Madrasah Jadi Model Solidaritas UNESCO dalam Visi Pendidikan 2050

 Madrasah Jadi Model Solidaritas UNESCO dalam Visi Pendidikan 2050

Potret Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyoroti pentingnya solidaritas global dalam visi pendidikan dunia tahun 2050. Pendidikan disadari harus mampu bertransformasi seiring tantangan umat manusia yang semakin kompleks sebagaimana ditunjukkan oleh pandemi Covid-19.

UNESCO mengeluarkan dokumen visi pendidikan 2050 Reimagining Our Futures Together yang diluncurkan pada 10 November 2021. Masa depan (futures) berlaku jamak karena setiap masyarakat berhak mendefinisikannya sesuai budaya dan latar belakang masing-masing.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengatakan bahwa pendidikan dan kesehatan dua kunci kemajuan bangsa.

“UNESCO telah menempatkan pendidikan sebagai kunci dalam kemajuan sebuah bangsa, di samping kesehatan. Keduanya, kesehatan dan pendidikan ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lain saling menguatkan,” kata Muhadjir Effendy.

Menko Muhadjir mengatakan, PBB melalui UNESCO telah mencanangkan 4 pilar pendidikan yaitu learning to be, learning to know, learning to do, dan learning to live together. Dia menjelaskan pendidikan di Indonesia telah dimulai sejak sebelum kemerdekaan berupa lembaga pendidikan tradisional berbasis agama.

Pondok pesantren muncul sebagai pendidikan berbasis agama Islam di kantong-kantong perjuangan sekaligus menjadi pusat perlawanan terhadap penjajah.

“Indonesia dengan realita kehidupan aneka ragam, termasuk agama, adalah ciri atau karakter bangsa. Di situ dituntut kesediaan toleransi, saling menghargai, dan tenggang rasa. Maka muatan berkaitan semangat inklusif yang diprakarsai lembaga pendidikan keagamaan termasuk madrasah, menjadi sangat penting,” kata Muhadjir kepada lebih dari 1.100 peserta webinar.

Madrasah Model Solidaritas Global

Webinar bertema “Visi Pendidikan UNESCO dan Peran Madrasah dalam Mengokohkan Solidaritas Kemanusiaan”, berlangsung Kamis (10/3/2022) malam. Webinar tersebut diselenggarakan oleh Maarif Institute dan Institut Leimena.

Webinar bertema Visi Pendidikan UNESCO dan Peran Madrasah dalam Mengokohkan Solidaritas Kemanusiaan
Webinar bertema “Visi Pendidikan UNESCO dan Peran Madrasah dalam Mengokohkan Solidaritas Kemanusiaan”, Kamis (10/3/2022) malam.

Konsultan Filantropi dan Pengembangan Museum Islam Kota New York, Amerika Serikat (AS), Randa Kuziez, berpendapat madrasah bisa menjadi model penting dalam solidaritas global. Sebagai contoh, sekolah-sekolah Islam di AS menjadi memungkinkan anak-anak maju secara akademik dan pengetahuan tradisi keislaman.

Keberadaan sekolah-sekolah Islam itu meningkatkan solidaritas manusia yang bersumber dari Alquran.

“Alquran menyatakan Tuhan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Lita’arafu. Ayat ini sangat penting dipahami masyarakat, bahwa tanggung jawab kita membangun solidaritas dengan semua orang,” kata Kuziez, yang merupakan warga AS keturunan Suriah.

Menurutnya, konsep ummah juga menunjukkan solidaritas antar manusia dan komunitas global.

“Saya sangat senang dapat menggalang dana untuk membangun museum Islam di jantung kota New York. Ini bisa menjadi peluang orang-orang untuk belajar khazanah sejarah Islam dan bagaimana kita bisa membangun solidaritas manusia,” kata Kuziez.

Dokumen UNESCO tentang visi pendidikan 2050 semakin menegaskan pentingnya empati dan simpati dengan siapa pun yang berbeda untuk membangun kolaborasi. Hal ini dikatakan oleh Guru Besar Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Amin Abdullah.

Namun, dia menyadari tidak semua penganut agama siap menghadapi kenyataan sosial baru atau pergeseran mendasar dalam hubungan sosial, kultural, dan keagamaan. (rel/fit)

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *