Melakukan “Takhsis Ibadah” Tertentu di Malam Nisfu Sya’ban
HIDAYATUNA.COM – Setelah ada Jemaah Salafi mengakui kesahihan hadis malam Nisfu Sya’ban sekarang bergeser pada syubhat. “Jangan menentukan amalan tertentu yang tidak ditentukan oleh Nabi di malam Nisfu Sya’ban”.
Syekh Albani dalam kriteria Bidah menyebut salah satunya adalah menentukan amalan yang tidak ada ketentuan khusus dari Nabi. Pendapat Syekh Albani ini pun diikuti oleh Salafiyyun.
Benarkah takhsis ini Bidah? Mari kita lihat terlebih dahulu beberapa riwayat dari para Sahabat:
ﻓﻜﺎﻥ ﺃﻭﻝ ﻣﻦ ﺳﻦ اﻟﺮﻛﻌﺘﻴﻦ ﻋﻨﺪ اﻟﻘﺘﻞ ﻫﻮ أي خبيبا
“Orang yang pertama kali melakukan salat 2 rakaat sebelum perang adalah Khubaib.” (Sahih Bukhari)
Nabi tidak pernah mengajarkan salat 2 rakaat sebelum perang, tapi sahabat Khubaib melakukannya. Apa bukan bid’ah dan masuk neraka?
Ibadah yang Dikhususkan Sahabat
Jangan terkejut dulu sebab masih ada lagi sahabat Nabi yang mengkhususkan ibadah tapi tidak ditentukan oleh Nabi:
عَنْ أَبِى الْعَالِيَةِ قَالَ : رَأَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يَسْجُدُ بَعْدَ وِتْرِهِ سَجْدَتَيْنِ .(رواه ابن ابي شيبة)
Abu al-Aliyah berkata: “Saya melihat Ibnu Abbas sujud 2 kali setelah salat witir.” (Riwayat Ibnu Abi Syaibah. Al-Hafidz Ibnu Hajar: Sanadnya sahih, Fath al-Bari 3/103)
Apa ada lagi? Mau minta berapa Sahabat yang mentakhsis ibadah? Ini saya berikan lagi nama Sahabat:
وَعَنِ ابْنِ سِيْرِيْنَ وَقَتَادَةَ أَنَّ ابْنَ مَسْعُوْدٍ كَانَ يُصَلِّي بَعْدَهَا أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ أَوْ ثَمَانٍ وَكَانَ لَا يُصَلِّي قَبْلَهَا. (رواه الطبراني في الكبير بأسانيد صحيحة إلا أنها مرسلة. مجمع الزوائد ومنبع الفوائد – ج 1 / ص 353)
“Diriwayatkan dari Ibnu Sirin dan Qatadah bahwa Ibnu Mas’ud salat setelah hari raya 4 atau 8 rakaat, dan ia tidak salat sebelum hari raya” (Riwayat Thabrani dalam al-Kabir, dengan sanad-sanad yang sahih, hanya saja sanadnya Mursal)
Kalau dari kalangan ulama Mujtahid apakah ada? Imam Malik menentukan sendiri jumlah rakaat Tarawih:
وَذَكَرَ ابْنُ الْقَاسِمِ عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ كَانَ يَسْتَحْسِنُ سِتًّا وَثَلَاثِيْنَ رَكْعَةً وَالْوِتْرُ ثَلَاثٌ … وَذَكَرَ ابْنُ الْقَاسِمِ عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ اْلأَمْرُ الْقَدِيْمُ : يَعْنِي الْقِيَامَ بِسِتٍّ وَثَلَاثِيْنَ رَكْعَةً (بداية المجتهد – ج 1 / ص 312)
“Ibnu Qasim menyebutkan dari Imam Malik bahwa beliau menilai baik (salat Tarawih) 36 rakaat dan witir 3 rakaat… Ibnu Qasim menyebutkan dari Imam Malik bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang dahulu, yakni Tarawih 36 rakaat” (Bidayat al-Mujtahid, 1/312)
Masalah Takhsis ini memang khilafiyah antara ulama yang menerima dan yang tidak berkenan. Tapi selama masih dilakukan oleh ulama Madzhab yang memiliki otoritas dalam ijtihad tentu boleh.
Nisfu Sya’ban Menurut Syaikhul Islam
Bagaimana dengan Nisfu Sya’ban? Berikut uraian Syaikhul Islam mereka:
ﺇﺫا ﺻﻠﻰ اﻹﻧﺴﺎﻥ ﻟﻴﻠﺔ اﻟﻨﺼﻒ ﻭﺣﺪﻩ، ﺃﻭ ﻓﻲ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺧﺎﺻﺔ ﻛﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻳﻔﻌﻞ ﻃﻮاﺋﻒ ﻣﻦ اﻟﺴﻠﻒ، ﻓﻬﻮ ﺃﺣﺴﻦ
“Jika seseorang salat di malam Nisfu Sya’ban baik sendiri maupun berjemaah secara khusus seperti yang dilakukan oleh sekelompok ulama Salaf maka itu lebih baik.” (Majmu’ Fatawa, 2/262)
Berdasarkan pemaparan Syekh Ibnu Taimiyah ini, kalau ada Salafi tapi tidak mau mengakui keutamaan Nisfu Sya’ban, maka diragukan pengakuannya sebagai pengikut Salaf.