MasyaAllah, Ternyata Bekerja Ibadah Paling Mudah Namun Besar Ganjaran-Nya

 MasyaAllah, Ternyata Bekerja Ibadah Paling Mudah Namun Besar Ganjaran-Nya

Bekerja Ibadah

HIDAYATUNA.COM – Ternyata bekerja merupakan ibadah yang paling mudah namun besar ganjaran-Nya. MasyaAllah! Inilah ibadah sehari-hari yang paling mudah dilakukan selain senyum.

Bekerja adalah ibadah yang paling ringan, namun sangat besar ganjaran-Nya. Penciptaan manusia sejak awal ialah untuk beribadah kepada Allah Swt., sang pencipta alam dan seisinya. Beribadah bermakna melayani Allah.

Bukan karena Allah yang membutuhkan ibadah kita. Namun sesungguhnya kita-lah yang membutuhkan ibadah seperti bekerja. Meski tergolong ibadah paling mudah namun bekerja memiliki ganjaran yang besar. Ibadah adalah sarana untuk terhubung kepada-Nya.

Untuk terhubung kepada Allah, tidak harus dengan ritual keagamaan. Rutinitas sehari-hari manusia pun secara tak langsung sudah beririsan dengan makna ibadah sebagai bentuk melayani Allah Swt. Bekerja contohnya.

Ibadah keseharian yang sangat mudah dilakukan ialah bekerja. Allah SWT berfirman: “Kami telah membuat waktu siang untuk mengusahakan kehidupan (bekerja).” (QS. Naba” : 11).

Dia menciptakan siang untuk bekerja dan malam untuk istirahat, menjadikan bumi yang luas untuk mencari nafkah. Maka jadikan kesibukan bekerja sebagai sarana untuk melayani Allah (ibadah) .

Barangkali kita sering mengeluh, saat tak pernah lagi memiliki waktu luang di masjid untuk sekadar berzikir setelah salat.

Sudah jarang berpuasa sunah karena rutinitas bekerja yang padat hingga memaksa diri untuk mengeluarkan energi berlebih.

Ketahuilah, bahwa ada ibadah yang lebih mudah dilakukan. Bahkan kita tak menyadarinya, bahwa sudah melakukannya, yakni bekerja.

Sepele bagi kebanyakan orang, namun siapa sangka ganjarannya luar biasa. Dari bekerja kita dapat mencukupi kebutuhan hidup.

Hasil keringat dan pemikiran yang kita keluarkan menjadi penyambung denyut nadi orangtua, saudara, bahkan istri dan anak-anak kita.

Betapa luar biasanya Allah Swt., memberikan ganjaran kepada hamba-Nya yang mau bekerja.

Tidak peduli seberapapun hasilnya. Besar atau kecil tidak tak jadi patokan karena semua sudah sesuai dengan porsi masing-masing.

Salat sunah yang tidak pernah terputus tak lebih bermakna, ketika orang tua atau saudara kita membutuhkan pertolongan. Selama kita mampu, maka bekerjalah sebagai ibadah.

Bibir dan tangan yang tak pernah lalai dalam zikir juga tak lebih berarti, jika tidak disempurnakan dengan menafkahi anak dan istri.

Amir Barwanah, dalam buku Fihi Ma Fihi: Mengarungi Samudera Kebijaksanaan berkata kepada Maulana Jalaluddin Rumi.

 “Sungguh hati dan jiwaku ini sangat ini melayani Allah siang dan malam, akan tetapi karena kesibukanku dengan urusan-urusan Mongol, aku jadi tidak bisa mewujudkan keinginan untuk bersua dengan-Nya.”

Lalu Maulana Rumi menjawab:

“Sesungguhnya yang kamu lakukan ini juga merupakan bentuk khidmat (melayani) Allah karena yang perlindungan bagi para Muslim. Kamu telah mengorbankan jiwa, harta, dan ragamu untuk membuat mereka semua memperoleh ketenangan dalam melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah. Tentu saja hal ini juga merupakan amal yang baik. Allah telah menganugerahi kecenderungan kepada amal yang baik. Rasa cintamu yang besar pada apa yang kamu lakukan ini merupakan bukti pertolongan Allah. Sebaliknya, jika rasa cintamu yang besar pada pekerjaan ini hilang, maka itu adalah bukti hilangnya pertolongan Allah.”

Dalam hal ini, Maulana Rumi ingin menyampaikan bahwa ketika Allah tidak menghendaki pekerjaan yang baik dan penting itu jatuh kepada orang lain, itu berarti orang lain tidak berhak atas pahala dan derajat-derajat yang tinggi.

Ketika Allah memberi kita pekerjaan yang baik dan penting, maka itulah sesungguhnya pertolongan Allah. Agar kita semakin dekat dengan-Nya dan semua makhluk-Nya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *