Maulid Nabi: Harus Percaya Diri dalam Beragama dan Bernegara

 Maulid Nabi: Harus Percaya Diri dalam Beragama dan Bernegara

HIDAYATUNA.COM, Jombang – Memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW menjadi penting bagi umat Muslim Indonesia. Salah satunya adalah pengajian akbar yang diadakan Pusat Pengembangan dan Pendidikan al-Quran (PPA) Yayasan Roushon Fikr dengan tema ‘Pengajian Noto Ati di Masjid Roushon Fikr’, Pulo Jombang, Jawa Timur.

“Bertepatan dengan Rabiul Awal sebagai bulan lahir Rasulullah, hari ini kami mengundang Kiai Yusuf Suharto dengan tema maulid Nabi,” ujar H Didin Ahmad Shalahuddin (Gus Didin) selaku Pengurus Yayasan Roushon Fikr, Sabtu (02/11/2019).

Selain itu, Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang tersebut mengemukakan bahwa dengan kegiatan yang diselenggarakan, maka diharapkan rasa cinta kepada baginda Nabi Muhammad semakin bertambah.

“Dengan peringatan maulid ini semoga kecintaan kita kepada Rasulullah semakin bertambah,” paparnya di hadapan para guru dari play grup, TK, SD, dan SMP di lingkungan Roushon Fikr.

Dalam beragama, harus percaya diri bahwa yang diikuti itu sudah benar. Beragama dengan benar, lanjutnya, sangat dimungkinkan bernegara juga dengan benar.

Pada kesempatan yang sama, Ustadz Yusuf Suharto menyampaikan sekilas mengapa harus berahlussunnah wal Jamaah dan bermaulid Nabi. Ulama dan pemimpin yang menyelenggarakan peringatan maulid Nabi adalah bentuk kecerdasan beliau.

“Sehingga isyarat yang sudah ada dalam al-Quran dan hadits mampu diserap antara lain dalam peringatan maulid Nabi,” jelasnya.

Sementara itu, narasumber dari Pengurus Wilayah (PW) Aswaja NU Center Jatim ini mengemukakan ketika Rasulullah ditanya mengapa puasa di hari Senin. Maka beliau menjawab bahwa pada hari Senin itu dilahirkan dan pada hari itu juga al-Quran diturunkan.

“Ini ada isyarat dari Rasulullah bahwa hari lahir itu penting dan karena itu perlu diperingati,” jelasnya.

Di sisi lain, Pengurus Wilayah (PW) Aswaja NU Center Jatim menambahkan bahwa Rasulullah adalah rahmat untuk semesta. Sedangkan dalam Surat Yunus dinyatakan bahwa perlu bergembira dengan adanya rahmat dari Allah.

“Jadi, kita yang mayoritas ini memperingati maulid Nabi adalah karena bergembira dengan datangnya rahmat Allah, yaitu Nabi Muhammad. Wabirahmatihi, fabidzalika falyafrahu,” jelasnya.

Tidak kalah penting pembacaan sejarah dan pujian untuk Nabi juga dijelaskan dalam acara tersebut. Dan ini adalah untuk meneguhkan hati umat, sesuai dengan surat Hud, wa kullan naqushshu ‘alaika min anbai ar-rusuli ma nutsabbitu fuadaka.

Selain itu, menurut kandidat doktor di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut, sebenarnya dalam al-Quran ada perintah untuk mengucapkan salawat untuk Nabi.

“Jadi, betapa pentingnya salawat ini, dan dalam peringatan maulid Nabi itu mesti ada pembacaan salawat,” katanya.

Bagaimana dengan kalangan yang keberatan terhadap kegiatan maulid? Yang menolak peringatan maulid Nabi, menurutnya, akan terkecoh karena justru Ibn Taymiyah yang biasa dibuat acuan justru memuji peringatan maulid Nabi.

“Kata Ibn Taymiyah, mengagungkan maulid dan menjadikan sebagai perayaan adalah berpahala besar,” pungkasnya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *