Mantan Biduan Menjemput Hidayah di Pesantren

 Mantan Biduan Menjemput Hidayah di Pesantren

Mantan Biduan

HIDAYATUNA.COM – Seorang nenek berusia 80 tahun, mantan biduan, diantar serombongan pengurus Dusun Kauman Desa Banyubiru datang ke Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada 24 Agustus 2019 lalu.

Nenek bernama Tukiyem itu harus dipapah karena kesulitan menaiki gang kecil yang menghubungkan pesantren dengan jalan desa. Sang nenek berjalan setengah membungkuk karena tulang-tulangnya yang sudah rapuh dimakan usia.

Pandangannya pun sudah memudar, meski mengenakan kaca mata tebal yang nyaris menempel di kelopak matanya. Nenek Tukiyem harus mendekatkan pandangannya ke subjek yang ingin dilihatnya.

Kecantikan Nenek Tukiyem masih terlihat meski diliputi kulit keriput. Jika diamati lebih dalam, wajahnya mirip biduan India yang pernah berduet dengan Rhoma Irama, Latta Mengeskhar.

Suara Nenek Tukiyem pun masih terdengar merdu untuk ukuran wanita berusia menjelang kepala delapan. Nenek Tukiyem ternyata memiliki nama panggung Thalita Maharani yang ia cantumkan dalam KTP seumur hidup.

Ia adalah mantan biduan era 70-an yang sudah kenyang dengan panggung dan tepuk tangan. Meski mengenalkan diri sebagai Thalita, di KTP seumur hidup tertera nama pemberian orang tuanya adalah Tukiyem, asli kelahiran Semarang.

Pengurus Dusun Kauman, dipimpin Pak Kadus dan Ibu Kadus lengkap dengan ketua rukun tetangga mengantarkan Nenek Tukiyem yang hidup sebatang kara setelah ditelantarkan keluarganya. Sebelum pulang, Pak Kadus dan Ibu Kadus, Pak RT dan istrinya menceritakan riwayat perempuan itu kepada Winarno, santri pertama Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat.

Mereka lalu menyerahkan Nenek Tukiyem diterima sebagai santriwati di pesantren yang dikhususkan untuk dewasa dan para lansia tersebut. Nenek Tukiyem melengkapi santri non mukim sekaligus menemani Ibu Sudarti, orangtua Winarno.

Singkat cerita, Nenek Tukiyem diusir oleh anak tirinya setelah sang suami meninggal. Ia dibawa ke panti jompo, namun memutuskan pulang dengan berjalan kaki. Sampai di rumah ia dibiarkan begitu saja tanpa makan dan minum hingga Nenek Tukiyem meminta bantuan Pak RT dan Ibu RT yang baik hati mengantarkannya ke Pesantren Kasepuhan.

Pipit Enfiitri

https://hidayatuna.com/

Suka menulis hal-hal random yang dekat dengan dirinya.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *