Lulus Oxford, Aktivis Pakistan Ini Ingin Rebahan Dulu
HIDAYATUNA.COM – Aktivis pendidikan asal Pakistan Malala Yousafzai membagikan kabar kelulusannya dari Universitas Oxford, Inggris melalui laman media sosial miliknya.
Diunggah pada 19 Juni 2020 lalu melalui akun Twitter miliknya @Malala, postingan perayaan kelulusannya bersama keluarganya tersebut segera dibanjiri puluhan ribu komentar dan disukai oleh lebih dari 724 ribu orang.
Dalam unggahannya tersebut tampak Malala yang belepotan dengan makanan sebagaimana bentuk perayaan kelulusan di Oxford biasanya yang dikenal dengan ’trashing’. Foto lainnya menunjukkan dirinya bersama keluarga sebuah dengan kue kelulusan untuknya.
“Sulit untuk mengungkapkan kegembiraan dan rasa terima kasih saya sekarang,” tulis Malala membubuhi keterangan dalam fotonya setelah berhasil meraih gelar sarjana Filsafat, Politik dan Ekonomi, dikutip hidayatuna.com, Senin (22/6/20).
Malala yang terpaksa menjalani prosesi kelulusannya dengan daring, dalam keterangan tersebut ia juga mengatakan bahwa dirinya untuk saat ini belum mengetahui apa yang dapat dilakukan karena masih dalam situasi pandemi Covid-19.
“Aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Untuk saat ini, (aku) akan menikmati Netflix, membaca dan tidur,” tutupnya.
Nama Malala Yousafzai dikenal saat dirinya menjadi korban penembakan oleh anggota Taliban pada tahun 2012 lalu saat usianya masih 15 tahun. Aktivis yang selalu tampil khas dengan kerudungnya itu disebut-sebut menjadi target penembakan Taliban karena ia gencar menyerukan pendidikan untuk perempuan, ia dianggap anti-islam oleh Taliban.
Sejak saat itulah Malala bersama keluarganya diterbangkan ke Inggris untuk mendapatkan perawatan medis.
Pada tahun 2014 Malala menjadi peraih Nobel Perdamaian termuda. Malala telah dengan berani menyuarakan hak katas pendidikan pada tahun 2008. Saat itu ia menyampaikan dalam siaran televisi dan radio sebuah seruan yang menentang Taliban yang menurutnya merampas haknya atas pendidikan.
Pada tahun 2009, Malala juga menulis di dalam blognya dengan menggunakan nama samaran dimana ia menceritakan secara mendetail tentang kehidupan di bawah pemerintahan Taliban. (AS/Hidayatuna)