Melacak Sejarah Awal Masuknya Islam di Indonesia

 Melacak Sejarah Awal Masuknya Islam di Indonesia

Khairuddin Barbarosa: Sang Laksamanan Legendaris Islam Mantan Bajak Laut (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Pembahasan mengenai awal mula masuknya Islam di Indonesia menimbulkan berbagai perdebatan di kalangan para ahli sejarah.

Pembahasan mengenai awal mula masuknya Islam di Indonesia juga menyisakan beberapa keridakjelasan. Letak ketidakjelasannya antara lain terkait kapan datangnya Islam, dari mana Islam berasal, dan siapa yang menyebarkan Islam pertama kali di Indonesia.

Maka dari itu, para ahli sejarah memunculkan teori-teori yang berkitan dengan Islamisasi dan perkembangan Islam di Indonesia.

Di antara sekian banyak teori yang ada, terdapat empat teori yang dimunculkan diantaranya adalah Teori India, Teori Arab, Teori Persia, dan Teori Cina.

Teori mengenai masuknya Islam ke Indonesia yang pertama adalah Teori India. Teori ini mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad XIII dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay) India.

Salah satu pemegang Teori India yaitu Pijnappel yang mengatakan bahwa Islam datang ke Indonesia bukan berasal dari Arab atau Persia secara lngsung, melainkan berasal dari India, terutama dari pantai barat yaitu dari Gujarat dan Malabar.

Sebelum Islm sampai di Nusantara, banyak orang Arab bermazhab Syafi’i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India. Kemudian teori tersebut direvisi oleh C. Snouck Hurgronje, yang mengatakan Islam yang tersebar di Indonesia berasal dari wilayah Malabar dan Coromandel, kota-kota pelabuhan di India selatan.

Penduduk Deccan sebagai perantara dagang antar negeri Islam dan penduduk Indonesia. Dengan banyaknya orang-orang dari Deccan lalu menetap di kepulauan Indonesia guna menyelamatkan benih-benih agama Islam.

Disusul dengan datangnya orang-orang Arab yang mengaku keturunan Nabi untuk melanjutkan Islamisasi di Nusantara.

Kemudian alasan Snouck Hurgronje bahwa Islam di Indonesia berasal dari Deccan yaitu adanya kesamaan tentang paham Syafi’iyah yang hingga kini masih berlaku di Coromandel.

Jejak pengaruh Syi’ah yang ditinggalkan di Sumatra dan Jawa serta pada abad XII merupakan periode paling mungkin dari awal penyebaran Islam di Nusantara.

Teori selanjutnya adalah Teori Arab. Arnold telah mengemukakan bahwa Islam di Indonesia dibawa oleh pedagang Arabia dalam pedagangan Barat-Timur awal abad VII dan VIII M yang didasarkan oleh sember-sumber china yang menyebutkan bahwa menjelang perempatan abad VII, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatra.

Teori Arab lainnya dikemukakan juga oleh Crawfurd yang mengatakan bahwa Islam dikenalkan pada masyarakat langsung dari Tanah Arab. dengan sedikit pengembangan kemudian teori ini didukung oleh Keyzer yang berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Mesir.

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Niemann dan de Hollander dengan sdikit pengembangan yang mengatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Hadramaut.

Lain lagi dengan P.J Veth yang berpandangan bahwa orang Arab yang melakukan kawin campur dengan orang pribumi yang berperan dalam penyebaran Islam di pemukiman baru mereka di Nusantara.

Pada seminar yang diadakan tahun 1963 dan 1978 menyimpulkan bahwa Islam yang datang di Indonesia berasal dari Arab dan bukan dari India pada abad pertama Hijriyah atau abad VII Masehi, bukan abad XII atau XIII Masehi.

Teori yang ketiga mengenai masuknya Islam ke Indonesia adalah Teori Cina. Menurut para ahli yang mendukung teori ini mengatakan bahwa Cina juga memeiliki peranan yang penting dalam Islamisasi di Indonesia.

Hal ini dkarenakan oleh banyaknya budaya China dalam unsur budaya Islam di Indonesia. H.J. de Graaf, dalam tulisannya disebutkan bahwa tokoh-tokoh besar keturunan Cina yang kemudian pandangannya didukung oleh Slamet Muljana melalui buku kontroversialnya, Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara.

Denys Lombard juga memperlihatkan besarnya pengaruh Cina dalam berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia, seperti makanan, pakaian, bahasa, seni budaya dan lain-lain.

Teori yang terakhir yaitu teori Persia yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia datang berasal dari Persia, bukan dari India ataupun Arab yang didasarkan pada pada budaya Persia khususnya Syi’ah.

Pendukung teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat yang mendasari analisinya dengan pengaruh syfisme Persia.

Ajaran manunggaling kawula gusti Syaikh Siti Jenar merupakan pengaruh ajaran wahdat al-wujud al Hallaj dari Persia.

Dalam teori ini menyatakan bahwa tahap awal masuknya Islam terjadi pada abad VII hingga abad XIII.

Yang mana  pada abad VII merupakan tahap awal datangnya Islam ke Indonesia, sedang pada abad XIII dipandang sebagai masa pertumbuhan Islam sebagai kerajaan bercorak Islam pertama di Indonesia.

Keempat teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya.

Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad VII dan mengalami perkembangannya pada abad XIII.

Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Demikianlah uraian materi tentang proses masuknya Islam ke Indonesia.

Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai, atau dalam istilah Antropologi disebut Penetration Pacifique.

Proses Islamisasi melalui beberapa jalur atau saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat.

Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam.

Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan.

Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.

Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaligh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.

Masuknya Islam di Indonesia beserta perkembangannya memerlukan proses yang panjang dan melalui saluran Islamisasi yang beragam.

Seperti perdagangan, perkawinan, tarekat (tasawuf), pendidikan dan kesenian. Saluran perdagangan merupakan fase Islamisasi yang pertama sangatlah memungkinkan, sejalan dengan kesibukan perdagangan abad VII sampai abad XVI Masehi.

Para pedagang dari Arab, Persia, India, dan Cina ikut ambil bagian dalam aktivitas perdagangan dengan masyarakat di Asia Barat, Timur dan Tenggara.

Saluran yang kedua adalah saluran pernikahan, saluran ini merupakan saluran yang memegang peranan penting dalam proses internalisasi ajaran Islam.

Dilihat dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status ekonomi yang lebih baik, sehingga para putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu dan sebelum nikah mereka di-Islam-kan lebih dahulu.

Saluran Islamisasi yang ketiga adalah melalui saluran tasawuf. Tasawuf merupakan media yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesiaa yang terbukti jelas dalam naskah-naskah antara abad XIII dan XVIII.

Saluran Islamisasi yang keempat adalah melalui saluran pendidikan yang juga ikut andil pada proses Islamisasi.

Yang pada dasarnya islamisasi melalui saluran pendidikan ini, terjadi setelah posisi para pedagang kuat, yaitu mereka sudah mengusai kekuatan ekonomi di bandar-bandar.

Dari pusat-pusat perekonomian tersebut berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam.

Kedatangan orang-orang muslim dari India, Arab, Persia dan Cina mengikuti jalan pelayaran dan perdagangan.

Maka dari itu, unsur-unsur perdagangan secara kronologis dan geografis merupakan pola penting dalam penyebaran Islam di Indonesia.

Dengan diterimanya Islam di Indonesia mempengaruhi norma, tradisi dan keseharian masyarakat lokal.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia dapat menerima ajaran-ajaran dari luar dan mempunyai sikap keterbukaan yang dapat membentuk suatu perkumpulan-perkumpulan tertentu. []

 

Muhamad Imam Mutaqin

Mahasiswa Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga. Menyukai obrolan, bacaan, belajar dan desain, sesekali ngopi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *