bersifat spiritual, sosial, maupun intelektual.

Salah satu kegiatan yang menjadi ciri khas KUPI ialah musyawarah keagamaan.

Pada 25-27 April 2017, perhelatan KUPI 1 berhasil diselenggarakan di Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy, Cirebon.

Dari kegiatan tersebut, KUPI memutuskan pandangan dan sikap keagamaan terkait tiga hal, di antaranya; pengharaman kekerasan seksual, kewajiban perlindungan anak dari pernikahan, dan pengharaman perusakan alam.

Upaya KUPI dalam mewujudkan wajah Islam yang rahmah serta ideologi Islam progresif ini tidak hanya saat perhelatan 5 tahun silam, melainkan gerakan ini akan terus disuarakan dalam serangkaian KUPI 2 pada 23-26 November mendatang.

Akan ada 5 isu utama yang akan dibahas, yakni; perlindungan perempuan dari bahaya pemotongan dan pelukaan genetalia perempuan, perlindungan perempuan dari pemaksaan perkawinan, pengelolaan sampah bagi keselamatan dan keberlanjutan perempuan, peran perempuan dalam merawat NKRI dari bahaya ekstremisme, dan perlindungan jiwa perempuan dari bahaya kehamilan akibat perkosaan.

Dalam perhelatan KUPI 2 nanti, serangkaian kegiatan juga akan digelar, seperti International Conference, Mubadalah Postgraduate Forum, bedah buku dan halaqah lainnya bertempat di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

Untuk musyawarah keagamaan KUPI 2 akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Jepara.

Serangkaian agenda di KUPI 2 ini berkat dukungan dan kerja sama berbagai lembaga seperti, Fahmina Institute, Alimat, Rahima, Gusdurian, Mubadalah, serta AMAN Indonesia.

Ratusan ulama dari berbagai penjuru dunia akan hadir, serta bersama-sama merumuskan narasi keagamaan yang membawa visi dan misi KUPI, yakni rahmatan lil ‘alamin dan akhlak karimah. []

Yuyun Khairun Nisa

Perempuan kelahiran Indramayu, yang ingin berteman baik dengan buku. Bagian dari Puan Menulis dan Peace Leader Indonesia.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *